Berikut adalah sebuah fakta bahwa LAI (lembaga alkitab indonesia) telah merubah alkitab, atau pihak yang mengetahui tentang berubahnya alkitab dan di bawah ini hanyalah sedikit dari bukti ayat ayat yang telah diubah oleh LAI. Di ambil dari situs alkitab online www.sabda.org , dimana dalam 3 versi al kitab ( Ulangan 33 ) ada 3 pengertian yang tidak valid alias ga nyambung,
anda bisa perhatikan link bawah ini menggambarkan tentang PULUHAN RIBU ORANG KUDUS atau SEPULUH RIBU MANUSIA, atau PULUHAN RIBU MALAIKAT, dan setelah mengetahui ini anda semua akan kebingungan untuk mengartikan ayat-ayat yang sudah berubah ini:
Simak ayat-ayatnya sebagai berikut :
1. KING JAMES VERSION
KJV_Ulangan : 33
PERHATIKAN KALIMAT "Ten thoussands of saints" pada ayat ke 2 yang jika di artikan adalah "sepuluh ribu manusia suci" .......!!!!!
Next,,
2. LAI TB
LAI TB_Ulangan : 33
PERHATIKAN KALIMAT "puluhan ribu orang kudus" di ayat yang ke 2 pula....
Next,,
3. FIRMAN ALLAH YANG HIDUP
FAYH_Ulangan : 33
PERHATIKAN PULA KALIMAT "puluhan ribu malaikat kudus" di ayat yang sama...!!!
_________________________________________________________
Perhatikan ke tiga daftar dari ayat pada link di atas,, saya ambil yang menjadi pokoknya saja..
1. ten thoussands of saints (sepuluh ribu manusia suci)
2. puluhan ribu orang kudus
3. puluhan ribu malaikat kudus"
Mereka bisa saj berkelit bahwa, "Itu hanya sebatas terjemahan saja, untuk itulah harus merujuk pada bahasa aslinya". Jika seperti itu, maka yg manakah di antara ke tiga terjemahan diatas yg benar? Tidak ada terjemah diatas yg sama esensinya, sangat berbeda antara satu dengan yg lain.. maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa, jika memang ada salah satu yg benar setelah di translitering dari bahasa aslinya artinya, dua di antaranya adalah SALAH dan tidak pantas di katakan sebagai firman Tuhan sebab sudah tidak sesuai dengan bahasa aslinya...
Artinya, dari pihak intern kristen sendiri tidak sejalur dengan ayat-ayat kitab sucinya dalam konteks terjemahan yg benar. Dan hal tersebut jelas melanggar ketentuan penterjemahan. Maka, penulis seperti itu tidak dapat di percaya karena TERHUKUM DUSTA, karena menentukan arti firman Tuhan seenaknya saja.
Sabtu, 29 Juni 2013
Jumat, 28 Juni 2013
Fatwa Ulama: Membatalkan Shalat Untuk Menyelamatkan Orang Yang Terancam Bahaya
Soal:
Jika saya sedang shalat, lalu saya melihat ada orang yang sedang dalam bahaya –semisal rumahnya terbakar, jatuh dari dinding, atau tertabrak mobil- bolehkah saya membatalkan shalat lalu membantu orang tersebut ataukah saya tetap meneruskan shalat saya?
Jawab:
Iya, Anda boleh membatalkan shalat jika keadaannya sebagaimana yang Anda tanyakan. Bahkan wajib bagi setiap orang untuk menyelamatkan orang lain yang terancam bahaya, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
Contoh dengan lisan : Misalkan ada orang tuna netra yang sedang berjalan, lalu di depannya ada sumur atau api, maka hendaknya orang yang sedang shalat memperingatkannya dengan lisan (meneriakinya) supaya tidak terjatuh ke dalam bahaya jika si buta tersebut tidak paham dengan isyarat tasbih (yakni subhaanallah-pent), sementara ia tetap di tempat shalatnya. Setelah itu, ulangilah shalatnya. Ini berlaku baik untuk imam maupun makmum.
Contoh dengan perbuatan : Misalkan ada orang yang tercebur ke dalam air lalu ditakutkan akan tenggelam, atau ada rumah yang dilalap api, atau ada ular yang bergerak mendekati seseorang – atau sebaliknya-, maka orang yang sedang shalat wajib menghentikan shalatnya lalu menolong orang yang terancam bahaya tadi semampunya. Setelah itu, ia ulangi shalatnya.
Penulis Al Mughni berkata dalam kitabnya1 dalam pembahasan hukum berbicara ketika shalat : “Bagian ke-4 : Berbicara yang hukumnya wajib : Misalnya memperingatkan anak kecil atau orang yang terancam bahaya, atau adanya ular yang sedang mendekati orang yang tidak menyadarinya atau sedang tidur, atau melihat api sedang berkobar, sedangkan tidak mungkin untuk memperingatkan orang lain dari bahaya ini dengan sekedar isyarat tasbih”.
Di dalam kitab Al Iqna’ dan Syarh-nya disebutkan : “Wajib menolong orang kafir yang mendapat perlindungan, semisal dzimmi, mu’ahad, atau musta’man yang terjatuh dalam sumur atau semisalnya, seperti bahaya ular yang mengancam dirinya, sebagaimana menolong seorang muslim dari bahaya-bahaya tersebut dengan berbagai cara. Demikian juga wajib untuk menolong orang yang tenggelam ataupun terbakar. Maka orang yang sedang shalat harus menghentikan shalatnya –baik shalat wajib
maupun sunnah- untuk menyelamatkan orang lain dari ancaman bahaya”
Di dalam Zaadul Mustaqni’ beserta Syarh-nya2 disebutkan : “(Hukum berbicara) wajib untuk memperingatkan orang lain yang terancam bahaya atau orang yang tidak menyadari adanya bahaya”
Ucapan para ahli fiqih seputar hal ini banyak dan jelas sehingga kita tidak perlu memperpanjang bahasan dengan menyebutkannya semua.
Wallahu a’lam.
Fatwa Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al ‘Aqil
Sumber: muslim.or.id
Jika saya sedang shalat, lalu saya melihat ada orang yang sedang dalam bahaya –semisal rumahnya terbakar, jatuh dari dinding, atau tertabrak mobil- bolehkah saya membatalkan shalat lalu membantu orang tersebut ataukah saya tetap meneruskan shalat saya?
Jawab:
Iya, Anda boleh membatalkan shalat jika keadaannya sebagaimana yang Anda tanyakan. Bahkan wajib bagi setiap orang untuk menyelamatkan orang lain yang terancam bahaya, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
Contoh dengan lisan : Misalkan ada orang tuna netra yang sedang berjalan, lalu di depannya ada sumur atau api, maka hendaknya orang yang sedang shalat memperingatkannya dengan lisan (meneriakinya) supaya tidak terjatuh ke dalam bahaya jika si buta tersebut tidak paham dengan isyarat tasbih (yakni subhaanallah-pent), sementara ia tetap di tempat shalatnya. Setelah itu, ulangilah shalatnya. Ini berlaku baik untuk imam maupun makmum.
Contoh dengan perbuatan : Misalkan ada orang yang tercebur ke dalam air lalu ditakutkan akan tenggelam, atau ada rumah yang dilalap api, atau ada ular yang bergerak mendekati seseorang – atau sebaliknya-, maka orang yang sedang shalat wajib menghentikan shalatnya lalu menolong orang yang terancam bahaya tadi semampunya. Setelah itu, ia ulangi shalatnya.
Penulis Al Mughni berkata dalam kitabnya1 dalam pembahasan hukum berbicara ketika shalat : “Bagian ke-4 : Berbicara yang hukumnya wajib : Misalnya memperingatkan anak kecil atau orang yang terancam bahaya, atau adanya ular yang sedang mendekati orang yang tidak menyadarinya atau sedang tidur, atau melihat api sedang berkobar, sedangkan tidak mungkin untuk memperingatkan orang lain dari bahaya ini dengan sekedar isyarat tasbih”.
Di dalam kitab Al Iqna’ dan Syarh-nya disebutkan : “Wajib menolong orang kafir yang mendapat perlindungan, semisal dzimmi, mu’ahad, atau musta’man yang terjatuh dalam sumur atau semisalnya, seperti bahaya ular yang mengancam dirinya, sebagaimana menolong seorang muslim dari bahaya-bahaya tersebut dengan berbagai cara. Demikian juga wajib untuk menolong orang yang tenggelam ataupun terbakar. Maka orang yang sedang shalat harus menghentikan shalatnya –baik shalat wajib
maupun sunnah- untuk menyelamatkan orang lain dari ancaman bahaya”
Di dalam Zaadul Mustaqni’ beserta Syarh-nya2 disebutkan : “(Hukum berbicara) wajib untuk memperingatkan orang lain yang terancam bahaya atau orang yang tidak menyadari adanya bahaya”
Ucapan para ahli fiqih seputar hal ini banyak dan jelas sehingga kita tidak perlu memperpanjang bahasan dengan menyebutkannya semua.
Wallahu a’lam.
Fatwa Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al ‘Aqil
Sumber: muslim.or.id
Respon Syubhat Ahmadiyah Tentang Atsar Aisyah r.a. Dan Hadist Maudhu'
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,,
Setelah sebelumnya Bantahan-bantahan logis yang sudah saya paparkan yakni, Respon Terhadap Syubhat Ahmadiyah Tentang Kenabian Mirza Ghulam Ahmad Dan, Respon Terhadap Syubhat Ahmadiyah Tentang Maksud Hadits "Masjidku adalah Masjid Yang Terakhir" Kali ini Bantahan mengenai Atsar dan Hadist Maudhu' yang sering digunan sebagai Hujjah kesesatan mereka.
Yang pertama saya akan bahas Atsar, Apa itu Atsar?
Atsar merupakan salah satu istilah yang ada dalam ilmu hadits. Secara bahasa Atsar berarti baqiyyat al- syay’ , artinya sisa dari sesuatu. Sedangkan secara istillah ada dua pendapat :
Atsar adalah sinonim dari hadits, yaitu segala sesuatu yang berasal dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Atsar berbeda dengan hadits, adapun pengertiannya adalah : Perkataan ataupun perbuatan yang disandarkan kepada Sahabat ataupun Tabiin.
Itulah definisi Atsar secara singkat, sekarang lanjut pada pokok permasalahan.
Ahmadiyah, dalam satu kesempatan saya berdiskusi, maka sebagai pengiat keyakinan merea mereka mencantumkan salah satu Atsar, atsar yg di cantumkan adalah sebagi berikut,
Respon :
Atsar tersebut tidak ada asalnya (laa ashla lahu), Saya sudah memberikan Hadits Nabi shallallahu ’alaihi wasallam akan tetapi di bantah dengan atsar ‘aisyah rhodiallahu’anhu, bagaimana ini? Apakah metodologi tersebut sudah benar?
Atsar yang tidak ada asal-usul (la ashla lahu) yang di lampirkan tersebut merupakan FITNAH yang keji terhadap ummul mu’minin ‘Aisyah rhodiallahu’anhu..!!
Kemudian hadits, apa itu Hadits?
Hadits menurut bahasa berarti baru. Hadits juga secara bahasa – berarti : “sesuatu yang dibicarakan atau dinukil”. Juga : “sesuatu yang sedikit atau banyak”. Bentuk jamak dari hadits adalah ahaadits .
Hadits menurut istilah ahli hadits adalah : “Apa-apa yang disandarkan kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam, baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah beliau, baik sebelum kenabian atau sesudahnya”.
Sedangkan menurut ahli ushul-fiqh, hadits adalah : “Perkataan, perbuatan, dan penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah setelah kenabian”. Adapun sebelum kenabian tidak dianggap sebagai hadits, karena yang dimaksud dengan hadits adalah mengerjakan apa yang menjadi konsekuensinya. Dan ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan apa yang terjadi setelah kenabian. (Ushulul-Hadits , Muhammad ‘Ajaj Al-Khathib, halaman 27).
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah berkata,”Buku-buku yang di dalamnya berisi tentang khabar Rasulullah, antara lain Tafsir, Sirah, Maghazi (peperangan Nabi), dan Hadits. Buku-buku hadits adalah lebih khusus berisi tentang hal-hal sesudah kenabian, meskipun berita-berita tersebut terjadi sebelum kenabian. Namun itu tidk disebutkan untuk dijadikan landasan amal dan syari’at. Bahkan ijma’ kaum muslimin menetapkan bahwa yang diwajibkan kepada hamba Allah untuk diimani dan diamalkan adalah apa yang dibawa Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam setelah kenabian”. (Fatawaa Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah, 18/10-11).
Mengenai hadist maudhu', hadist yang selalu digunakan sebagai hujjah untuk memperkuat keyakinan mereka yang sesat adalah sebagi berikut,
Respon :
Hadits KHAATAMUL AWLIYA tersebut adalah hadits maudhu’ atau hadits palsu! , Dua pelaku hadits maudhu (pembuat dan orang yang mengedarkannya dengan sengaja) terhukum sebagai pendusta, karena telah berdusta atas nama Nabi, padahal Nabi tidak pernah mengucapkan hadits tersebut !!
Hadits yang diyakini sebagai hadita riwayat Muslim nyatanya tidak ada dalam kitab Shahih Muslim itu sendiri !!, Saya katakan "Jika memang Hadits tersebut Shahih adanya, silahkan munculkan BAB dan PASALNYA dalam kitab Shahih Muslim, Bukan kitab Tafsir lain". Sebab untuk mengetahui shahih tidaknya secara zahir kita harus merujuk pada Kitab yg menjadi referensi kitab yang memuat sesuatu darinya. Dalam hal ini adalah Shahih Muslim. Jadi, silahkan munculkan BAB dan PASALNYA??
Catatan : Dalam setiap kondisi, umat Islam sangat dilarang dan tidak diperbolehkan menggunakan dalil yang dhoif, apalagi palsu dan tidak ada asalnya. Maka,jika hal tersebut dilakukan demi pembenaran argumentasinya, artinya ia telah melanggar dari ketentuan syariat dan keluar jalur keislamannya. Semoga manfaat bagi para pembaca sekalian.
Setelah sebelumnya Bantahan-bantahan logis yang sudah saya paparkan yakni, Respon Terhadap Syubhat Ahmadiyah Tentang Kenabian Mirza Ghulam Ahmad Dan, Respon Terhadap Syubhat Ahmadiyah Tentang Maksud Hadits "Masjidku adalah Masjid Yang Terakhir" Kali ini Bantahan mengenai Atsar dan Hadist Maudhu' yang sering digunan sebagai Hujjah kesesatan mereka.
Yang pertama saya akan bahas Atsar, Apa itu Atsar?
Atsar merupakan salah satu istilah yang ada dalam ilmu hadits. Secara bahasa Atsar berarti baqiyyat al- syay’ , artinya sisa dari sesuatu. Sedangkan secara istillah ada dua pendapat :
Atsar adalah sinonim dari hadits, yaitu segala sesuatu yang berasal dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Atsar berbeda dengan hadits, adapun pengertiannya adalah : Perkataan ataupun perbuatan yang disandarkan kepada Sahabat ataupun Tabiin.
Itulah definisi Atsar secara singkat, sekarang lanjut pada pokok permasalahan.
Ahmadiyah, dalam satu kesempatan saya berdiskusi, maka sebagai pengiat keyakinan merea mereka mencantumkan salah satu Atsar, atsar yg di cantumkan adalah sebagi berikut,
“Quu luu Innahu Khatamannabiyyin wala taquu luu La nabiyya Ba’dahu”
Artinya : “Katakanlah bahawa ia (muhammad) khatamannabiyyin, dan janganlah kamu katakan tidak ada nabi sesudahnya” (Durrun Mantsur jilid V hal.204, Takmilah Majmaul Bihar hal.5)
Respon :
Atsar tersebut tidak ada asalnya (laa ashla lahu), Saya sudah memberikan Hadits Nabi shallallahu ’alaihi wasallam akan tetapi di bantah dengan atsar ‘aisyah rhodiallahu’anhu, bagaimana ini? Apakah metodologi tersebut sudah benar?
Atsar yang tidak ada asal-usul (la ashla lahu) yang di lampirkan tersebut merupakan FITNAH yang keji terhadap ummul mu’minin ‘Aisyah rhodiallahu’anhu..!!
Kemudian hadits, apa itu Hadits?
Hadits menurut bahasa berarti baru. Hadits juga secara bahasa – berarti : “sesuatu yang dibicarakan atau dinukil”. Juga : “sesuatu yang sedikit atau banyak”. Bentuk jamak dari hadits adalah ahaadits .
Hadits menurut istilah ahli hadits adalah : “Apa-apa yang disandarkan kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam, baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah beliau, baik sebelum kenabian atau sesudahnya”.
Sedangkan menurut ahli ushul-fiqh, hadits adalah : “Perkataan, perbuatan, dan penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah setelah kenabian”. Adapun sebelum kenabian tidak dianggap sebagai hadits, karena yang dimaksud dengan hadits adalah mengerjakan apa yang menjadi konsekuensinya. Dan ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan apa yang terjadi setelah kenabian. (Ushulul-Hadits , Muhammad ‘Ajaj Al-Khathib, halaman 27).
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah berkata,”Buku-buku yang di dalamnya berisi tentang khabar Rasulullah, antara lain Tafsir, Sirah, Maghazi (peperangan Nabi), dan Hadits. Buku-buku hadits adalah lebih khusus berisi tentang hal-hal sesudah kenabian, meskipun berita-berita tersebut terjadi sebelum kenabian. Namun itu tidk disebutkan untuk dijadikan landasan amal dan syari’at. Bahkan ijma’ kaum muslimin menetapkan bahwa yang diwajibkan kepada hamba Allah untuk diimani dan diamalkan adalah apa yang dibawa Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam setelah kenabian”. (Fatawaa Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah, 18/10-11).
Mengenai hadist maudhu', hadist yang selalu digunakan sebagai hujjah untuk memperkuat keyakinan mereka yang sesat adalah sebagi berikut,
“anaa khootimul anbiyaa’ wa anta yaa ‘aaliy khootimamal awliyaa’” (Wafiyyatu a’ayan libni khalkan jld. I/123),
Respon :
Hadits KHAATAMUL AWLIYA tersebut adalah hadits maudhu’ atau hadits palsu! , Dua pelaku hadits maudhu (pembuat dan orang yang mengedarkannya dengan sengaja) terhukum sebagai pendusta, karena telah berdusta atas nama Nabi, padahal Nabi tidak pernah mengucapkan hadits tersebut !!
Hadits yang diyakini sebagai hadita riwayat Muslim nyatanya tidak ada dalam kitab Shahih Muslim itu sendiri !!, Saya katakan "Jika memang Hadits tersebut Shahih adanya, silahkan munculkan BAB dan PASALNYA dalam kitab Shahih Muslim, Bukan kitab Tafsir lain". Sebab untuk mengetahui shahih tidaknya secara zahir kita harus merujuk pada Kitab yg menjadi referensi kitab yang memuat sesuatu darinya. Dalam hal ini adalah Shahih Muslim. Jadi, silahkan munculkan BAB dan PASALNYA??
Catatan : Dalam setiap kondisi, umat Islam sangat dilarang dan tidak diperbolehkan menggunakan dalil yang dhoif, apalagi palsu dan tidak ada asalnya. Maka,jika hal tersebut dilakukan demi pembenaran argumentasinya, artinya ia telah melanggar dari ketentuan syariat dan keluar jalur keislamannya. Semoga manfaat bagi para pembaca sekalian.
Kamis, 27 Juni 2013
Respon Quest - QS. 14:35 "Wabaniyya" Berarti Anak cucuku / anak-anak laki-lakiku.
Kristen selalu mencari celah dalam menyesatkan umat Islam dengan berbagai fitnah-fitnah keji ataupun hal lain yang lebih miris asalkn Muslim bisa dimurtadkan olehnya, salah satunya adalah mempertanyakan ayat sbb :
Respon :
Untuk yg ini kita harus merujuk bahasa aslinya,
Kata yg dimksud "wabaniyya" yg berarti "dan anak-anakku" Namun mengapa diartikan dalam bahasa indonesia dengan "anak cucuku"?? Sedangkan dalam bahasa Inggris diartikan "Anak-anak laki-lakiku"??
Penjelasan kata2 al-Qur'an harus kita teliti sebelum mengklaim...
Bentuk kata "wabaniyya" adalah kata benda, dimana bentuk dan formatnya tidak dipengaruhi oleh waktu, baik waktu yang lalu, waktu sekarang atau waktu yang akan datang. Jadi jika diartikan "anak cucuku" tidak ada masalah dan tidak salah merujuk seperti penjelasan diatas karena bentuk katanya demikian... dan dalam bahasa Inggrispun tidak ada yg salah, sebab merujuk pada kata "wabaniyya" bergender "laki-laki" dimma penggunaan katanya khusus untuk laki-laki. Maka jika diartikan dalam bahasa inggris dengan "anak-anak laki-lakiku" pun tidak merubah esensi makna aslinya.
silahkan lihat terjemah perkata disini > http://www.study-quran.com/p/indonesian_4289.
html?m=1
QS 14:35
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya
Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri
yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak
cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
Yusuf Ali: Remember Abraham said: "O my Lord!
make this city one of peace and security: and
preserve me and my sons from worshipping idols.
MH Shakir: And when Ibrahim said: My Lord!
make this city secure, and save me and my sons
from worshipping idols
Transliteration: Waith qala ibraheemu rabbi ijAAal
hatha albalada aminan waojnubnee wabaniyya an
naAAbuda alasnama.
Indonesia : anak cucuku
Yusuf Ali : anak-anak laki-lakiku.
Mana yang bener yach??
Respon :
Untuk yg ini kita harus merujuk bahasa aslinya,
Kata yg dimksud "wabaniyya" yg berarti "dan anak-anakku" Namun mengapa diartikan dalam bahasa indonesia dengan "anak cucuku"?? Sedangkan dalam bahasa Inggris diartikan "Anak-anak laki-lakiku"??
Penjelasan kata2 al-Qur'an harus kita teliti sebelum mengklaim...
Bentuk kata "wabaniyya" adalah kata benda, dimana bentuk dan formatnya tidak dipengaruhi oleh waktu, baik waktu yang lalu, waktu sekarang atau waktu yang akan datang. Jadi jika diartikan "anak cucuku" tidak ada masalah dan tidak salah merujuk seperti penjelasan diatas karena bentuk katanya demikian... dan dalam bahasa Inggrispun tidak ada yg salah, sebab merujuk pada kata "wabaniyya" bergender "laki-laki" dimma penggunaan katanya khusus untuk laki-laki. Maka jika diartikan dalam bahasa inggris dengan "anak-anak laki-lakiku" pun tidak merubah esensi makna aslinya.
silahkan lihat terjemah perkata disini > http://www.study-quran.com/p/indonesian_4289.
html?m=1
Asbabun Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 44, 62, 76, 79, 80
Ayat 44, yaitu firman Allah ta'ala,
Ata'muruunannaasa bil birri watansauna anfusakum wa-antum tatluunal kitaaba afalaa ta'qiluun(a)
"Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu mengerti?" (al-Baqarah: 44)
Sebab Turunnya Ayat
Al-Wahidi dan ats-Tsa'labi meriwayatkan dari jalur al-Kalbi dari Abu Shaleh dari Ibnu Abbas dia berkata, "Ayat ini turun pada orang-orang Yahudi Madinah.
Ketika itu salah seorang dari mereka berkata kepada keluarga menantu, para kerabat, dan orang-orang yang mempunyai hubungan sesusuan dengannya yang semuanya adalah muslim, 'Tetaplah pada agama kalian dan pada apa yang diperintahkan oleh orang itu (Muhammad) karena apa yang diperintahkannya adalah benar." Ketika itu orang-orang Yahudi memang terbiasa menganjurkan hal itu kepada orang-orang, namun mereka sendiri tidak melakukannya.
__________________________________________
Ayat 62, yaitu firman Allah ta'ala,
Innal-ladziina aamanuu waal-ladziina haaduu wannashaara wash-shaabi-iina man aamana billahi wal yaumi-aakhiri wa'amila shaalihan falahum ajruhum 'inda rabbihim walaa khaufun 'alaihim walaa hum yahzanuun(a)
"Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh , mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (al-Baqarah: 62)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Abi Hatim dan al-Adni meriwayatkan di dalam musnad nya dari jalur Ibnu Abi Najih dari Mujahid dia berkata, "Salman berkata, 'Saya bertanya kepada Nabi saw. tentang para penganut agama yang dulu satu agama dengan saya. Saya katakan kepada beliau juga tentang sembahyang dan ibadah mereka. Maka turunlah firman Allah,
'Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi...'"
Al-Wahidi menafsirkan dari jalur Abdullah bin Katsir dari Mujahid, dia berkata, "Ketika Salman menceritakan kepada Rasulullah tentang kisah rekan-rekannya dulu, Rasulullah bersabda,
"'Mereka di dalam neraka.' Salman berkata, "Maka bumi pun terasa gelap bagiku. Lalu turun firman Allah,
'Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi...', hingga firmannya, '...dan mereka tidak bersedih hati.'
Maka saya pun merasa lega, seakan-akan sebuah gunung telah disingkirkan dari atas tubuh saya.'"
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata, "Ayat ini turun pada rekan-rekan Salman al-Farisi (sebelum dia masuk Islam)."
__________________________________________
Ayat 76, Yaitu firman Allah ta'ala,
Wa-idzaa laquul-ladziina aamanuu qaaluuu aamannaa wa-idzaa khalaa ba'dhuhum ila ba'dhin qaaluuu atuhadditsuunahum bimaa fatahallahu 'alaikum liyuhaajjuukum bihi 'inda rabbikum afalaa ta'qiluun(a)
"Dan apabila mereka berjumpa dengan orang- orang yang beriman, mereka berkata:" Kamipun telah beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mu'min) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu. tidakkah kamu mengerti?" (al-Baqarah: 76)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, "Ketika peperangan dengan Bani Quraizhah, Nabi saw. berdiri di bawah benteng mereka. Lalu beliau bersabda, 'Wahai para saudara kera! Wahai para saudara babi! Wahai hamba-hamba taghut!' Mereka pun berkata, "Siapakah yang memberi tahu hal itu kepada Muhammad? Hal itu pasti berasal dari kalian. Apakah kalian menceritakan kepada mereka tentang apa yang telah diterangkan Allah kepada kalian supaya mereka dapat mengalahkan hujah kalian di hadapan Tuhan?'" Maka turunlah ayat di atas.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur Ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Dulu orang-orang Yahudi, jika bertemu dengan orang-orang yang beriman mereka berkata, 'Kami beriman bahwa teman kalian (Muhammad) adalah utusan Allah. Akan tetapi beliau diutus untuk kalian saja.' Apabila hanya antar mereka bertemu, mereka pun berkata, "Apakah dia memberitahu orang-orang Arab dengan hal ini? Karena sesungguhnya kalian dulu minta bantuan kepadanya untuk mengalahkan mereka dan beliau dulu adalah bagian dari mereka." Lalu Allah menurunkan firman-Nya,
"Dan apabila mereka berjumpa..."
Ibnu Jarir meriwayatkan dari As-Suddi, dia berkata, "Ayat di atas turun kepada beberapa orang Yahudi yang beriman, kemudian mereka menjadi munafik. Lalu mereka mendatangi orang-orang mukmin yang berasal dari kalangan Arab dan memberitahu mereka dengan hukuman yang pernah menimpa golongan mereka. Maka dengan kesal sebagian mereka (orang-orang Yahudi itu) berkata kepada sebagian yang lain, 'Apakah kalian menceritakan kepada orang-orang mukmin tentang hukuman yang telah diterangkan Allah kepada kalian agar mereka berkata, 'Kami lebih dicintai dan lebih mulia di sisi Allah daripada kalian?!'"
__________________________________________
Ayat 79, yaitu firman Allah ta'ala
Fawailul(n)-lil-ladziina yaktubuunal kitaaba biaidiihim tsumma yaquuluuna hadzaa min 'indillahi liyasytaruu bihi tsamanan qaliilaa fawailun lahum mimmaa katabat aidiihim wawailun lahum mimmaa yaksibuun(a)
"Maka kecelakaan yAng besarlah bagi orang- orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka
sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan." (al-Baqarah: 79)
Sebab Turunnya Ayat
An-Nasa'i meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ayat ini turun kepada Ahli Kitab." Ibnu Abi Hatim dari jalur Ikrimah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ayat ini turun kepada para pendeta Yahudi. Mereka menemukan ciri-ciri Nabi saw. termaktub di dalam Taurat, yaitu pelupuk di sekeliling matanya berwarna hitam, bertubuh sedang, berambut ikal, dan berwajah tampan. Lalu mereka menghapuskan keterangan tersebut karena kedengkian dan kezaliman mereka. Atau dengan berdusta mereka berkata, 'Kami menemukan ciri-cirinya bertubuh tinggi, berkulit hijau, dan berambut lurus.'"
__________________________________________
Ayat 80, yaitu firman Allah ta'ala,
Waqaaluuu lan tamassanaannaaru ilaa ai-yaaman ma'duudatan qul attakhadztum 'indallahi 'ahdan falan yukhlifallahu 'ahdahu am taquuluuna 'alallahi maa laa ta'lamuun(a)
"Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" (al-Baqarah: 80)
Sebab Turunnya Ayat
Ath-Thabrani di dalam al-Mu'jamul Kabiir , Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Ibnu Ishaq dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Ikrimah atau Sa'id ibnuz-Zubair dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ketika Rasulullah saw. datang ke Madinah, orang-orang Yahudi mempunyai pendapat bahwa usia dunia adalah tujuh ribu tahun. Juga pendapat bahwa sesungguhnya orang-orang disiksa di dalam neraka satu hari dalam setiap seribu tahun menurut hitungan hari di akhirat. Dan siksa itu.hanya selama tujuh kali, kemudian akan berhenti. Maka Allah menurunkan firman-Nya,
'Dan mereka berkata, "Neraka tidak akan menyentuh kami,...' hingga firman-Nya, '...Mereka kekal di dalamnya.'" (al-Baqarah: 80-81)
Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang Yahudi berkata, "Kami tidak akan masuk neraka kecuali hanya memenuhi sumpah Allah. Kita hanya akan disiksa selama jumlah hari ketika kita menyembah patung lembu, yaitu selama empat puluh hari. Setelah itu siksa pun akan berhenti." Maka turunlah ayat di atas.
Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Ikrimah hadits yang berbeda.
__________________________________________
Ata'muruunannaasa bil birri watansauna anfusakum wa-antum tatluunal kitaaba afalaa ta'qiluun(a)
"Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu mengerti?" (al-Baqarah: 44)
Sebab Turunnya Ayat
Al-Wahidi dan ats-Tsa'labi meriwayatkan dari jalur al-Kalbi dari Abu Shaleh dari Ibnu Abbas dia berkata, "Ayat ini turun pada orang-orang Yahudi Madinah.
Ketika itu salah seorang dari mereka berkata kepada keluarga menantu, para kerabat, dan orang-orang yang mempunyai hubungan sesusuan dengannya yang semuanya adalah muslim, 'Tetaplah pada agama kalian dan pada apa yang diperintahkan oleh orang itu (Muhammad) karena apa yang diperintahkannya adalah benar." Ketika itu orang-orang Yahudi memang terbiasa menganjurkan hal itu kepada orang-orang, namun mereka sendiri tidak melakukannya.
__________________________________________
Ayat 62, yaitu firman Allah ta'ala,
Innal-ladziina aamanuu waal-ladziina haaduu wannashaara wash-shaabi-iina man aamana billahi wal yaumi-aakhiri wa'amila shaalihan falahum ajruhum 'inda rabbihim walaa khaufun 'alaihim walaa hum yahzanuun(a)
"Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh , mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (al-Baqarah: 62)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Abi Hatim dan al-Adni meriwayatkan di dalam musnad nya dari jalur Ibnu Abi Najih dari Mujahid dia berkata, "Salman berkata, 'Saya bertanya kepada Nabi saw. tentang para penganut agama yang dulu satu agama dengan saya. Saya katakan kepada beliau juga tentang sembahyang dan ibadah mereka. Maka turunlah firman Allah,
'Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi...'"
Al-Wahidi menafsirkan dari jalur Abdullah bin Katsir dari Mujahid, dia berkata, "Ketika Salman menceritakan kepada Rasulullah tentang kisah rekan-rekannya dulu, Rasulullah bersabda,
"'Mereka di dalam neraka.' Salman berkata, "Maka bumi pun terasa gelap bagiku. Lalu turun firman Allah,
'Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi...', hingga firmannya, '...dan mereka tidak bersedih hati.'
Maka saya pun merasa lega, seakan-akan sebuah gunung telah disingkirkan dari atas tubuh saya.'"
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata, "Ayat ini turun pada rekan-rekan Salman al-Farisi (sebelum dia masuk Islam)."
__________________________________________
Ayat 76, Yaitu firman Allah ta'ala,
Wa-idzaa laquul-ladziina aamanuu qaaluuu aamannaa wa-idzaa khalaa ba'dhuhum ila ba'dhin qaaluuu atuhadditsuunahum bimaa fatahallahu 'alaikum liyuhaajjuukum bihi 'inda rabbikum afalaa ta'qiluun(a)
"Dan apabila mereka berjumpa dengan orang- orang yang beriman, mereka berkata:" Kamipun telah beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mu'min) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu. tidakkah kamu mengerti?" (al-Baqarah: 76)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata, "Ketika peperangan dengan Bani Quraizhah, Nabi saw. berdiri di bawah benteng mereka. Lalu beliau bersabda, 'Wahai para saudara kera! Wahai para saudara babi! Wahai hamba-hamba taghut!' Mereka pun berkata, "Siapakah yang memberi tahu hal itu kepada Muhammad? Hal itu pasti berasal dari kalian. Apakah kalian menceritakan kepada mereka tentang apa yang telah diterangkan Allah kepada kalian supaya mereka dapat mengalahkan hujah kalian di hadapan Tuhan?'" Maka turunlah ayat di atas.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur Ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Dulu orang-orang Yahudi, jika bertemu dengan orang-orang yang beriman mereka berkata, 'Kami beriman bahwa teman kalian (Muhammad) adalah utusan Allah. Akan tetapi beliau diutus untuk kalian saja.' Apabila hanya antar mereka bertemu, mereka pun berkata, "Apakah dia memberitahu orang-orang Arab dengan hal ini? Karena sesungguhnya kalian dulu minta bantuan kepadanya untuk mengalahkan mereka dan beliau dulu adalah bagian dari mereka." Lalu Allah menurunkan firman-Nya,
"Dan apabila mereka berjumpa..."
Ibnu Jarir meriwayatkan dari As-Suddi, dia berkata, "Ayat di atas turun kepada beberapa orang Yahudi yang beriman, kemudian mereka menjadi munafik. Lalu mereka mendatangi orang-orang mukmin yang berasal dari kalangan Arab dan memberitahu mereka dengan hukuman yang pernah menimpa golongan mereka. Maka dengan kesal sebagian mereka (orang-orang Yahudi itu) berkata kepada sebagian yang lain, 'Apakah kalian menceritakan kepada orang-orang mukmin tentang hukuman yang telah diterangkan Allah kepada kalian agar mereka berkata, 'Kami lebih dicintai dan lebih mulia di sisi Allah daripada kalian?!'"
__________________________________________
Ayat 79, yaitu firman Allah ta'ala
Fawailul(n)-lil-ladziina yaktubuunal kitaaba biaidiihim tsumma yaquuluuna hadzaa min 'indillahi liyasytaruu bihi tsamanan qaliilaa fawailun lahum mimmaa katabat aidiihim wawailun lahum mimmaa yaksibuun(a)
"Maka kecelakaan yAng besarlah bagi orang- orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka
sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan." (al-Baqarah: 79)
Sebab Turunnya Ayat
An-Nasa'i meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ayat ini turun kepada Ahli Kitab." Ibnu Abi Hatim dari jalur Ikrimah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ayat ini turun kepada para pendeta Yahudi. Mereka menemukan ciri-ciri Nabi saw. termaktub di dalam Taurat, yaitu pelupuk di sekeliling matanya berwarna hitam, bertubuh sedang, berambut ikal, dan berwajah tampan. Lalu mereka menghapuskan keterangan tersebut karena kedengkian dan kezaliman mereka. Atau dengan berdusta mereka berkata, 'Kami menemukan ciri-cirinya bertubuh tinggi, berkulit hijau, dan berambut lurus.'"
__________________________________________
Ayat 80, yaitu firman Allah ta'ala,
Waqaaluuu lan tamassanaannaaru ilaa ai-yaaman ma'duudatan qul attakhadztum 'indallahi 'ahdan falan yukhlifallahu 'ahdahu am taquuluuna 'alallahi maa laa ta'lamuun(a)
"Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" (al-Baqarah: 80)
Sebab Turunnya Ayat
Ath-Thabrani di dalam al-Mu'jamul Kabiir , Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Ibnu Ishaq dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Ikrimah atau Sa'id ibnuz-Zubair dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ketika Rasulullah saw. datang ke Madinah, orang-orang Yahudi mempunyai pendapat bahwa usia dunia adalah tujuh ribu tahun. Juga pendapat bahwa sesungguhnya orang-orang disiksa di dalam neraka satu hari dalam setiap seribu tahun menurut hitungan hari di akhirat. Dan siksa itu.hanya selama tujuh kali, kemudian akan berhenti. Maka Allah menurunkan firman-Nya,
'Dan mereka berkata, "Neraka tidak akan menyentuh kami,...' hingga firman-Nya, '...Mereka kekal di dalamnya.'" (al-Baqarah: 80-81)
Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang Yahudi berkata, "Kami tidak akan masuk neraka kecuali hanya memenuhi sumpah Allah. Kita hanya akan disiksa selama jumlah hari ketika kita menyembah patung lembu, yaitu selama empat puluh hari. Setelah itu siksa pun akan berhenti." Maka turunlah ayat di atas.
Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Ikrimah hadits yang berbeda.
__________________________________________
Minggu, 23 Juni 2013
BUDDHA DAN MUHAMMAD S.A.W.
“Boleh jadi engkau akan membunuh dirimu karena duka-cita, karena mereka tak mau beriman” (Q.S. 26:3).
Buddha, sebagaimana telah kami ceriterakan, adalah putera seorang Raja. Sketsa hidupnya secara singkat berisi tujuh perkara: Pada masa mudanya suatu kali dia melihat seorang tua, seorang sakit dan seorang mati. Melihat tiga bencana dalam kehidupan manusia ini, dia sangat sedih sehingga memutuskan untuk mencari tahu penyebab dari kesedihan ini serta cara untuk menghindarinya. Karena itu dia mengasingkan diri untuk menyelamatkan manusia dari kekacauan yang menakutkan ini. Lalu dia membuang pakaian kerajaannya, berpisah dari isteri dan puteranya, meninggalkan istana dan menjalani hidup kependetaan, menarik diri dari segala keinginan duniawi.
Dia mengabdikan dirinya sematamata untuk menemukan penyebab dari kesakitan dan kesusahan yang meraja-lela di antara umat manusia. Dia mengunjungi banyak Resi dan muni (para wali dalam agama Hindu) dan mengadakan diskusi bersama mereka selama enam tahun. Tidak puas dengan mereka lalu dirinya sendiri menjalankan banyak praktik yang keras dalam Hindu Yogi tanpa ahasil. Tetapi simpatinya kepada penderitaan umat manusia serta hasratnya yang kuat untuk menyelamatkan kemanusiaan telah menarik turun kepemurah dan pengasih-Nya Tuhan, dan akhirnya di bawah pohon Bo dia menerima rahmat Ilahi dan cahaya yang menjadikannya memperoleh gelar “Cahaya Asia” (Ashvghosha, Kion I verg 3)
Mereka yang mempelajari kehidupan Nabi Suci kita akan mengetahui betapa beliau sangat terkejut melihat orang-orang yang terbenam dalam kebobrokan moral serta upacara mesum. Beliau demikian gelisah memikirkan mereka dan seringkali bangun pada waktu malam serta hatinya membubung tinggi; dia sering meninggalkan rumahnya dan pergi ke gua di Bukit Hira.
Kesunyianlah sesungguhnya yang menjadi hasrat dalam dirinya. Di sini dalam gua ini dia sering tinggal semalam suntuk, merenungkan nasib murung dari umatnya, berdoa dan menangis di hadapan Tuhan Yang Maha-kuasa untuk menciptakan bangsa yang beradab kelaur dari kaum yang liar itu. Seorang sufi zaman ini telah mnggambarkannya dengan kata-kata berikut ini: “Saya tak tahu betapa besar kegelisahan, kesedihan dan kedukaan yang meliputi fikirannya, dan yang menariknya ke gua yang sunyi itu dengan prihatin dan susah hati. Tiada ketakutan sedikitpun terhadap kegelapan dalam fikirannya ataupun kegentaran terhadap kesunyian, tidak takut mati, tidak khawatir terhadap reptil berbisa. Dia menangis penuh kesakitan demi perbaikan umatnya. Bermohon kepada Tuhan siang dan malam telah menjadi hasratnya. Karena itu mengingat kerendah-hatiannya, doa dan kesungguhan permohonannya, maka Tuhan Yang Maha-pengasih telah menganugerahkan kepadanya rahmat bagi dunia yang gelap mencekam”. Di gua ini kata-kata Tuhan yang diucapkan kepadanya akhirnya menjadi kekuatan yang memberi kehidupan kepada dunia. Karena itu Bukit Hira disebut Bukit Cahaya (Jabal an-Nur).. Demikianlah Nabi Suci dipanggil untuk mengemban tugas berat ini, yakni reformasi dari seluruh umat manusia; dan sesuai dengan nubuat dari Sakyamuni Gautama, Muhammad adalah Maitreya Buddha yang dihormati oleh sekitarnya
( MAULANA ABDUL HAQUE VIDYARTHI dalam bukunya, Muhammad In World Scripture, p. 202-203 )
Buddha, sebagaimana telah kami ceriterakan, adalah putera seorang Raja. Sketsa hidupnya secara singkat berisi tujuh perkara: Pada masa mudanya suatu kali dia melihat seorang tua, seorang sakit dan seorang mati. Melihat tiga bencana dalam kehidupan manusia ini, dia sangat sedih sehingga memutuskan untuk mencari tahu penyebab dari kesedihan ini serta cara untuk menghindarinya. Karena itu dia mengasingkan diri untuk menyelamatkan manusia dari kekacauan yang menakutkan ini. Lalu dia membuang pakaian kerajaannya, berpisah dari isteri dan puteranya, meninggalkan istana dan menjalani hidup kependetaan, menarik diri dari segala keinginan duniawi.
Dia mengabdikan dirinya sematamata untuk menemukan penyebab dari kesakitan dan kesusahan yang meraja-lela di antara umat manusia. Dia mengunjungi banyak Resi dan muni (para wali dalam agama Hindu) dan mengadakan diskusi bersama mereka selama enam tahun. Tidak puas dengan mereka lalu dirinya sendiri menjalankan banyak praktik yang keras dalam Hindu Yogi tanpa ahasil. Tetapi simpatinya kepada penderitaan umat manusia serta hasratnya yang kuat untuk menyelamatkan kemanusiaan telah menarik turun kepemurah dan pengasih-Nya Tuhan, dan akhirnya di bawah pohon Bo dia menerima rahmat Ilahi dan cahaya yang menjadikannya memperoleh gelar “Cahaya Asia” (Ashvghosha, Kion I verg 3)
Mereka yang mempelajari kehidupan Nabi Suci kita akan mengetahui betapa beliau sangat terkejut melihat orang-orang yang terbenam dalam kebobrokan moral serta upacara mesum. Beliau demikian gelisah memikirkan mereka dan seringkali bangun pada waktu malam serta hatinya membubung tinggi; dia sering meninggalkan rumahnya dan pergi ke gua di Bukit Hira.
Kesunyianlah sesungguhnya yang menjadi hasrat dalam dirinya. Di sini dalam gua ini dia sering tinggal semalam suntuk, merenungkan nasib murung dari umatnya, berdoa dan menangis di hadapan Tuhan Yang Maha-kuasa untuk menciptakan bangsa yang beradab kelaur dari kaum yang liar itu. Seorang sufi zaman ini telah mnggambarkannya dengan kata-kata berikut ini: “Saya tak tahu betapa besar kegelisahan, kesedihan dan kedukaan yang meliputi fikirannya, dan yang menariknya ke gua yang sunyi itu dengan prihatin dan susah hati. Tiada ketakutan sedikitpun terhadap kegelapan dalam fikirannya ataupun kegentaran terhadap kesunyian, tidak takut mati, tidak khawatir terhadap reptil berbisa. Dia menangis penuh kesakitan demi perbaikan umatnya. Bermohon kepada Tuhan siang dan malam telah menjadi hasratnya. Karena itu mengingat kerendah-hatiannya, doa dan kesungguhan permohonannya, maka Tuhan Yang Maha-pengasih telah menganugerahkan kepadanya rahmat bagi dunia yang gelap mencekam”. Di gua ini kata-kata Tuhan yang diucapkan kepadanya akhirnya menjadi kekuatan yang memberi kehidupan kepada dunia. Karena itu Bukit Hira disebut Bukit Cahaya (Jabal an-Nur).. Demikianlah Nabi Suci dipanggil untuk mengemban tugas berat ini, yakni reformasi dari seluruh umat manusia; dan sesuai dengan nubuat dari Sakyamuni Gautama, Muhammad adalah Maitreya Buddha yang dihormati oleh sekitarnya
( MAULANA ABDUL HAQUE VIDYARTHI dalam bukunya, Muhammad In World Scripture, p. 202-203 )
Sujud Menyembuhkan Penyakit
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Umat Islam akan selalu melaksanakan Shalat jikalau ia bertaqwa, ia akan selalu bersujud dalam ketaqwaannya kepada ilah yang Maha Tinggi Maha Kuasa dan Maha Segalanya. Ibadah Shalat bukan hanya mencerminkan ketaqwaan seseorang kepada Allah. Namun dibalik perintah tersebut terkandung mukjizat yang amat sangat luar biasa adanya.
Sebagaimana salah satu gerakan shalat yang kita laksanakan tiap kita shalat yakni sujud. Gerakan sujud sudah di buktikan sains bahwa sujud tersebut apabila dilakukan terus menerus mampu meningkatkan dan merangsang "kecerdasan otak" karena sirkulasi aliran darah yang ada pada otak manusia akan maksimal ketika ia sujud. Sebagaimana yang telah dikatakan Dr. Fidelma O’Leary bahwa Sujud yang tumakninah akan memaksimalkan sirkulasi darah pada otak, dimana terdapat saraf-saraf otak yang tidak dialiri darah kecuali dengan sujud. Hal inilah yang menjadi faktor utama rangsangan otak terhadap maksimalnya kerja otak pada manusia.
Bukan hanya itu saja, ternyata sujud yang dilakukan terus menerus mampu menyembuhkan penyakit. Sebagaimana yang dialami oleh Prof. Dr. Ahmad Zahro, guru besar IAIN Sunan Ampel Surabaya. Bagamana kisah Prof. Dr. Ahmad Zahro dalam keajaiban Sujud yang dialaminya.. silahkan anda baca kisahnya yakni Manfaat Sujud, Profesor Ini Sembuh dari Dua Penyakitnya…
semoga manfaat..
Umat Islam akan selalu melaksanakan Shalat jikalau ia bertaqwa, ia akan selalu bersujud dalam ketaqwaannya kepada ilah yang Maha Tinggi Maha Kuasa dan Maha Segalanya. Ibadah Shalat bukan hanya mencerminkan ketaqwaan seseorang kepada Allah. Namun dibalik perintah tersebut terkandung mukjizat yang amat sangat luar biasa adanya.
Sebagaimana salah satu gerakan shalat yang kita laksanakan tiap kita shalat yakni sujud. Gerakan sujud sudah di buktikan sains bahwa sujud tersebut apabila dilakukan terus menerus mampu meningkatkan dan merangsang "kecerdasan otak" karena sirkulasi aliran darah yang ada pada otak manusia akan maksimal ketika ia sujud. Sebagaimana yang telah dikatakan Dr. Fidelma O’Leary bahwa Sujud yang tumakninah akan memaksimalkan sirkulasi darah pada otak, dimana terdapat saraf-saraf otak yang tidak dialiri darah kecuali dengan sujud. Hal inilah yang menjadi faktor utama rangsangan otak terhadap maksimalnya kerja otak pada manusia.
Bukan hanya itu saja, ternyata sujud yang dilakukan terus menerus mampu menyembuhkan penyakit. Sebagaimana yang dialami oleh Prof. Dr. Ahmad Zahro, guru besar IAIN Sunan Ampel Surabaya. Bagamana kisah Prof. Dr. Ahmad Zahro dalam keajaiban Sujud yang dialaminya.. silahkan anda baca kisahnya yakni Manfaat Sujud, Profesor Ini Sembuh dari Dua Penyakitnya…
semoga manfaat..
Mukjizat dari Afrika, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang; Syarifuddin Khalifah
Mungkin Anda terheran-heran bahkan tidak percaya, jika ada orang yang bilang bahwa di zaman modern ini ada seorang anak dari keluarga non Muslim yang hafal Al Qur’an dan bisa shalat pada umur 1,5 tahun, menguasai lima bahasa asing pada usia 5 tahun, dan telah mengislamkan lebih dari 1.000 orang pada usia yang sama. Tapi begitulah kenyatannya, dan karenanya ia disebut sebagai bocah ajaib; sebuah tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Syarifuddin Khalifah, nama bocah itu. Ia dilahirkan di kota Arusha, Tanzania. Tanzania adalah sebuah negara di Afrika Timur yang berpenduduk 36 juta jiwa. Sekitar 35 persen penduduknya beragama Islam, disusul Kristen 30 persen dan sisanya beragam kepercayaan terutama animism. Namun, kota Arusha tempat kelahiran Syarifuddin Khalifah mayoritas penduduknya beragama Katolik. Di urutan kedua adalah Kristen Anglikan, kemudian Yahudi, baru Islam dan terakhir Hindu.
Seperti kebanyakan penduduk Ashura, orangtua Syarifuddin Khalifah juga beragama Katolik. Ibunya bernama Domisia Kimaro, sedangkan ayahnya bernama Francis Fudinkira. Suatu hari di bulan Desember 1993, tangis bayi membahagiakan keluarga itu. Sadar bahwa bayinya laki-laki, mereka lebih gembira lagi.
Sebagaimana pemeluk Katolik lainnya, Domisia dan Francis juga menyambut bayinya dengan ritual-ritual Nasrani. Mereka pun berkeinginan membawa bayi manis itu ke Gereja untuk dibaptis secepatnya. Tidak ada yang aneh saat mereka melangkah ke Gereja. Namun ketika mereka hampir memasuki altar gereja, mereka dikejutkan dengan suara yang aneh. Ternyata suara itu adalah suara bayi mereka. “Mama usinibibaptize, naamini kwa Allah wa jumbe wake Muhammad!” (Ibu, tolong jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad). Mendengar itu, Domisia dan Francis gemetar. Keringat dingin bercucuran. Setelah beradu pandang dan sedikit berbincang, mereka memutuskan untuk membawa kembali bayinya pulang. Tidak jadi membaptisnya.
Awal Maret 1994, ketika usianya melewati dua bulan, bayi itu selalu menangis ketika hendak disusui ibunya. Domisia merasa bingung dan khawatir bayinya kurang gizi jika tidak mau minum ASI. Tetapi, diagnose dokter menyatakan ia sehat. Kekhawatiran Domisia tidak terbukti. Bayinya sehat tanpa kekurangan suatu apa. Tidak ada penjelasan apapun mengapa Allah mentakdirkan Syarifuddin Khalifah tidak mau minum ASI dari ibunya setelah dua bulan.
“Apakah karena ibunya adalah seorang Kristiani? Ataukah ini merupakan fase keunikan-keunikan yang selanjutnya akan banyak mengiringi kehiduan anak ini sampai dia dikenal jutaan manusia di seluruh dunia sebagai anak ajaib?” Tanya penulis pada halaman 47.
Di tengah kebiasaan bayi-bayi belajar mengucapkan satu suku kata seperti panggilan “Ma” atau lainnya, Syarifuddin Khalifah pada usianya yang baru empat bulan mulai mengeluarkan lafal-lafal “aneh.” Beberapa
tetangga serta keluarga Domisia dan Francis terheran-heran melihat bayi itu berbicara. Mulutnya bergerak pelan dan berbunyi:”Fatuubuu ilaa baari'ikum faqtuluu anfusakum dzaalikum khairun lakum ‘inda baari- ikum, fataaba ‘alaikum innahuu huwat tawwabur rahiim.”
Orang-orang yang takjub menimbulkan kegaduhan sementara namun kemudian mereka diam dalam keheningan. Sayangnya, waktu itu mereka tidak mengetahui bahwa yang dibaca Syarifuddin Khalifah adalah QS. Al Baqarah ayat 54.
Domisia khawatir anaknya kerasukan syetan. Ia pun membawa bayi itu ke pastur, namun tetap saja Syarifuddin Khalifah mengulang-ulang ayat itu. Hingga kemudian cerita bayi kerasukan syetan itu terdengar oleh Abu Ayub, salah seorang Muslim yang tinggal di daerah itu.
Ketika Abu Ayub datang, Syarifuddin Khalifah juga membaca ayat itu. Tak kuasa melihat tanda kebesaran Allah, Abu Ayub sujud syukur di dekat bayi itu.
“Francis dan Domisia, sesungguhnya anak kalian tidak kerasukan syetan. Apa yang dibacanya adalah ayat-ayat Al Qur’an. Intinya ia mengajak kalian bertaubat kepada Allah…” kata Abu Ayub.
Beberapa waktu setelah itu Abu Ayub datang lagi dengan membawa mushaf. Ia memperlihatkan kepada Francis dan Domisia ayat-ayat yang dibaca oleh bayinya. Mereka berdua butuh waktu dalam pergulatan batin untuk beriman. Keduanya pun akhirnya mendapatkan hidayah. Mereka masuk Islam. Sesudah masuk Islam itulah mereka memberikan nama untuk anaknya sebagai “Syarifuddin Khalifah”.
Keajaiban berikutnya muncul pada usia 1,5 tahun. Ketika itu, Syarifuddin Khalifah mampu melakukan shalat serta menghafal Al Qur’an dan Bible. Lalu pada usia 4-5 tahun, ia menguasai lima bahasa. Pada usia itu Syarifuddin Khalifah mulai melakukan safari dakwah ke berbagai penjuru Tanzania hingga ke luar negeri. Hasilnya, lebih dari seribu orang masuk Islam.
Cerita lengkap dan detail tentang Syarifuddin Khalifah bisa Anda dapatkan di buku “Mukjizat dari Afrika, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang; Syarifuddin Khalifah” ini. Isinya yang menarik dengan bahasa yang mengalir serta agaknya membuat buku ini menjadi megabestseller, seperti dikampanyekan dalam cover depannya. Tercatat, dalam rentang empat bulan saja buku karya Mujahidin Nur ini telah naik cetak sebanyak delapan kali. [Muchlisin]
Sumber : bersamadakwah.com
Syarifuddin Khalifah, nama bocah itu. Ia dilahirkan di kota Arusha, Tanzania. Tanzania adalah sebuah negara di Afrika Timur yang berpenduduk 36 juta jiwa. Sekitar 35 persen penduduknya beragama Islam, disusul Kristen 30 persen dan sisanya beragam kepercayaan terutama animism. Namun, kota Arusha tempat kelahiran Syarifuddin Khalifah mayoritas penduduknya beragama Katolik. Di urutan kedua adalah Kristen Anglikan, kemudian Yahudi, baru Islam dan terakhir Hindu.
Seperti kebanyakan penduduk Ashura, orangtua Syarifuddin Khalifah juga beragama Katolik. Ibunya bernama Domisia Kimaro, sedangkan ayahnya bernama Francis Fudinkira. Suatu hari di bulan Desember 1993, tangis bayi membahagiakan keluarga itu. Sadar bahwa bayinya laki-laki, mereka lebih gembira lagi.
Sebagaimana pemeluk Katolik lainnya, Domisia dan Francis juga menyambut bayinya dengan ritual-ritual Nasrani. Mereka pun berkeinginan membawa bayi manis itu ke Gereja untuk dibaptis secepatnya. Tidak ada yang aneh saat mereka melangkah ke Gereja. Namun ketika mereka hampir memasuki altar gereja, mereka dikejutkan dengan suara yang aneh. Ternyata suara itu adalah suara bayi mereka. “Mama usinibibaptize, naamini kwa Allah wa jumbe wake Muhammad!” (Ibu, tolong jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad). Mendengar itu, Domisia dan Francis gemetar. Keringat dingin bercucuran. Setelah beradu pandang dan sedikit berbincang, mereka memutuskan untuk membawa kembali bayinya pulang. Tidak jadi membaptisnya.
Awal Maret 1994, ketika usianya melewati dua bulan, bayi itu selalu menangis ketika hendak disusui ibunya. Domisia merasa bingung dan khawatir bayinya kurang gizi jika tidak mau minum ASI. Tetapi, diagnose dokter menyatakan ia sehat. Kekhawatiran Domisia tidak terbukti. Bayinya sehat tanpa kekurangan suatu apa. Tidak ada penjelasan apapun mengapa Allah mentakdirkan Syarifuddin Khalifah tidak mau minum ASI dari ibunya setelah dua bulan.
“Apakah karena ibunya adalah seorang Kristiani? Ataukah ini merupakan fase keunikan-keunikan yang selanjutnya akan banyak mengiringi kehiduan anak ini sampai dia dikenal jutaan manusia di seluruh dunia sebagai anak ajaib?” Tanya penulis pada halaman 47.
Di tengah kebiasaan bayi-bayi belajar mengucapkan satu suku kata seperti panggilan “Ma” atau lainnya, Syarifuddin Khalifah pada usianya yang baru empat bulan mulai mengeluarkan lafal-lafal “aneh.” Beberapa
tetangga serta keluarga Domisia dan Francis terheran-heran melihat bayi itu berbicara. Mulutnya bergerak pelan dan berbunyi:”Fatuubuu ilaa baari'ikum faqtuluu anfusakum dzaalikum khairun lakum ‘inda baari- ikum, fataaba ‘alaikum innahuu huwat tawwabur rahiim.”
Orang-orang yang takjub menimbulkan kegaduhan sementara namun kemudian mereka diam dalam keheningan. Sayangnya, waktu itu mereka tidak mengetahui bahwa yang dibaca Syarifuddin Khalifah adalah QS. Al Baqarah ayat 54.
Domisia khawatir anaknya kerasukan syetan. Ia pun membawa bayi itu ke pastur, namun tetap saja Syarifuddin Khalifah mengulang-ulang ayat itu. Hingga kemudian cerita bayi kerasukan syetan itu terdengar oleh Abu Ayub, salah seorang Muslim yang tinggal di daerah itu.
Ketika Abu Ayub datang, Syarifuddin Khalifah juga membaca ayat itu. Tak kuasa melihat tanda kebesaran Allah, Abu Ayub sujud syukur di dekat bayi itu.
“Francis dan Domisia, sesungguhnya anak kalian tidak kerasukan syetan. Apa yang dibacanya adalah ayat-ayat Al Qur’an. Intinya ia mengajak kalian bertaubat kepada Allah…” kata Abu Ayub.
Beberapa waktu setelah itu Abu Ayub datang lagi dengan membawa mushaf. Ia memperlihatkan kepada Francis dan Domisia ayat-ayat yang dibaca oleh bayinya. Mereka berdua butuh waktu dalam pergulatan batin untuk beriman. Keduanya pun akhirnya mendapatkan hidayah. Mereka masuk Islam. Sesudah masuk Islam itulah mereka memberikan nama untuk anaknya sebagai “Syarifuddin Khalifah”.
Keajaiban berikutnya muncul pada usia 1,5 tahun. Ketika itu, Syarifuddin Khalifah mampu melakukan shalat serta menghafal Al Qur’an dan Bible. Lalu pada usia 4-5 tahun, ia menguasai lima bahasa. Pada usia itu Syarifuddin Khalifah mulai melakukan safari dakwah ke berbagai penjuru Tanzania hingga ke luar negeri. Hasilnya, lebih dari seribu orang masuk Islam.
Cerita lengkap dan detail tentang Syarifuddin Khalifah bisa Anda dapatkan di buku “Mukjizat dari Afrika, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang; Syarifuddin Khalifah” ini. Isinya yang menarik dengan bahasa yang mengalir serta agaknya membuat buku ini menjadi megabestseller, seperti dikampanyekan dalam cover depannya. Tercatat, dalam rentang empat bulan saja buku karya Mujahidin Nur ini telah naik cetak sebanyak delapan kali. [Muchlisin]
Sumber : bersamadakwah.com
Sabtu, 22 Juni 2013
Drakula, Pembantai Muslim yang Dijadikan Cerita Fiksi
Kisah hidup Dracula merupakan salah satu contoh bentuk manipulasi sejarah yang begitu nyata yang dilakukan Barat. Kalau film Rambo merupakan suatu fiksi yang kemudian dihasilkan seolah-olah menjadi tokoh yang nyata oleh Barat, tetapi Dracula merupakan keterbalikannya, tokoh fakta dijadikan fiksi.
Diawali dari novel karya Bram Stoker yang berjudul Dracula, kemudian tokoh ini mulai difilmkan seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula (1943), Hoor of of Dracula (1958), Nosferatu (1922) yang dibuat ulang pada tahun 1979 dan film-film dracula yang lain yang dikemas dalam bentuk yang lebih moden seperti Twilight.
Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna , kisah Dracula sebenarnya merupakan pembesar Wallachia , berketurunan Vlad Dracul.
Dalam uraian Hyphatia tersebut, kisah Dracula tidak boleh diceritakan paska Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ustmaniyah sebagai wakil Islam, dan Kerajaan Hungary sebagai wakil Kristen.
Keduanya tersebut berusaha menguasai dan merebutkan wilayah-wilayah baik Eropa maupun di Asia . Puncak peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel, yaitu ketika benteng Kristian ada di tangan kekuasaan khilafah Ustmaniyah.
Dalam peristiwa Perang Salib, Dracula merupakan salah seorang panglima tentera Salib. Dalam perang inilah Dracula banyak melakukan pembunuhan terhadap umat Islam. Hyphatia memaparkan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 jiwa umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara yang sangat biadab dan kejam, yaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula.
Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, yaitu seseorang itu ditusuk dubur dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya ditajamkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dimasukan sehingga kayu sula tersebut menembus hingga perut, kerongkongan hingga menembus kepala melalui mulut.
Hyphatia mengatakan dalam bukunya :
“Ketika matahari mulai meninggi Dracula memerintahkan penyulaan segera dimulakan. Para prajurit melakukan perintah tersebut seolah seperti robot yang telah dipogram. Penyulaan disulami dengan teriakan kesakitan dan jeritan penderitaan yang segera memenuhi segala penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam pada saat itu sedang dijemput ajal dengan cara yang begitu mengerikan. Mereka tak sempat lagi mengingat kenangan indah dan manis yang pernah mereka alami.”
Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi korban kekejaman penyulaan, tapi juga bayi. Hyphatia memberikan pemaparan tetang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut:
“Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis kerana mereka kesakitan yang amat apabila hujung kayu menembus perut kecilnya. Tubuh-tubuh korban itu meregang di kayu sula untuk menjemput ajalnya.”
Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat. Menurut Hyphatia hal ini terjadi kerana dua sebab. Pertama, pembunuhan beramai – ramai yang dilakukan Dracula terhadap umat Islam tidak boleh dihapuskan dari Perang Salib.
Negara – negara Barat yang pada masa Perang Salib menjadi tunggak utama tentera Salib, tidak mau tercoreng wajahnya. Mereka termasuk yang mengutuk dan menentang pembunuhan beramai – ramai oleh Hilter dan Pol Pot, tidak ingin membuka aib mereka sendiri. Dan ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin tampil seperti pahlawan.
Kedua, Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan Salib. Walau bagaimana pun kejamnya Dracula, nama baiknya akan selalu dilindungi. Sehingga di Rumania saat ini, Dracula masih dianggap pahlawan. Sebagaimana sebahagian besar sejarah pahlawan – pahlawan pasti akan diambil sebagai superhero dan dibuang segala kejelekan, kejahatan dan kelemahannya.
Untuk menutup kekejaman mereka, Barat terus-menerus menyembunyikan siapa sebenarnya Dracula. Mereka berusaha agar sejarah jati diri Dracula yang sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus diakui bahwa usaha Barat untuk mengubah sejarah Dracula dari fakta menjadi fiksi ini cukup berhasil.
Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat, khususnya umat Islam sendiri yang tidak mengetahui tentang siapa sebenarnya Dracula. Masyarakat umum hanya mengetahui bahwa Dracula adalah merupakan lagenda vampire yang kehausan darah, tanpa mengetahui kisah sebenarnya.
Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah diketahui umum bahawa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak boleh dilepaskan dari dua benda, yaitu bawang putih dan salib.
Konon hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan dikalahkan. Menurut Hyphatia penggunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus jejak sejarah pahlawan mujahid-mujahid Islam dalam perang salib, sekaligus untuk menunjukkan kehebatan mereka.
Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II) dan juga dikenali sebagai Al- Fateh dalam sejarah Islam. Sultan ini merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula, ia adalah seorang yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov. Namun barat berusaha memutarbalikkan fakta ini.
Mereka berusaha menciptakan cerita sejarah agar merekalah yang terlihat mengalahkan Dracula. Maka diciptakan sebuah fiksi bahwa Dracula hanya boleh dikalahkan oleh salib. Tujuannya adalah ingin menghilangkan peranan Sultan Mahmud II sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling hebat, yang bisa mengalahkan Dracula si Haus Darah.
Sumber : Muslimsays.com
Diawali dari novel karya Bram Stoker yang berjudul Dracula, kemudian tokoh ini mulai difilmkan seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula (1943), Hoor of of Dracula (1958), Nosferatu (1922) yang dibuat ulang pada tahun 1979 dan film-film dracula yang lain yang dikemas dalam bentuk yang lebih moden seperti Twilight.
Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna , kisah Dracula sebenarnya merupakan pembesar Wallachia , berketurunan Vlad Dracul.
Dalam uraian Hyphatia tersebut, kisah Dracula tidak boleh diceritakan paska Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ustmaniyah sebagai wakil Islam, dan Kerajaan Hungary sebagai wakil Kristen.
Keduanya tersebut berusaha menguasai dan merebutkan wilayah-wilayah baik Eropa maupun di Asia . Puncak peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel, yaitu ketika benteng Kristian ada di tangan kekuasaan khilafah Ustmaniyah.
Dalam peristiwa Perang Salib, Dracula merupakan salah seorang panglima tentera Salib. Dalam perang inilah Dracula banyak melakukan pembunuhan terhadap umat Islam. Hyphatia memaparkan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 jiwa umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara yang sangat biadab dan kejam, yaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula.
Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, yaitu seseorang itu ditusuk dubur dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya ditajamkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dimasukan sehingga kayu sula tersebut menembus hingga perut, kerongkongan hingga menembus kepala melalui mulut.
Hyphatia mengatakan dalam bukunya :
“Ketika matahari mulai meninggi Dracula memerintahkan penyulaan segera dimulakan. Para prajurit melakukan perintah tersebut seolah seperti robot yang telah dipogram. Penyulaan disulami dengan teriakan kesakitan dan jeritan penderitaan yang segera memenuhi segala penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam pada saat itu sedang dijemput ajal dengan cara yang begitu mengerikan. Mereka tak sempat lagi mengingat kenangan indah dan manis yang pernah mereka alami.”
Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi korban kekejaman penyulaan, tapi juga bayi. Hyphatia memberikan pemaparan tetang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut:
“Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis kerana mereka kesakitan yang amat apabila hujung kayu menembus perut kecilnya. Tubuh-tubuh korban itu meregang di kayu sula untuk menjemput ajalnya.”
Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat. Menurut Hyphatia hal ini terjadi kerana dua sebab. Pertama, pembunuhan beramai – ramai yang dilakukan Dracula terhadap umat Islam tidak boleh dihapuskan dari Perang Salib.
Negara – negara Barat yang pada masa Perang Salib menjadi tunggak utama tentera Salib, tidak mau tercoreng wajahnya. Mereka termasuk yang mengutuk dan menentang pembunuhan beramai – ramai oleh Hilter dan Pol Pot, tidak ingin membuka aib mereka sendiri. Dan ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin tampil seperti pahlawan.
Kedua, Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan Salib. Walau bagaimana pun kejamnya Dracula, nama baiknya akan selalu dilindungi. Sehingga di Rumania saat ini, Dracula masih dianggap pahlawan. Sebagaimana sebahagian besar sejarah pahlawan – pahlawan pasti akan diambil sebagai superhero dan dibuang segala kejelekan, kejahatan dan kelemahannya.
Untuk menutup kekejaman mereka, Barat terus-menerus menyembunyikan siapa sebenarnya Dracula. Mereka berusaha agar sejarah jati diri Dracula yang sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus diakui bahwa usaha Barat untuk mengubah sejarah Dracula dari fakta menjadi fiksi ini cukup berhasil.
Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat, khususnya umat Islam sendiri yang tidak mengetahui tentang siapa sebenarnya Dracula. Masyarakat umum hanya mengetahui bahwa Dracula adalah merupakan lagenda vampire yang kehausan darah, tanpa mengetahui kisah sebenarnya.
Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah diketahui umum bahawa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak boleh dilepaskan dari dua benda, yaitu bawang putih dan salib.
Konon hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan dikalahkan. Menurut Hyphatia penggunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus jejak sejarah pahlawan mujahid-mujahid Islam dalam perang salib, sekaligus untuk menunjukkan kehebatan mereka.
Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II) dan juga dikenali sebagai Al- Fateh dalam sejarah Islam. Sultan ini merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula, ia adalah seorang yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov. Namun barat berusaha memutarbalikkan fakta ini.
Mereka berusaha menciptakan cerita sejarah agar merekalah yang terlihat mengalahkan Dracula. Maka diciptakan sebuah fiksi bahwa Dracula hanya boleh dikalahkan oleh salib. Tujuannya adalah ingin menghilangkan peranan Sultan Mahmud II sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling hebat, yang bisa mengalahkan Dracula si Haus Darah.
Sumber : Muslimsays.com
Keluarga Dalam Pandangan Islam
Oleh: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah)
Setan begitu berambisi dalam merusak sebuah keluarga. Berbagai upaya ditempuh untuk mencapai ambisinya itu. Ini disebabkan keluarga merupakan pondasi bagi terbentuknya masyarakat muslim yang berkualitas.
Setiap manusia tentu mendambakan keamanan dan mereka berlomba-lomba untuk mewujudkannya dengan segala cara yang memungkinkannya. Rasa aman ini lebih mereka butuhkan daripada kebutuhan akan makanan. Karena itu Islam memperhatikan hal ini dengan cara membina manusia sebagai bagian dari masyarakat di atas akidah yang lurus disertai akhlak yang mulia. Bersamaan dengan itu, pembinaan individu-individu tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa ada wadah dan lingkungan yang baik. Dari sudut inilah kita dapat melihat nilai sebuah keluarga.
Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran. Kenapa demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah I di muka bumi.
Bila pondasi ini kuat, lurus agama dan akhlak anggotanya, maka akan kuat pula masyarakatnya dan terwujud pula keamanan yang didambakan. Sebaliknya, bila ikatan keluarga tercerai-berai dan kerusakan meracuni anggota-anggotanya maka dampaknya terlihat pada masyarakat, bagaimana kegoncangan melanda dan rapuhnya kekuatan, sehingga tidak diperoleh rasa aman.
Dari keterangan di atas pahamlah kita kenapa musuh-musuh Allah I dari kalangan setan jin dan manusia begitu berambisi untuk menghancurkan kehidupan keluarga. Mereka bantu-membantu menyisipkan kebatilan ke dalam keluarga agar apa yang diharapkan Islam dari sebuah keluarga tidak terwujud. Dan sangat disesalkan ibarat gayung bersambut, kebatilan itu banyak diserap oleh keluarga muslim. Akibatnya tatanan rumah tangga hancur dan dampaknya masyarakat diantar ke bibir jurang kehancuran. Na’udzubillah min dzalik!!! Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian.
Jauh sebelumnya Rasulullah r telah memperingatkan kita akan makar Iblis terhadap anak Adam. Bagaimana Iblis begitu bergembira bila anak buahnya dapat menghancurkan sebuah keluarga, memutuskan hubungan antara suami dengan istri sebagai dua tonggak dalam kehidupan keluarga.
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian ia mengirim tentara-tentaranya. Maka yang paling dekat di antara mereka dengan Iblis adalah yang paling besar fitnah yang ditimbulkannya. Datang salah seorang dari mereka seraya berkata: Aku telah melakukan ini dan itu. Maka Iblis menjawab: “Engkau belum melakukan apa-apa.” Lalu datang yang lain seraya berkata: “Tidaklah aku meninggalkan dia (manusia yang digodanya) hingga aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya.” Maka Iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya dan memujinya dengan berkata: “Ya, engkaulah.” (Shahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Shifatul Qiyamah wal Jannah wan Naar, Bab Tahrisyu Asy-Syaithan wa Ba’tsuhu Sarayahu Li Fitnatin Naas, 17/157- Syarah An-Nawawi)
Dalam Syarah Shahih Muslim (17/157), Al-Imam An-Nawawi t menjelaskan hadits di atas bahwa Iblis bermarkas di lautan dan dari situlah ia mengirim tentara-tentaranya ke penjuru bumi. Iblis memuji anak buahnya yang berhasil memisahkan antara suami dengan istrinya karena kagum dengan apa yang dilakukannya dan ia dapat mencapai puncak tujuan yang dikehendaki Iblis.
Begitu kuat ambisi Iblis dan para setan sebagai tentaranya untuk menghancurkan kehidupan keluarga, hingga mereka pun bersedia membantu setan dari kalangan manusia untuk mengerjakan sihir yang dapat memisahkan suami dengan istrinya. Allah I berfirman menyebutkan ihwal orang–orang Yahudi yang biasa melakukan pekerjaan kufur ini (sihir) guna memisahkan pasangan suami istri:
“Orang-orang Yahudi itu mengikuti apa yang dibacakan para setan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir). Padahal Sulaiman tidaklah kafir (mengerjakan sihir) namun setan-setan itulah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di Babil yaitu Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seorangpun sebelum keduanya mengatakan: “Kami hanyalah ujian (cobaan) bagimu. Maka janganlah engkau kufur dengan belajar sihir.” Maka mereka mempelajari sihir dari keduanya yang dengan sihir tersebut mereka bisa memisahkan antara suami dengan istrinya…” (Al-Baqarah: 102)
Kita berlindung kepada Allah I dari kejahatan sihir dan pelakunya!
Pembaca yang semoga dirahmati Allah I… Ketahuilah, suatu keluarga baru memiliki nilai lebih bila bangunan keluarga itu ditegakkan di atas dasar takwa kepada Allah I.
Untuk kepentingan ini, perlu dipersiapkan anggota keluarga yang shalih, tentunya dimulai dari pasangan suami istri. Seorang pria ketika akan menikah hendaknya mempersiapkan diri dan melihat kemampuan dirinya. Dia harus membekali diri dengan ilmu agama agar dapat memfungsikan dirinya sebagai qawwam (pemimpin) yang baik dalam rumah tangga.
Karena Allah telah menetapkan:
“Kaum pria itu adalah pemimpin atas kaum wanita disebabkan Allah telah melebihkan sebagian mereka (melebihkan kaum pria) di atas sebagian yang lain (di atas kaum wanita) dan karena kaum pria telah membelanjakan harta-harta mereka untuk menghidupi wanita….” (An-Nisa: 34)
Hendaknya seorang pria menjatuhkan pilihan hidupnya kepada wanita yang shalihah karena demikianlah yang dituntunkan oleh Nabi kita yang mulia Muhammad r.
Beliau r bersabda tentang kelebihan wanita yang shalihah:
“Dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah “. (Shahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Ar-Radha’, Bab Istihbab Nikahil Bikr. 10/56, Syarah An-Nawawi)
“Ada empat perkara yang termasuk dari kebahagiaan: istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan ada empat perkara yang termasuk dari kesengsaraan: tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), tunggangan yang jelek, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban. Hadits ini dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil t dalam kitab beliau Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain, 1/277)
Beliau mengabarkan:
“Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, kedudukannya (keturunannya), kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang memiliki agama, taribat yadaak1.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 5090, Kitab An-Nikah, bab Al-Akfaau fid Dien, dan Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Ar-Radha, bab Istihbab Nikahi Dzatid Dien, 10/51, Syarah An-Nawawi)
Al-Imam An-Nawawi t menyatakan bahwa yang benar tentang makna hadits di atas adalah Nabi r mengabarkan tentang kebiasaan yang dilakukan manusia. Mereka, ketika hendak menikah, memilih wanita dengan melihat empat perkara tersebut dan mereka mengakhirkan pertimbangan agama si wanita. Maka hendaklah engkau wahai orang yang meminta bimbingan memilih wanita yang baik agamanya. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, 10/51-52)
Al-Imam An-Nawawi melanjutkan: “Dalam hadits ini ada penekanan untuk bergaul/ berteman dengan orang yang memiliki agama dalam segala sesuatu karena berteman dengan mereka bisa mengambil faedah dari akhlak mereka, barakah mereka dan baiknya jalan hidup mereka, di samping itu kita aman dari kerusakan yang mereka timbulkan.” (10/52)
Masalah agama ini juga harus menjadi pertimbangan seorang wanita ketika ia memutuskan untuk menerima pinangan seorang pria. Karena, pria yang shalih ini bila mencintai istrinya maka ia akan memuliakannya. Namun bila tidak, maka ia tidak akan menghinakannya. Dan hal ini harus menjadi perhatian wali si wanita karena Rasulullah r bersabda:
“Apabila datang kepada kalian (para wali wanita) orang yang kalian ridha agama dan akhlaknya (untuk meminang wanita yang di bawah perwalian kalian) maka nikahkanlah laki-laki itu. Jika tidak kalian lakukan hal itu, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan terjadi kerusakan yang merata.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dll dari Abu Hurairah z. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 270)
Di antara yang dijadikan Islam sebagai tujuan berumah tangga dan dibentuknya sebuah keluarga adalah untuk memperbanyak umat Muhammad r. Karena itu ketika datang seorang pria menghadap beliau dan mengatakan: “Aku mendapatkan seorang wanita yang memiliki kecantikan dan keturunan namun ia tidak dapat melahirkan (mandul), apakah boleh aku menikahinya?” Rasulullah r menjawab: “Jangan menikahinya.” Kemudian pria tadi datang menghadap Nabi untuk kedua kalinya dan mengutarakan keinginannya untuk menikahi wanita tersebut, namun beliau melarangnya. Kemudian ia datang lagi untuk ketiga kalinya, maka beliau r bersabda:
“Nikahilah oleh kalian wanita yang penyayang lagi subur (banyak anaknya). Karena aku akan berbangga-bangga dengan banyaknya kalian di hadapan umat-umat yang lain.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasai. Dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain, 2/211)
Bila setiap muslim memperhatikan dan melaksanakan dengan baik apa yang ditetapkan dan digariskan oleh syariat agamanya, niscaya ia akan mendapati hidupnya lurus dan tenang, termasuk dalam kehidupan berkeluarga. Dan dia benar-benar dapat merasakan tanda kekuasaan Allah I sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian pasangan-pasangan kalian dari diri-diri (jenis) kalian sendiri agar kalian merasa tenang dengan keberadaan mereka dan Dia menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mau berfikir.” (Ar-Rum: 21)
Wallahu ta’ala a‘lam bish-shawab.
=============================
Catatan Kaki:
1 Al-Imam An-Nawawi t berkata tentang kalimat “taribat yadaak”: “Tentang makna kalimat ini ada perbedaan pendapat yang sangat banyak di kalangan salaf dan khalaf dari seluruh kelompok yang ada. Namun pendapat yang paling benar dan paling kuat yang dipegangi para muhaqqiq adalah kalimat ini asalnya bermakna “engkau menjadi miskin”, akan tetapi orang Arab terbiasa menggunakan kalimat ini tanpa memaksudkan hakikat maknanya yang asli. Mereka menyebut kalimat “taribat yadaak”, “qaatalahullah”, “laa ummun lahu”, “laa abun lak”, “tsakilat-hu ummuhu”, “wailun ummuhu”, dan lafadz-lafadz mereka yang semisalnya. Mereka mengucapkannya ketika mengingkari sesuatu, mencerca, atau mencelanya. Atau menganggap besar sesuatu, atau penekanan untuk melakukannya ataupun kagum terhadap sesuatu, wallahu a’lam.” (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, 3/221. Darur Rayyan lit Turats, cet. ke-1, 1407 H/1987)
Sumber : AsySyariah.com
Setan begitu berambisi dalam merusak sebuah keluarga. Berbagai upaya ditempuh untuk mencapai ambisinya itu. Ini disebabkan keluarga merupakan pondasi bagi terbentuknya masyarakat muslim yang berkualitas.
Setiap manusia tentu mendambakan keamanan dan mereka berlomba-lomba untuk mewujudkannya dengan segala cara yang memungkinkannya. Rasa aman ini lebih mereka butuhkan daripada kebutuhan akan makanan. Karena itu Islam memperhatikan hal ini dengan cara membina manusia sebagai bagian dari masyarakat di atas akidah yang lurus disertai akhlak yang mulia. Bersamaan dengan itu, pembinaan individu-individu tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa ada wadah dan lingkungan yang baik. Dari sudut inilah kita dapat melihat nilai sebuah keluarga.
Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran. Kenapa demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah I di muka bumi.
Bila pondasi ini kuat, lurus agama dan akhlak anggotanya, maka akan kuat pula masyarakatnya dan terwujud pula keamanan yang didambakan. Sebaliknya, bila ikatan keluarga tercerai-berai dan kerusakan meracuni anggota-anggotanya maka dampaknya terlihat pada masyarakat, bagaimana kegoncangan melanda dan rapuhnya kekuatan, sehingga tidak diperoleh rasa aman.
Dari keterangan di atas pahamlah kita kenapa musuh-musuh Allah I dari kalangan setan jin dan manusia begitu berambisi untuk menghancurkan kehidupan keluarga. Mereka bantu-membantu menyisipkan kebatilan ke dalam keluarga agar apa yang diharapkan Islam dari sebuah keluarga tidak terwujud. Dan sangat disesalkan ibarat gayung bersambut, kebatilan itu banyak diserap oleh keluarga muslim. Akibatnya tatanan rumah tangga hancur dan dampaknya masyarakat diantar ke bibir jurang kehancuran. Na’udzubillah min dzalik!!! Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian.
Jauh sebelumnya Rasulullah r telah memperingatkan kita akan makar Iblis terhadap anak Adam. Bagaimana Iblis begitu bergembira bila anak buahnya dapat menghancurkan sebuah keluarga, memutuskan hubungan antara suami dengan istri sebagai dua tonggak dalam kehidupan keluarga.
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian ia mengirim tentara-tentaranya. Maka yang paling dekat di antara mereka dengan Iblis adalah yang paling besar fitnah yang ditimbulkannya. Datang salah seorang dari mereka seraya berkata: Aku telah melakukan ini dan itu. Maka Iblis menjawab: “Engkau belum melakukan apa-apa.” Lalu datang yang lain seraya berkata: “Tidaklah aku meninggalkan dia (manusia yang digodanya) hingga aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya.” Maka Iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya dan memujinya dengan berkata: “Ya, engkaulah.” (Shahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Shifatul Qiyamah wal Jannah wan Naar, Bab Tahrisyu Asy-Syaithan wa Ba’tsuhu Sarayahu Li Fitnatin Naas, 17/157- Syarah An-Nawawi)
Dalam Syarah Shahih Muslim (17/157), Al-Imam An-Nawawi t menjelaskan hadits di atas bahwa Iblis bermarkas di lautan dan dari situlah ia mengirim tentara-tentaranya ke penjuru bumi. Iblis memuji anak buahnya yang berhasil memisahkan antara suami dengan istrinya karena kagum dengan apa yang dilakukannya dan ia dapat mencapai puncak tujuan yang dikehendaki Iblis.
Begitu kuat ambisi Iblis dan para setan sebagai tentaranya untuk menghancurkan kehidupan keluarga, hingga mereka pun bersedia membantu setan dari kalangan manusia untuk mengerjakan sihir yang dapat memisahkan suami dengan istrinya. Allah I berfirman menyebutkan ihwal orang–orang Yahudi yang biasa melakukan pekerjaan kufur ini (sihir) guna memisahkan pasangan suami istri:
“Orang-orang Yahudi itu mengikuti apa yang dibacakan para setan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir). Padahal Sulaiman tidaklah kafir (mengerjakan sihir) namun setan-setan itulah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di Babil yaitu Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seorangpun sebelum keduanya mengatakan: “Kami hanyalah ujian (cobaan) bagimu. Maka janganlah engkau kufur dengan belajar sihir.” Maka mereka mempelajari sihir dari keduanya yang dengan sihir tersebut mereka bisa memisahkan antara suami dengan istrinya…” (Al-Baqarah: 102)
Kita berlindung kepada Allah I dari kejahatan sihir dan pelakunya!
Pembaca yang semoga dirahmati Allah I… Ketahuilah, suatu keluarga baru memiliki nilai lebih bila bangunan keluarga itu ditegakkan di atas dasar takwa kepada Allah I.
Untuk kepentingan ini, perlu dipersiapkan anggota keluarga yang shalih, tentunya dimulai dari pasangan suami istri. Seorang pria ketika akan menikah hendaknya mempersiapkan diri dan melihat kemampuan dirinya. Dia harus membekali diri dengan ilmu agama agar dapat memfungsikan dirinya sebagai qawwam (pemimpin) yang baik dalam rumah tangga.
Karena Allah telah menetapkan:
“Kaum pria itu adalah pemimpin atas kaum wanita disebabkan Allah telah melebihkan sebagian mereka (melebihkan kaum pria) di atas sebagian yang lain (di atas kaum wanita) dan karena kaum pria telah membelanjakan harta-harta mereka untuk menghidupi wanita….” (An-Nisa: 34)
Hendaknya seorang pria menjatuhkan pilihan hidupnya kepada wanita yang shalihah karena demikianlah yang dituntunkan oleh Nabi kita yang mulia Muhammad r.
Beliau r bersabda tentang kelebihan wanita yang shalihah:
“Dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah “. (Shahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Ar-Radha’, Bab Istihbab Nikahil Bikr. 10/56, Syarah An-Nawawi)
“Ada empat perkara yang termasuk dari kebahagiaan: istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan ada empat perkara yang termasuk dari kesengsaraan: tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), tunggangan yang jelek, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban. Hadits ini dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil t dalam kitab beliau Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain, 1/277)
Beliau mengabarkan:
“Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, kedudukannya (keturunannya), kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang memiliki agama, taribat yadaak1.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 5090, Kitab An-Nikah, bab Al-Akfaau fid Dien, dan Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Ar-Radha, bab Istihbab Nikahi Dzatid Dien, 10/51, Syarah An-Nawawi)
Al-Imam An-Nawawi t menyatakan bahwa yang benar tentang makna hadits di atas adalah Nabi r mengabarkan tentang kebiasaan yang dilakukan manusia. Mereka, ketika hendak menikah, memilih wanita dengan melihat empat perkara tersebut dan mereka mengakhirkan pertimbangan agama si wanita. Maka hendaklah engkau wahai orang yang meminta bimbingan memilih wanita yang baik agamanya. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, 10/51-52)
Al-Imam An-Nawawi melanjutkan: “Dalam hadits ini ada penekanan untuk bergaul/ berteman dengan orang yang memiliki agama dalam segala sesuatu karena berteman dengan mereka bisa mengambil faedah dari akhlak mereka, barakah mereka dan baiknya jalan hidup mereka, di samping itu kita aman dari kerusakan yang mereka timbulkan.” (10/52)
Masalah agama ini juga harus menjadi pertimbangan seorang wanita ketika ia memutuskan untuk menerima pinangan seorang pria. Karena, pria yang shalih ini bila mencintai istrinya maka ia akan memuliakannya. Namun bila tidak, maka ia tidak akan menghinakannya. Dan hal ini harus menjadi perhatian wali si wanita karena Rasulullah r bersabda:
“Apabila datang kepada kalian (para wali wanita) orang yang kalian ridha agama dan akhlaknya (untuk meminang wanita yang di bawah perwalian kalian) maka nikahkanlah laki-laki itu. Jika tidak kalian lakukan hal itu, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan terjadi kerusakan yang merata.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dll dari Abu Hurairah z. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 270)
Di antara yang dijadikan Islam sebagai tujuan berumah tangga dan dibentuknya sebuah keluarga adalah untuk memperbanyak umat Muhammad r. Karena itu ketika datang seorang pria menghadap beliau dan mengatakan: “Aku mendapatkan seorang wanita yang memiliki kecantikan dan keturunan namun ia tidak dapat melahirkan (mandul), apakah boleh aku menikahinya?” Rasulullah r menjawab: “Jangan menikahinya.” Kemudian pria tadi datang menghadap Nabi untuk kedua kalinya dan mengutarakan keinginannya untuk menikahi wanita tersebut, namun beliau melarangnya. Kemudian ia datang lagi untuk ketiga kalinya, maka beliau r bersabda:
“Nikahilah oleh kalian wanita yang penyayang lagi subur (banyak anaknya). Karena aku akan berbangga-bangga dengan banyaknya kalian di hadapan umat-umat yang lain.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasai. Dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain, 2/211)
Bila setiap muslim memperhatikan dan melaksanakan dengan baik apa yang ditetapkan dan digariskan oleh syariat agamanya, niscaya ia akan mendapati hidupnya lurus dan tenang, termasuk dalam kehidupan berkeluarga. Dan dia benar-benar dapat merasakan tanda kekuasaan Allah I sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian pasangan-pasangan kalian dari diri-diri (jenis) kalian sendiri agar kalian merasa tenang dengan keberadaan mereka dan Dia menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mau berfikir.” (Ar-Rum: 21)
Wallahu ta’ala a‘lam bish-shawab.
=============================
Catatan Kaki:
1 Al-Imam An-Nawawi t berkata tentang kalimat “taribat yadaak”: “Tentang makna kalimat ini ada perbedaan pendapat yang sangat banyak di kalangan salaf dan khalaf dari seluruh kelompok yang ada. Namun pendapat yang paling benar dan paling kuat yang dipegangi para muhaqqiq adalah kalimat ini asalnya bermakna “engkau menjadi miskin”, akan tetapi orang Arab terbiasa menggunakan kalimat ini tanpa memaksudkan hakikat maknanya yang asli. Mereka menyebut kalimat “taribat yadaak”, “qaatalahullah”, “laa ummun lahu”, “laa abun lak”, “tsakilat-hu ummuhu”, “wailun ummuhu”, dan lafadz-lafadz mereka yang semisalnya. Mereka mengucapkannya ketika mengingkari sesuatu, mencerca, atau mencelanya. Atau menganggap besar sesuatu, atau penekanan untuk melakukannya ataupun kagum terhadap sesuatu, wallahu a’lam.” (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, 3/221. Darur Rayyan lit Turats, cet. ke-1, 1407 H/1987)
Sumber : AsySyariah.com
Respon Quest - Dua Barat dan Dua Timur
Ar-Rahman [55]: 17
"Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya."
sebagaimana kita ketahui bahwasanya tempat terbitnya matahari adalah di sebelah Timur, dan terbenam matahari adalah di sebelah barat. Ayat ini sering dijadikan bahan pertanyaan nonmuslim, yakni
"kedua tempat terbit dan kedua tempat terbenamnya matahari, berarti timurnya dua baratnya dua donk! truz timur dan barat yang satunya kemana!? oot ya!
pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang saya alami sendiri. Sebenarnya dia yang berkata seperti atas tidak mengetahui makna yang terkandung didalam ayat tersebut.
Maksud dari dua timur dan dua barat menurut ahli tafsir adalah tempat terbitnya dan terbenamnya matahari pada dua musim, yaitu musim panas dan musim dingin.
Ayat ini sebenarnya juga menjelaskan bahwa "bumi itu bulat" bagaimana bisa ayat ini di korelasikan dgn fakta bahwa "bumi itu bulat"?
Allah SWT. memberikan pengetahuan di dalam ayat ini mengenai penjelasan bahwa bumi itu adalah bulat. dimana arah Timur (tempat terbit matahari) & Barat (tempat terbenamnya matahari) adalah arah yang sangat relatif.
Fakta bumi ini bulat, ditemukan oleh Christoper Columbus pada abad ke-15 (9 abad setelah Alquran diturunkan) dimana Columbus melakukan ekspedisi kearah barat untuk mencapai tempat yg dikatakan di dalam peta itu posisinya adalah arah timur. Dan diakhir ekspedisinya saat ia menemukan tempat yg di maksud akhirnya disimpulkan bahwa TIDAK ADA POSISI PALING TIMUR ATAU PALING BARAT DALAM BUMI INI.
Lalu apa korelasi antara "bumi itu bulat" dgn "dua timur dan dua barat"?
jawabannya ialah, hanya jika bumi itu bulat maka paling tidak timur akan menjadi dua dan barat akan menjadi dua dalam posisi yang relatif!
Posisi matahari pun relatif terhadap bumi, dari dua tempat yg tepat berseberangan maka matahari dilihat pada posisi barat sekaligus timur.
Seperti gambar di atas!!
Dengan begitu dapat kita simpulkan.
1. Jika matahari terbit disuatu tempat berarti disaat yang sama maka matahari terbenam ditempat yg lainya. Begitupun seabliknya.
2. Tidur disuatu tempat berasti barat ditempat lainnya. Begitupun sebaliknya.
Maka, terdapatlah dua timur (tempat terbit matahari) dan dua barat (tempat terbenam matahari) karena bumi itu bulat.
Jumat, 21 Juni 2013
Beda Sunni Dan Syiah
SUNNI : Adalah mereka yang percaya bahwa jalan untuk memilih pemimpin tertinggi adalah melalui AHLUL-HALLI WAL-’AQDI ( seperti Dewan Perwakilan ) dalam sebuah jamaah muslimin. Dengan demikian, mereka sangat menghormati para sahabat nabi dan memercayai keabsahan penunjukan Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib — semoga Allah SWT meridhai mereka semua, sebagai khalifah kaum muslimin setelah wafatnya Rasulullah.
SYIAH : Adalah mereka yang terdiri dari beberapa golongan, dan golongan Syiah yang paling populer adala Syiah Imamiyyah Al-Itsna 'Asyariyyah. Mereka ini adalah para pemimpin tertinggi yang berada di kalangan masyarakat Iran. Mereka berpendapat bahwa penunjukan Imam ( pemimpin ) dilakukan secara NASH ( Tertulis ) seperti halnya yang terjadi pada penunjukn para Nabi. Mereka berpendapat bahwa Nabi Muhammad telah menetapkan Ali bin Abi Thalib sebagai Imam setelah beliau wafat. Mereka mencela para sahabat karena tidak menyetujui hal tersebut. Mereka juga tidak percaya keabsahan penunjukan Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Utsman bi Affan sebagai khalifah. Disamping itu, kaum Syiah juga memiliki banyakpenyimpangan, baik dari aspek ideologi maupun amalan.
__________________________________________
Sumber : Mereka bertanya Islam menjawab, Prof. Dr. Shalah Shawi, hal. 52-53 ).
__________________________________________
SYIAH : Adalah mereka yang terdiri dari beberapa golongan, dan golongan Syiah yang paling populer adala Syiah Imamiyyah Al-Itsna 'Asyariyyah. Mereka ini adalah para pemimpin tertinggi yang berada di kalangan masyarakat Iran. Mereka berpendapat bahwa penunjukan Imam ( pemimpin ) dilakukan secara NASH ( Tertulis ) seperti halnya yang terjadi pada penunjukn para Nabi. Mereka berpendapat bahwa Nabi Muhammad telah menetapkan Ali bin Abi Thalib sebagai Imam setelah beliau wafat. Mereka mencela para sahabat karena tidak menyetujui hal tersebut. Mereka juga tidak percaya keabsahan penunjukan Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Utsman bi Affan sebagai khalifah. Disamping itu, kaum Syiah juga memiliki banyak
__________________________________________
Sumber : Mereka bertanya Islam menjawab, Prof. Dr. Shalah Shawi, hal. 52-53 ).
__________________________________________
Respon Quest - Wanita Baik sama dengan Kotoran?
Kita semua sudah tahu bahwa Situs Faith Freedom atau disingkat FF atau FFI adalah kumpulan orang-orang yang sangat phobia terhadap Islam, senang menghujat dan menfitnah Islam. mereka tidak segan-segan memelintir, merubah redaksi, menutup mata terhadap fakta atau kebenaran yang sesungguhnya asalkan hawa nafsu mereka untuk menghujat terpuaskan.
Kali ini mereka mempersoalkan sebuah Hadits Nabi yang berisi perumpamaan bagi wanita yang baik-baik yang berada ditempat yang jelek. Yang menurut mereka diumpamakan seperti kotoran.
Tuduhan : perempuan baik - baik sama dengan kotoran
"Berhati-hatilah kalian terhadap Khadra’ ad-Diman (hijaunya kotoran ternak), Rasulullah ditanya, apakah khadra’ ad-diman itu? Beliau bersabda; Perempuan yang baik di lingkungan yang buruk. "
conclusinya adalah: perempuan yang baik = kotoran ternak kasihan para muslim
Respon :
Menurut kami tidak ada yang masalah dengan hadits tersebut. Karena akal cerdas kita bisa membaca bahwa isi dari hadits tersebut adalah perumpamaan bukan makna yang sebenarnya.
Bahwa lingkungan yang buruk tentu dapat menimbulkan efek negatif bagi wanita tersebut maupun orang lain.
Selain itu, Hadits ini juga setelah ditakhrij ternyata Dhoif.
Berhati-hatilah kalian terhadap Khadra’ ad-Diman (hijaunya kotoran ternak), Rasulullah ditanya, apakah khadra’ ad-diman itu? Beliau bersabda; Perempuan yang baik di lingkungan yang buruk."
Al-Iraqi berkata; Hadis ini dla’if, dan juga didla’ifkan oleh Ibnu al-Mulqin.
Al-Albani berkata; Hadis ini dla’if jiddan (lemah sekali). Takhrij al-Ihya’ (2:42), adl-Dla’ifah:14
Oleh karena itu jika Hadits sudah Dhoif maka jelas itu bukan perkataan Nabi. Sehingga tidak perlu dirisaukan. Sementara soal penghujatan FFI, tidak perlu terlalu dirisaukan, orang-orang kafir memang kenyataanya suka menghujat dan menfitnah. dan kami yakni meski mereka sudah membaca bantahan atau tanggapan dari kami, mereka pastinya tetap saja akan menghujat dan mencaci maki Nabi Muhammad. Karena tujuan utama mereka bukanlah meraih kebenaran, tapi ingin menghujat dan mencaci maki. Dan orang-orang yang suka mencaci maki tidak membutuhkan kebenaran, tapi yang mereka butuhkan hanyalah pemuasan hawa Nafsu mereka.
Wallahu A'lam . . .
Kali ini mereka mempersoalkan sebuah Hadits Nabi yang berisi perumpamaan bagi wanita yang baik-baik yang berada ditempat yang jelek. Yang menurut mereka diumpamakan seperti kotoran.
Tuduhan : perempuan baik - baik sama dengan kotoran
"Berhati-hatilah kalian terhadap Khadra’ ad-Diman (hijaunya kotoran ternak), Rasulullah ditanya, apakah khadra’ ad-diman itu? Beliau bersabda; Perempuan yang baik di lingkungan yang buruk. "
conclusinya adalah: perempuan yang baik = kotoran ternak kasihan para muslim
Respon :
Menurut kami tidak ada yang masalah dengan hadits tersebut. Karena akal cerdas kita bisa membaca bahwa isi dari hadits tersebut adalah perumpamaan bukan makna yang sebenarnya.
Bahwa lingkungan yang buruk tentu dapat menimbulkan efek negatif bagi wanita tersebut maupun orang lain.
Selain itu, Hadits ini juga setelah ditakhrij ternyata Dhoif.
Berhati-hatilah kalian terhadap Khadra’ ad-Diman (hijaunya kotoran ternak), Rasulullah ditanya, apakah khadra’ ad-diman itu? Beliau bersabda; Perempuan yang baik di lingkungan yang buruk."
Al-Iraqi berkata; Hadis ini dla’if, dan juga didla’ifkan oleh Ibnu al-Mulqin.
Al-Albani berkata; Hadis ini dla’if jiddan (lemah sekali). Takhrij al-Ihya’ (2:42), adl-Dla’ifah:14
Oleh karena itu jika Hadits sudah Dhoif maka jelas itu bukan perkataan Nabi. Sehingga tidak perlu dirisaukan. Sementara soal penghujatan FFI, tidak perlu terlalu dirisaukan, orang-orang kafir memang kenyataanya suka menghujat dan menfitnah. dan kami yakni meski mereka sudah membaca bantahan atau tanggapan dari kami, mereka pastinya tetap saja akan menghujat dan mencaci maki Nabi Muhammad. Karena tujuan utama mereka bukanlah meraih kebenaran, tapi ingin menghujat dan mencaci maki. Dan orang-orang yang suka mencaci maki tidak membutuhkan kebenaran, tapi yang mereka butuhkan hanyalah pemuasan hawa Nafsu mereka.
Wallahu A'lam . . .
Sifat Muslim Yang Sempurna
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah .” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40 )
Dan dalam riwayat Tirmidzi dan An Nasa’i,
“Seorang mu’min (yang sempurna) yaitu orang yang manusia merasa aman darah mereka dan harta mereka dari gangguannya.”
Dan tambahan dalam riwayat lain,
“Dan yang disebut dengan orang yang berjihad adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah .”
Hadis di atas menjelaskan tentang beberapa istilah yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai sebagai kunci kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu Islam, Iman, hijrah dan jihad Dan disebutkan pula batasan-batasannya dengan menggunkan kalimat yang ringkas namun sarat makna. Seorang muslim yang sempurna adalah jika orang-orang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya.
Oleh karena itulah hakikat islam adalah menyerahkan diri kepada Allah, menyempurnakan ibadah hanya kepadaNya dan menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak sesama muslim lain. Dan tidak akan sempurna islam seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya. Hal ini tidaklah terrealisasi kecuali dengan selamatnya saudaranya dari kejelekan lisannya dan jeleknya perbuatan tangannya.
Karena hal ini merupakan kewajiban dasar seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim. Jika saudaranya saja tidak bisa selamat dari gangguan lisan dan tangannya, bagaimana mungkin dia bisa melaksanakan kewajibannya terhadap saudaranya sesama muslim? Selamatnya saudara-saudaranya dari keburukan perkataan dan perbuatannya, merupakan salah satu tanda sempurnanya keislaman seseorang.
Dalam hadits yang telah disebutkan di awal, Rasulullah menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai iman yang sempurna ialah jika manusia merasa aman dari gangguannya. Karena sesungguhnya iman, jika ia telah tinggal di dalam hati dan memenuhinya, maka ia akan mendorong pemiliknya untuk melaksanakan hak-hak iman. Di antara hak- hak iman yang paling penting adalah: Menjaga amanah, jujur dalam bermuamalah, dan menahan diri dari berbuat dholim terhadap manusia dalam perkara darah dan harta mereka. Jika dia telah melaksankan hal-hal tersebut, maka dengan hal itulah orang- orang akan mengenal kebaikan-kebaikannya tersebut, sehingga mereka pun akan merasa aman (karena merasa tidak akan di ganggu) darah dan harta mereka. Dan orang-orang pun akan percaya terhadapnya karena mereka tahu bahwa dia adalah orang yang menjaga amanah, karena menjaga amanah adalah termasuk dari kewajiban keimanan yang paling penting. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah sempurna iman seseorang yang tidak menjaga amanah .” (HR. Ahmad 3/135, Ibnu Hibban 194. Dishahihkan oleh syaikh Al Albani dalam shahiihul jaami ’ )
Begitu pentingnya seorang muslim mempunyai sifat menjaga amanah hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyebutkan bahwa iman seseorang tidaklah sempurna hingga ia menjadi seseorang yang menjaga amanah.
Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam punmenjelaskan dalam hadits di atas bahwa hijrah yang menjadi kewajiban bagi setiap individu kaum muslimin adalah hijrah meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat, dan kewajiban ini tidaklah gugur bagi tiap mukallaf (orang yang baligh dan berakal) bagaimanapun keadaannya. Karena Allah Ta’ala telah melarang para hambanya melakukan perbuatan-perbuatan haram dan perbuatan maksiat. Adapun hijrah secara khusus adalah seseorang berpindah dari suatu negri kafir atau negri yang penuh dengan perbuatan bid’ah menuju negri islam. Hijrah ini tidak wajib bagi semua individu, akan tetapi hukumnya berbeda-beda bagi setiap orang sesuai keadaannya.
Kemudian dalam hadits tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan hakikat orang yang berjihad, yaitu orang yang berjuang melawan dirinya untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Karena sesungguhnya jiwa manusia seringkali merasa malas untuk melakukan ketaatan, memerintahkan kepada perbuatan buruk, dan cepat mengeluh ketika mendapat musibah. Oleh karena itulah seseorang butuh kesungguhan untuk melawan nafsunya agar dia dapat kokoh di atas ketaatan kepada Allah Ta’ala , agar dia bisa bersabar ketika mendapatkan musibah. Maka inilah bentuk ketaatan yang sesungguhnya, yaitu seseorang bersungguh- sungguh melaksanakan perintah, bersungguh-sungguh menjauhi larangan dan bersabar atas takdir yang menimpanya.
Siapa saja yang mengamalkan hadits di atas maka dia telah mengamalkan perkara agama semuanya. Karena hadits tersebut menyebutkan bahwa seorang muslim yang sejati adalah orang yang muslim lain selamat dari lisannya, orang yang manusia merasa aman darah dan harta mereka darinya, orang yang meninggalkan perkara yang Allah larang, orang yang bersungguh-sungguh berjuang melawan dirinya untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah.
Baginya, tidak ada kebaikan dalam perkara agama maupun perkara dunia, baik lahir maupun batin kecuali dia akan melaksanakannya, dan tidak ada keburukan kecuali pasti dia akan meninggalkannya. Semoga Allah Ta’ala memberikan kita Taufik untuk dapat mengamalkan hadits di atas. Hanya Allah-lah sebaik-baik pemberi Taufik.
Sumber : muslinah.or.id
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah .” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40 )
Dan dalam riwayat Tirmidzi dan An Nasa’i,
“Seorang mu’min (yang sempurna) yaitu orang yang manusia merasa aman darah mereka dan harta mereka dari gangguannya.”
Dan tambahan dalam riwayat lain,
“Dan yang disebut dengan orang yang berjihad adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah .”
Hadis di atas menjelaskan tentang beberapa istilah yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai sebagai kunci kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu Islam, Iman, hijrah dan jihad Dan disebutkan pula batasan-batasannya dengan menggunkan kalimat yang ringkas namun sarat makna. Seorang muslim yang sempurna adalah jika orang-orang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya.
Oleh karena itulah hakikat islam adalah menyerahkan diri kepada Allah, menyempurnakan ibadah hanya kepadaNya dan menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak sesama muslim lain. Dan tidak akan sempurna islam seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya. Hal ini tidaklah terrealisasi kecuali dengan selamatnya saudaranya dari kejelekan lisannya dan jeleknya perbuatan tangannya.
Karena hal ini merupakan kewajiban dasar seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim. Jika saudaranya saja tidak bisa selamat dari gangguan lisan dan tangannya, bagaimana mungkin dia bisa melaksanakan kewajibannya terhadap saudaranya sesama muslim? Selamatnya saudara-saudaranya dari keburukan perkataan dan perbuatannya, merupakan salah satu tanda sempurnanya keislaman seseorang.
Dalam hadits yang telah disebutkan di awal, Rasulullah menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai iman yang sempurna ialah jika manusia merasa aman dari gangguannya. Karena sesungguhnya iman, jika ia telah tinggal di dalam hati dan memenuhinya, maka ia akan mendorong pemiliknya untuk melaksanakan hak-hak iman. Di antara hak- hak iman yang paling penting adalah: Menjaga amanah, jujur dalam bermuamalah, dan menahan diri dari berbuat dholim terhadap manusia dalam perkara darah dan harta mereka. Jika dia telah melaksankan hal-hal tersebut, maka dengan hal itulah orang- orang akan mengenal kebaikan-kebaikannya tersebut, sehingga mereka pun akan merasa aman (karena merasa tidak akan di ganggu) darah dan harta mereka. Dan orang-orang pun akan percaya terhadapnya karena mereka tahu bahwa dia adalah orang yang menjaga amanah, karena menjaga amanah adalah termasuk dari kewajiban keimanan yang paling penting. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah sempurna iman seseorang yang tidak menjaga amanah .” (HR. Ahmad 3/135, Ibnu Hibban 194. Dishahihkan oleh syaikh Al Albani dalam shahiihul jaami ’ )
Begitu pentingnya seorang muslim mempunyai sifat menjaga amanah hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyebutkan bahwa iman seseorang tidaklah sempurna hingga ia menjadi seseorang yang menjaga amanah.
Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam punmenjelaskan dalam hadits di atas bahwa hijrah yang menjadi kewajiban bagi setiap individu kaum muslimin adalah hijrah meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat, dan kewajiban ini tidaklah gugur bagi tiap mukallaf (orang yang baligh dan berakal) bagaimanapun keadaannya. Karena Allah Ta’ala telah melarang para hambanya melakukan perbuatan-perbuatan haram dan perbuatan maksiat. Adapun hijrah secara khusus adalah seseorang berpindah dari suatu negri kafir atau negri yang penuh dengan perbuatan bid’ah menuju negri islam. Hijrah ini tidak wajib bagi semua individu, akan tetapi hukumnya berbeda-beda bagi setiap orang sesuai keadaannya.
Kemudian dalam hadits tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan hakikat orang yang berjihad, yaitu orang yang berjuang melawan dirinya untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Karena sesungguhnya jiwa manusia seringkali merasa malas untuk melakukan ketaatan, memerintahkan kepada perbuatan buruk, dan cepat mengeluh ketika mendapat musibah. Oleh karena itulah seseorang butuh kesungguhan untuk melawan nafsunya agar dia dapat kokoh di atas ketaatan kepada Allah Ta’ala , agar dia bisa bersabar ketika mendapatkan musibah. Maka inilah bentuk ketaatan yang sesungguhnya, yaitu seseorang bersungguh- sungguh melaksanakan perintah, bersungguh-sungguh menjauhi larangan dan bersabar atas takdir yang menimpanya.
Siapa saja yang mengamalkan hadits di atas maka dia telah mengamalkan perkara agama semuanya. Karena hadits tersebut menyebutkan bahwa seorang muslim yang sejati adalah orang yang muslim lain selamat dari lisannya, orang yang manusia merasa aman darah dan harta mereka darinya, orang yang meninggalkan perkara yang Allah larang, orang yang bersungguh-sungguh berjuang melawan dirinya untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah.
Baginya, tidak ada kebaikan dalam perkara agama maupun perkara dunia, baik lahir maupun batin kecuali dia akan melaksanakannya, dan tidak ada keburukan kecuali pasti dia akan meninggalkannya. Semoga Allah Ta’ala memberikan kita Taufik untuk dapat mengamalkan hadits di atas. Hanya Allah-lah sebaik-baik pemberi Taufik.
Sumber : muslinah.or.id
Penolakan Kalimat "Insya Allah" Oleh Kristen Adalah Pelanggaran Mereka terhadap Kitabnya
Umat kristen kerap kali melecehkan Islam dengan meributkan kalimat "Insya Allah". Dengan hujjah bahwa TIDAK ADA KEPASTIAN DALAM ISLAM DENGAN KALIMAT INSYA ALLAH. Disini mereka hanya tidak mampu memahami makna yang bnar dari kalimat Insya Allah itu sendiri, untuk membaca makna kalimat Insya Allah silahkah baca DISINI
Merujuk pada penolakan umat kristen terhadap kalimat Insya Allah artinya kristen sama saja melanggar kitabnya sendiri dengan terang-terangan,
Simak ayat sebagai berikut,
Kisah para rasul fatsal 18 ayat 21; (1960)
Melainkan sambil meminta diri ia berkata: Insya Allah, aku akan kembali padamu.
TL (1954)
Kis 18:21 melainkan sambil meminta diri ia berkata, "Insya Allah aku akan kembali kepadamu." Lalu berlayarlah ia dari Epesus.
KSI (2000)
Kis 18:21
Ia berkata, “Insya Allah, aku akan kembali kepadamu nanti.” Kemudian ia berangkat dari Efesus dan berlayar.
Shellabear Draft (1912)
Kis 18:21
lalu bermohon juga serta berkata, Insya Allah aku akan berbalik pula kepadamu." Maka berlayarlah ia dari Epesus
Klinkert 1879 (1879)
Kis 18:21 Maka bermoehoenlah ija kapada mareka-itoe, katanja: Tadapat tidak akoe mendapati hari-raja, jang datang ini, di Jeroezalem, kemoedian akoe hendak balik kapada kamoe, insja' Allah. Hata maka berlajarlah ija dari Epesoes.
Leydekker Draft (1733)
Kis 18:21
Tetapi bermohonlah 'ija kapada marika 'itu, 'udjarnja: sakali 2 haros 'aku memegang masa raja jang datang 'itu di-Jerusjalejm: tetapi 'aku 'akan pulang kapada kamu, 'insja`-'allah. Maka berlajerlah 'ija deri pada 'Efsus.
Alkitab Sabda|Kis 18:21
Yakobus fatsal 4 ayat 13-17 (1960)
Hai kamu jang berkata: "Bahwa hari ini atau besoknja biarlah kita pergi kenegeri anu serta menahun disitu, dan berniaga dan mentjari laba"; pada halnja kamu tiada mengetahui apa jang akan djadi besoknja. Bahaimanakah hidupmu itu? Karena kamu hanja suatu uap, jang kelihatan seketika sahadja lamanja, lalu lenjap. Melainkan patutlah kamu berkata: "Insya Allah, kita akan hidup membuat ini atau itu". Tetapi dengan hal jang demikian kamu memegahkan dirimu dengan djemawanmu itu; maka semua kemegahan jang demikian itu djahat. Sebab itu, djikalau orang jang tahu berbuat baik, pada halnja tiada diperbuatnja, maka mendjadi dosalah baginja.
TL (1954)
Yak 4:15
Melainkan patutlah kamu berkata, "Insya Allah, kita akan hidup membuat ini atau itu.
KSI (2000)
Yak 4:15
Kalau begitu, hendaklah kamu berkata, “Insya Allah, kami akan hidup dan akan berbuat begini atau begitu.
Klinkert 1879 (1879)
Yak 4:15
Melainkan patoetlah kamoe berkata demikian: Insja' Allah dan kalau ada djandji kami, maka kami hendak memboewat ini ataw itoe.
Alkitab Sabda|Yak 4:15
1Kor 4:19 (1960)
Tetapi Insya Allah aku akan datang kepadamu dengan segera......dst.
TL (1954)
1Kor 4:19 Tetapi insya Allah aku akan datang kepadamu
dengan segeranya, dan aku akan mengetahui bukan perkataan mereka itu yang membesarkan diri sahaja, melainkan kuasanya itu
KSI (2000)
1Kor 4:19 Tetapi insya Allah, aku akan datang kepadamu sesegera mungkin. Dengan begitu aku akan mengetahui bukan saja perkataan dari orang-orang yang membesar- besarkan dirinya itu, melainkan juga kekuatan mereka.
Shellabear Draft (1912)
1Kor 4:19
tetapi insya Allah aku akan datang kepadamu dengan
segeranya, supaya dapat kuketahui dari hal orang yang membesarkanbdirinya itu bukan perkataannya melainkan kuasanya.
Klinkert 1879 (1879)
1Kor 4:19
Tetapi dengan sigera djoega akoe datang, insja' Allah, laloe akoe hendak mengetahoei, boekan perkataan mareka-itoe, jang menjombong dirinja, melainkan koewasanja;
Alkitab Sabda|1Kor 4:19
Begitu jelas dalam alkitab bahwa kalimat "Insya Allah" tercantum, lalu atas dasar apa mereka menolak kalimat tersebut ? Mungkin karena kebutaan mereka akan alkitab serta karena kebencian mereka terhadap Islam.
Wallahu’alam Bish-shawab..
Merujuk pada penolakan umat kristen terhadap kalimat Insya Allah artinya kristen sama saja melanggar kitabnya sendiri dengan terang-terangan,
Simak ayat sebagai berikut,
Kisah para rasul fatsal 18 ayat 21; (1960)
Melainkan sambil meminta diri ia berkata: Insya Allah, aku akan kembali padamu.
TL (1954)
Kis 18:21 melainkan sambil meminta diri ia berkata, "Insya Allah aku akan kembali kepadamu." Lalu berlayarlah ia dari Epesus.
KSI (2000)
Kis 18:21
Ia berkata, “Insya Allah, aku akan kembali kepadamu nanti.” Kemudian ia berangkat dari Efesus dan berlayar.
Shellabear Draft (1912)
Kis 18:21
lalu bermohon juga serta berkata, Insya Allah aku akan berbalik pula kepadamu." Maka berlayarlah ia dari Epesus
Klinkert 1879 (1879)
Kis 18:21 Maka bermoehoenlah ija kapada mareka-itoe, katanja: Tadapat tidak akoe mendapati hari-raja, jang datang ini, di Jeroezalem, kemoedian akoe hendak balik kapada kamoe, insja' Allah. Hata maka berlajarlah ija dari Epesoes.
Leydekker Draft (1733)
Kis 18:21
Tetapi bermohonlah 'ija kapada marika 'itu, 'udjarnja: sakali 2 haros 'aku memegang masa raja jang datang 'itu di-Jerusjalejm: tetapi 'aku 'akan pulang kapada kamu, 'insja`-'allah. Maka berlajerlah 'ija deri pada 'Efsus.
Alkitab Sabda|Kis 18:21
Yakobus fatsal 4 ayat 13-17 (1960)
Hai kamu jang berkata: "Bahwa hari ini atau besoknja biarlah kita pergi kenegeri anu serta menahun disitu, dan berniaga dan mentjari laba"; pada halnja kamu tiada mengetahui apa jang akan djadi besoknja. Bahaimanakah hidupmu itu? Karena kamu hanja suatu uap, jang kelihatan seketika sahadja lamanja, lalu lenjap. Melainkan patutlah kamu berkata: "Insya Allah, kita akan hidup membuat ini atau itu". Tetapi dengan hal jang demikian kamu memegahkan dirimu dengan djemawanmu itu; maka semua kemegahan jang demikian itu djahat. Sebab itu, djikalau orang jang tahu berbuat baik, pada halnja tiada diperbuatnja, maka mendjadi dosalah baginja.
TL (1954)
Yak 4:15
Melainkan patutlah kamu berkata, "Insya Allah, kita akan hidup membuat ini atau itu.
KSI (2000)
Yak 4:15
Kalau begitu, hendaklah kamu berkata, “Insya Allah, kami akan hidup dan akan berbuat begini atau begitu.
Klinkert 1879 (1879)
Yak 4:15
Melainkan patoetlah kamoe berkata demikian: Insja' Allah dan kalau ada djandji kami, maka kami hendak memboewat ini ataw itoe.
Alkitab Sabda|Yak 4:15
1Kor 4:19 (1960)
Tetapi Insya Allah aku akan datang kepadamu dengan segera......dst.
TL (1954)
1Kor 4:19 Tetapi insya Allah aku akan datang kepadamu
dengan segeranya, dan aku akan mengetahui bukan perkataan mereka itu yang membesarkan diri sahaja, melainkan kuasanya itu
KSI (2000)
1Kor 4:19 Tetapi insya Allah, aku akan datang kepadamu sesegera mungkin. Dengan begitu aku akan mengetahui bukan saja perkataan dari orang-orang yang membesar- besarkan dirinya itu, melainkan juga kekuatan mereka.
Shellabear Draft (1912)
1Kor 4:19
tetapi insya Allah aku akan datang kepadamu dengan
segeranya, supaya dapat kuketahui dari hal orang yang membesarkanbdirinya itu bukan perkataannya melainkan kuasanya.
Klinkert 1879 (1879)
1Kor 4:19
Tetapi dengan sigera djoega akoe datang, insja' Allah, laloe akoe hendak mengetahoei, boekan perkataan mareka-itoe, jang menjombong dirinja, melainkan koewasanja;
Alkitab Sabda|1Kor 4:19
Begitu jelas dalam alkitab bahwa kalimat "Insya Allah" tercantum, lalu atas dasar apa mereka menolak kalimat tersebut ? Mungkin karena kebutaan mereka akan alkitab serta karena kebencian mereka terhadap Islam.
Wallahu’alam Bish-shawab..
Makna Insya Allah Dalam Islam
Surah al-Kahfi : 23-24
"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut); 'Insya Allah'."
Asbabun Nuzul
Suatu hari, kaum Quraisy mengutus an-Nadlr bin al-Harts dan Uqbah bin Abi Mu'ith menemui seorang pendeta Yahudi di Madinah untuk menanyakan kenabian Muhammad. Lalu, kedua utusan itu menceritakan segala hal yang berkaitan dengan sikap, perkataan, dan perbuatan Muhammad.
Lalu, pendeta Yahudi berkata, "Tanyakanlah kepada Muhammad akan tiga hal. Jika dapat menjawabnya, ia Nabi yang diutus. Akan tetapi, jika tak dapat menjawabnya, ia hanyalah orang yang mengaku sebagai Nabi. Pertama, tanyakan tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi kepada mereka. Kedua, tanyakan juga tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyriq dan Maghrib dan apa yang terjadi padanya. Ketiga, tanyakan pula kepadanya tentang roh."
Pulanglah utusan itu kepada kaum Quraisy. Lalu, mereka berangkat menemui Rasulullah SAW dan menanyakan ketiga persoalan tersebut di atas. Rasulullah SAW bersabda, "Aku akan menjawab pertanyaan kalian besok." Rasul menyatakan itu tanpa disertai kalimat "insya Allah".
Rasulullah SAW menunggu-nunggu wahyu sampai 15 malam, namun Jibril tak kunjung datang. Orang-orang Makkah mulai mencemooh dan Rasulullah sendiri sangat sedih, gundah gulana, dan malu karena tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada kaum Quraisy. Kemudian, datanglah Jibril membawa wahyu yang menegur Nabi SAW karena memastikan sesuatu pada esok hari tanpa mengucapkan "insya Allah".
Merujuk pada ahli tafsir
Mufassir Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Kitab Jaami'ul Bayan menjelaskan, "Inilah pengajaran Allah kepada Rasulullah SAW agar jangan memastikan suatu perkara akan terjadi tanpa halangan apa pun, kecuali menghubungkannya dengan kehendak Allah SWT.
tafsir Jalalain
(Kecuali dengan menyebut "Insya Allah") artinya, mengecualikannya dengan menggantungkan hal tersebut kepada kehendak Allah,
Maka disini sangat jelas bahwa kalimat "Insya Allah" adalah memasrahkan dan menggantungkan kepastian sesuatu hal yang kita tidak mengetahuinya dengan mengucapkan "Insya Allah".
Sumber : Artikel Republika Online dengan sedikit perubahan
"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut); 'Insya Allah'."
Asbabun Nuzul
Suatu hari, kaum Quraisy mengutus an-Nadlr bin al-Harts dan Uqbah bin Abi Mu'ith menemui seorang pendeta Yahudi di Madinah untuk menanyakan kenabian Muhammad. Lalu, kedua utusan itu menceritakan segala hal yang berkaitan dengan sikap, perkataan, dan perbuatan Muhammad.
Lalu, pendeta Yahudi berkata, "Tanyakanlah kepada Muhammad akan tiga hal. Jika dapat menjawabnya, ia Nabi yang diutus. Akan tetapi, jika tak dapat menjawabnya, ia hanyalah orang yang mengaku sebagai Nabi. Pertama, tanyakan tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi kepada mereka. Kedua, tanyakan juga tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyriq dan Maghrib dan apa yang terjadi padanya. Ketiga, tanyakan pula kepadanya tentang roh."
Pulanglah utusan itu kepada kaum Quraisy. Lalu, mereka berangkat menemui Rasulullah SAW dan menanyakan ketiga persoalan tersebut di atas. Rasulullah SAW bersabda, "Aku akan menjawab pertanyaan kalian besok." Rasul menyatakan itu tanpa disertai kalimat "insya Allah".
Rasulullah SAW menunggu-nunggu wahyu sampai 15 malam, namun Jibril tak kunjung datang. Orang-orang Makkah mulai mencemooh dan Rasulullah sendiri sangat sedih, gundah gulana, dan malu karena tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada kaum Quraisy. Kemudian, datanglah Jibril membawa wahyu yang menegur Nabi SAW karena memastikan sesuatu pada esok hari tanpa mengucapkan "insya Allah".
Merujuk pada ahli tafsir
Mufassir Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Kitab Jaami'ul Bayan menjelaskan, "Inilah pengajaran Allah kepada Rasulullah SAW agar jangan memastikan suatu perkara akan terjadi tanpa halangan apa pun, kecuali menghubungkannya dengan kehendak Allah SWT.
tafsir Jalalain
(Kecuali dengan menyebut "Insya Allah") artinya, mengecualikannya dengan menggantungkan hal tersebut kepada kehendak Allah,
Maka disini sangat jelas bahwa kalimat "Insya Allah" adalah memasrahkan dan menggantungkan kepastian sesuatu hal yang kita tidak mengetahuinya dengan mengucapkan "Insya Allah".
Sumber : Artikel Republika Online dengan sedikit perubahan
Kamis, 20 Juni 2013
Shahih Al-Bukhari
SHAHIH AL-BUKHARI
Oleh: Ustadz Nur Kholis bin Kurdian
Publication: 1434 H_2013 M
SHAHIH AL-BUKHARI
Oleh: Ustadz Nur Kholis bin Kurdian
Sumber: Majalah As-Sunnah No.1 Thn. XVI_1433 H/2012 M
A. PENDAHULUAN
Hadits Rasulullah saw. adalah salah satu dari dua sumber pokok ajaran Islam, dan salah satu dari dua wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Sebagimana firman Allah swt.
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. an-Najm/53:3-4)
Allah juga berfirman :
Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimn, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah (QS. al-Hasyr/59:7)
Hadits Rasulullah saw. jika dilihat dari sisi kodifikasinya maka ia telah dibukukan sejak zaman Rasulullah saw, akan tetapi masih bersifat personal, adapun kodifikasi hadits yang bersifat umum dan resmi dengan mendapat perintah dari seorang khalifah terjadi pada masa Tabiin, tepatnya pada masa Khalifah 'Umar bin Abdul 'Aziz rahimahullah (w. 101 H). Sedangkan al-Qur'an telah dikodifikasikan secara resmi pada masa sahabat dengan perintah Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq r.a.
Banyak opini yang menyebar dikalangan sebagian publik akademis bahwa hadits nabi selama satu abad penuh belum ditulis dan masih berupa hafalan yang ditransfer dari masa ke masa. Opini tersebut mungkin disebabkan perkataan sebagaian Ulama hadits yang menyatakan bahwa yang pertama kali mengkodifikasi hadits adalah Ibn Shihab alZuhri rahimahullah (w. 124 H) (setelah mendapat perintah dari Khalifah 'Umar bin Abd al-Aziz). Opini tersebut menyebar kira-kira 5 abad berturut-turut hingga datang masa Khatib al-Baghdadi yang telah meneliti dan mengumpulkan data otentik dari fakta-fakta yang ada, sehingga ia dapat menjelaskan kepada umat bahwa hadits Nabi telah dibukukan sejak abad pertama hijriyah. Penelitiannya tersebut ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul "Taqyid al-'Ilm ". (1)
Pada masa Rasulullah hadits nabi saw. telah ditulis, banyak data dan fakta yang membuktikan hal itu, diantaranya ;
1. Perkataan Abu Hurairah , "Tidak ada diantara para Sahabat Nabi yang lebih banyak haditsnya dariku kecuali Abdullah bin Amr karena ia menulis (hadits dari Rasulullah menulisnya." sedangkan aku tidak pernah (2)
2. Rasulullah saw. pernah memerintakan para Sahabat untuk menuliskan hadits kepada seorang laki-laki dari negeri Yaman seraya berkata, "Tuliskanlah hadits untuk Abu Syah.." (3)
3. Adanya penulisan hadits pada Suhuf (lembaranlembaran), seperti;
a. Lembaran Abu Bakar al-Shiddiq yang ada di dalamnya hadits-hadits tentang zakat.
b. Lembaran Ali bin Abi Thalib
c. Lembaran Abdullah bin Amr bin Ash sebagainya. (4)
4. Adanya dorongan untuk menghapal hadits dan menguatkan hapalan tersebut dengan cara menulis hadits terlebih dahulu dan menghapalnya. Setelah mereka hapal dan kuat hapalannya maka tulisan tersebut mereka hapus dengan tujuan agar mereka tidak bergantung dengan tulisan tersebut. (5)
5. Adanya surat menyurat antara mereka dalam menyampaikan hadits Nabi saw. Misalnya; Jabir bin Samurah menulis beberapa hadits dan mengirimkannya kepada Amir bin Sa'd bin Abi Waqqash atas permintaan darinya.
6 Kemudian datang generasi Tabi'in, pada priode ini hadits dikodifikasikan secara resmi atas perintah Khalifah Umar bin abdul Aziz. (7)
Al-Zuhri berkata, "Umar bin Abdul Aziz memerintahkan kepadaku untuk mengumpulkan hadits-hadits Nabi saw. Lalu setelah terkumpul aku menulisnya pada beberapa buku, dan beliau mengirimkannya kepada para pemimpin. (8)
Pada masa ini pula banyak sahifah (lembaran) yang telah ditulis memuat hadits-hadits Nabi saw, diantaranya:
a. Shahifah Sa'id bin Jubair (w. 95 H) murid Ibn Abbas .
b. Shahifah Bashir bin Nuhaik ia menulis dari Abu Hurairah.
c. Shahifah Mujahid bin Jabr murid Ibnu Abbas.
d. Shahifah Muhammad bin Muslim bin Tadrus (w. 126 H) murid Jabir bin Abdillah. Dan lain sebagainya. (10)
Kemudian datang generasi Tabiut Tabi'in. Pada masa ini muncullah mushannafat (buku-buku hadits) yang ditulis oleh para Ulama waktu itu, seperti kitab (buku-buku) alMuwattha', Sunan, Musannaf, Jami' (11) dan buku-buku Ajza'. (12)
Pada periode berikutnya yaitu periode Tabi'ul Atba' sekitar abad ke III H, pada periode ini buku-buku hadits ditulis dan dibukukan dengan memiliki corak yang berbeda dengan priode sebelumnya, seperti;
1. Munculnya buku-buku Musnad, seperti Musnad Abu Dawud al-Thayalisi (w. 204 H), Musnad al-Humaidi (w. 219 H), Musnad Ahmad bin Hambal (w. 241 H) dan lainlain.
2. Munculnya buku-buku Jawami', seperti al-Jami' alShahih karya Imam al-Bukhari (w. 256 H), al-Jami' karya Imam al-Tirmidzi (w. 279 H) dan lain-lain.
3. Munculnya buku-buku Sunan, seperti al-Sunan karya Imam Abu Dawud (w. 275 H), al-Sunan karya Imam Ibn Majah (w. 273 H) dan lain-lain.
4. Munculnya buku buku Mukhtalif al-Hadits, seporti 'ihtilaful hadits karya Imam Syafi'i (w. 204 H), Ta'wil
Mukhtaliful hadits karya Ibn Qutaibah (w. 276 H), dan lain-lain. (13)
Penulisan hadits tersebut terus berlangsung dari masa ke masa dengan corak yang berbeda-beda hingga pada abad ini. Dari sekilas runtutan sejarah kodifikasi hadits diatas dapat diketahui posisi Shahih al-Bukhari (al-Jami' al-Shahih) karya Imam al-Bukhari. Kitab ini termasuk kitab hadits yang ditulis pada abad ke-3 H.
B. LATAR BELAKANG PENULISAN SHAHIH BUKHARI
Tidak asing lagi bagi siapa saja yang menulis suatu karya ilmiah baik skripsi, tesis maupun desertasi, maka sudah pasti disana ada yang namanya latar belakang masalah. Bagian ini mengungkapkan latar belakang dan segala seluk beluk persoalan yang berkaitan dengan masalah, baik teoritis maupun gejala empiris, yang rnenjelaskan mengapa masalah itu perlu diteliti atau ditulis. Hal tersebut merupakan bagian dari metode para Ulama sejak dahulu dalam menulis suatu buku atau kitab.
Imam al-Bukhari dalam menulis kitabnya al-Jami' alShahih memiliki tiga hal yang melatarbelakangi penulisan buku tersebut, yaitu:
1. 1.Belum adanya kitab hadits yang khusus memuat haditshadits shahih dan mencakup berbagai bidang dan permasalahan. al-Hafidz Ibn Hajar al-'Asqalani berkata, "Ketika beliau melihat buku-buku hadits yang ditulis sebelumnva telah memuat bermacam-macam hadits, ada yang shahih, hasan dan banyak pula yang dliaif, maka tidak dapat disamakan (atau dijadikan satu) antara hadits dhaif dengan hadits shahih, oleh sebab itu beliau tertarik untuk mengumpulkan hadits-hadits shahih saja. (14)
2. Ada motivasi dan guru beliau yakni Ishak bin Rahuyah . Ibnu Hajar berkata, "Dan keinginannya tersebut menjadi kuat setelah ia mendengar gurunya yang termasuk pakar dalam bidang hadits dan fikih yaitu Ishak bin Rahuyah, ia berkata, 'Andaikata engkau menulis satu buku hadits yang berisikan haditshadits shahih (maka hal itu sangat baik)". Kemudian Imam Bukhari berkata, "Perkataan tersebut membekas dalam hatiku, kemudian aku mengumpulkan hadits-hadits shahih dalam kitab tersebut". (15)
3. Ada motivasi dari mimpi baiknya. Imam Bukhari pernah bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw.
Beliau berkata, "Aku pernah bermimpi bertemu Rasulullah saw, aku berdiri dihadapannya dan mengipasinya, kemudian aku menanyakan mimpi tersebut kepada orang yang ahli menta'bir mimpi, ia menjawab, "Kamu menolak kedustaan yang disandarkan kepada Rasulullah saw.
Hal itulah yang menyebabkan aku menulis al-Jami' al-Shahih (Shahih Bukhari). (16)
C. KRITERIA HADITS SHAHIH MENURUT IMAM BUKHARI
Pada dasarnya kreteria hadits Shahih ada dua macam. Pertama, kriteria yang munttafaq alaiha yaitu kreteria yang disepakati oleh para Ulama, baik Imam al-Bukhari maupun yang lainnya. Kedua, kriteria yang mukhtalafun fiha yaitu kreteria yang masih diperselisihkan oleh para Ulama. (17)
Kriteria shahih yang munttafaq ada lima macam, yaitu: hadits
1. Ittishalus Sanad (sanadnya bersambung).
Artinya sebuah hadits dapat dimasukkan dalam kategori shahih jika sanadnya bersambung, yakni setiap perawi benarbenar meriwayatkanya langsung dari gurunya, (18) dan gurunya langsung dari gurunya, demikianlah hingga bersambung kepada Rasulullah saw.
2. 'Adalatur Ruwah (para perawinya adil).
Maksudnya perawinya harus seorang Muslim, mukallaf, berakal, baligh, selamat dari kefasikan atau dosa besar dan tidak terus menerus melakukan dosa-dosa kecil, dan menjaga martabat atau muru'ah. (19) Menjaga muru'ah maksudnya menjaga diri dari hal-hal yang dapat merusak martabat dan menurunkan harga diri seseorang meskipun tidak berdosa secara syara'.
3. Tamamudh Dhabth.
Yaitu super kuat dalam menjaga hafalan dan perawatan naskah. Dhabth ini ada dua macam, yaitu Dhabthu Shadr, maksudnya adalah kuatnya hafalan terhadap hadits yang sudah didengarkan dari gurunya, ia ingat terhadap hapalannya itu kapan saja diperlukan. Dan Dhabtu Kitab, maksudnya adalah sangat berhati-hati dalam menjaga tulisan hadits yang dipelajari dari gurunya, setelah ia mentashihnya, baik dengan cara memperdengarkannya kepada sang guru atau teman seprofesinya, jika ada kesalahan dalam tulisannya, ia segera membetulkannya. Ia menjaganya sampai ia meriwayatkannya kepada muridnya. (20)
4. Ghairu Syadz.
Yaitu perawinya tidak bertolak belakang dan bertentangan dengan periwayatan perawi lain yang semisalnya yang jumlahnya lebih banyak atau lebih tsiqah darinya. (21)
5. Ghairu Mu'allal. Hadits shahih harus selamat dari 'illah qadihah, yaitu suatu cacat yang tersembunyi dibalik hadits yang dapat merusak keshahihan hadits tersebut, sekalipun secara dhahir tampaknya tidak ada masalah. (22)
Adapun kriteria hadits shahih yang mukhtalaf fiha cukup banyak diantaranya :
- Perawi harus masyhur (terkenal) menurut al-Hakim.
- Perawi harus lebih dari satu orang menurut mu'tazilah.
- Perawi harus faqih menurut Imam Abu Hanifah.
- Pada hadits mu'an'an, Imam Bukhari mensyaratkan bahwa semua perawi harus bertemu dengan gurunya meskipun satu kali, artinya hadits mu'an'an tersebut masuk kategori hadits shahih atau muttashil sanadnya, jika memenuhi kreteria-kreteria hadits shahih yang muttafaq alaiha ditambah dengan kreteria lain yaitu semua perawinya harus bertemu dengan gurunya meskipun satu kali, tidak cukup hanya hidup satu masa mu'asharah) dan Imkanul Liqa' (memungkinkan bertemu antara keduanya).
- Dan masih banyak lagi kriteria-kriteria lain yang mukhtalafun fiha. (23)
Akan tetapi, kriteria hadits shahih yang mukhtalaf fiha ini sudah mendapat jawaban dari para Ulama bahwasanya kriteria hadits shahih yang muttafaq alaiha (disepakati) sudah mewakili kriteria hadits shahih yang mukhtalaf fiha (diperselisihkan). Adapun kreteria yang disyaratkan oleh Imam al-Bukhari tersebut menurut mereka bukanlah kriteria hadits yang hanya mendapatkan label shahih akan tetapi merupakan kriteria hadits yang paling shahih. (24)
Mengenai hadits mu'an'an, jumhur Ulama berpendapat bahwasannya hadits tersebut dapat dikatakan shahih atau muttashil sanadnya, jika memiliki dua syarat.
Pertama; perawi (mu'an'in) (25) bukan seorang mudallis. (26)
Kedua; antara perawi (mu'an'in) dan gurunya (mu'an'an 'anhu) memungkinkan untuk bertemu dan hidup dalam saru masa (mu'asharah). Adapun Imam al-Bukhari tidak demikian, syarat beliau lebih ketat dibandingkan syarat jumhur, sebagaimana yang tersebut di atas beliau mensyaratkan liqa' (bertemu antara perawi dan gurunya), oleh sebab itu Shahih Bukhari lebih unggul dibandingkan yang lainnya. (27 i
Kemudian dalam hal perawi, Imam al-Bukhari memilih perawi tingkat pertama dalam hal ke-dhabithan dan keitqanan (kesempurnaan) serta thulul mulazamah (lamanya belajar hadits kepada gurunya) yakni perawi yang sangat kuat hafalannya dan sangat lama ber-mulazamah kepada gurunya (perawi semacam ini beliau jadikan sebagai inti kitabnya). Kemudian beliau memilih tingkatan dibawahnya dalam hal itqan dan mulazamah sebagai ittishal dan ta'liq (dan syawahid serta mutaba'ah). Adapun Imam Muslim , murid Imam al-Bukhari , beliau menjadikan tingkatan kedua ini sebagai inti kitabnya sebagaimana yang telah disebutkan oleh al-Hazimi. (28) Oleh sebab itu Shahih Bukhari secara global lebih unggul dibandingkan Shahih Muslim.
D. PENUTUP
Sebagai penutup, Penulis di sini menyebutkan beberapa kesimpulan yang dapat dipetik dari uraian diatas, antara lain:
1. Shahih al-Bukhari adalah kitab hadits yang pertama kali memuat hadits-hadits shahih saja, setelah itu muncul Shahih Muslim. Dan keduanya tersebut merupakan kitab yang paling shahih setelah al-Qur'an.
2. Shahih al-Bukhari lebih shahih dibandingkan dengan Shahih Muslim, karena Syarat Imam Bukhari lebih ketat dibandingkan dengan Imam Muslim.
3. Ketatnya syarat Imam al-Bukhari tampak jelas pada ittishalus sanad (persambungan sanad) dalam hadits Mu'an'an beliau mensyaratkan liqa' antara perawi (mu'an'in) dan gurunya (mu'an'an 'anhu), dan terlihat pula dalam memilih perawi hadits ia memilih perawi peringkat pertama dari sisi dhabth, itqan dan thulul mulazamah.
4. Syarat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya jika dibandingkan dengan syarat para penulis kitab Sunan, maka sudah jelas syarat Imam al-Bukhari jauh lebih ketat, karena ia hanya memasukkan hadits-hadits shahih saja sebagai inti kitab, berbeda dengan para penulis sunan, mereka memasukkan bermacam-macam hadits dalam kitab-kitab mereka, ada yang shahih ada yang hasan dan ada pula yang dhaif maupun dhaif jiddan.
________________________
1 ) Tadwinus Sunnah, Nasy'atuh wa Tathawwuruh, Muhammad bin Matar al-Zahrani, (Madinah; Dar al-Khudairi, 1998), hlm. 74.
2 ) al-Jami'us Shahih [Shahih Bukhari], Tahqiq Dr. Musthafa Dib alBugha, Muhammad bin Isma'il al-Bukhari, (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1407 H/1987 M), 1/54.
3 ) Ibid. 2/857
4 ) Tadwinus Sunnah.., al-Zahrani, hlm. 90-91, bittasharruf yasir.
5 ) Taqyid al-'Ilm, Ahmad bin 'Ali al-Khatib al-Baghdadi, (t.tp: Dar Ihya' al-Sunnah al-Nabawiwah, 1978 M), hlm. 58.
6 ) Lihat al-Musnad, Ahmad bin Hanbal al-Shaibani, 34/421 (Beirut: Muassasat al-Risalah, 1420 H/1999 M)
7 ) Tadwinus Sunnah wa Manzilatuha, Abdulmun'im al-Sayyid Najm, (Madinah: al-Jami'ah al-Islamiyyah, 1399 H), hlm. 42
8 ) Jami' Bayan al-Ilm wa Fadhlihi, Yusuf bin Abdillah Ibn Abdil Barr, 1/331 (Arab Saudi: Dar Ibn al-Jauzi, 1414 H)
9 ) Tadwinus Sunnah....., al-Zahrani, hlm. 96.
10 ) Buhuts fi Tarikh al-Sunnah al-Musharrafah, Akram Dhiya' al-'Umary, (Madinah; Maktabat al-'Ulum wa al-Hikam, 1994), hlm. 230.
11 ) Buhuts fi Tarikh...,al-'Umary, hlm. 301.
12 ) Tadwinus Sunnah..., al-Zahrani, hlm. 103.
13 ) Tadwinus Sunnah... al Zahrani, hlm. 112. Dengan sedikit tambahan dari penulis.
14 ) Hadyus Sari, Muqaddimah Shahih al-Bukhari, Ahmad bin Ali bin Hajar Al-'Asqalani, 1/6 (Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1379 H),
15 ) Ibid. Lihat Tadrib al-Rawi Shar Taqrib al-Nawawi, Abdurrahman bin Abu Bakr al-Suyuthi, 1/92 (Riyadh: Dar Taibah, 1422 H). Lihat Tarikh Baghdad, Ahmad bin Ali bin Tsabit al-Khatib al-Baghdadi, 2/326 (Beirut: Dar al-Gharb al-Islami, 1422 H). Lihat Tarikh Dimasyq, Ali bin al-Hasan terkenal dengan sebutan Ibn 'Asakir, 52/72 (Beirut: Dar alFikr, 1415 H). Lihat Tahdzib al-Asma' wa al-Lughat, Yahya bin Syaraf al-Nawawi, 1/74 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.th). Lihat Tahdzib al-Kamal, Yusuf bin Abdurrahman al-Mizzi, 24/442 (Beirut: Muassasa al-Risalah, 1400 H). Lihat Siyar A'lam al-Nubala', Muhammad bin Ahmad al-Dzahabi, 10/84 (Cairo: Dar al-Hadits, 1427 H)
16 ) Hadyus Sari ..,al-Asqalani, 1/7. Lihat Tahdzib al-Asma'..., al-Nawawi, 1/74. Lihat Tadrib al-Rawi..., al-Suyuthi, 1/92.
17 ) Lihat Tadrib al-Rawi Syarh Taqrib al-Nawawi, Abdurrahman bin Abu Bakr al-Suyuthi, 1/61-69 (Riyadh: Dar Thaibah, 1422 H). Dengan diringkas oleh penulis.
18 ) al-Ta'liqat al-Atsariyah ala al-Mandzumah al-Baiquniyyah, Ali bin Hasan al-Halabi (Arab Saudi: Dar Ibn al-Jauzi, 1428 H), hlm. 21.
19 ) Dhawabth al-Jarh wa al-Ta'dil, Abdul Aziz bin al-abdul Latif (Riyadh: Maktabah al-'Ubaikan, 1426 H), hlm. 23.
20 ) Fathul Mughits Syarh Alfiyatil Hadits, Muhammad bin Abdurrahman alSakhawi, 1/28 (Mesir: Maktabatus Sunnah, 1424 H). Bittasharruf yasir minal katib.
21 ) al-Ta'liqat al-Atsariyah ala al-Mandzumah al-Baiquniyyah, Ali bin Hasan al-Halabi, hlm. 21
22 ) Ibid. Lihat Taisir Musthalah hadits, Mahmud al-Thahhan (Riyadh: Maktabah al-Ma'arif, 1417 H), hlm. 99
23 ) Tadrib al-Rawi Syarh Taqrib al-Nawawi, Abdurrahman bin Abu Bakr al-Suyuthi, 1/68-69 (Riyadh: Dar Thaibah, 1422 H). Dengan diringkas oleh penulis.
24 ) Ibid.
25 ) Perawi yang menggunakan نع dalam meriwayatkan hadits. 26 Perawi yang melakukan tadlis.
27 Lihat Taisir Musthalah hadits, Mahmud al-Thahhan (Riyadh: Maktabah al-Ma'arif, 1417 H), hlm. 87.
28 Lihat Syuruth al-Aimmah al-Khamsah, Muhammad bin Musa al-Hazimi (Beirut: Darul Hijrah, 1408 H), hlm. 57-58. Lihat Tadrib al-Rawi Syarh Taqrib al-Nawawi, Abdurrahman bin Abu Bakr al-Suyuthi, 1/97 (Riyadh: Dar Thaibah, 1422 H).
Oleh: Ustadz Nur Kholis bin Kurdian
Publication: 1434 H_2013 M
SHAHIH AL-BUKHARI
Oleh: Ustadz Nur Kholis bin Kurdian
Sumber: Majalah As-Sunnah No.1 Thn. XVI_1433 H/2012 M
A. PENDAHULUAN
Hadits Rasulullah saw. adalah salah satu dari dua sumber pokok ajaran Islam, dan salah satu dari dua wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Sebagimana firman Allah swt.
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. an-Najm/53:3-4)
Allah juga berfirman :
Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimn, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah (QS. al-Hasyr/59:7)
Hadits Rasulullah saw. jika dilihat dari sisi kodifikasinya maka ia telah dibukukan sejak zaman Rasulullah saw, akan tetapi masih bersifat personal, adapun kodifikasi hadits yang bersifat umum dan resmi dengan mendapat perintah dari seorang khalifah terjadi pada masa Tabiin, tepatnya pada masa Khalifah 'Umar bin Abdul 'Aziz rahimahullah (w. 101 H). Sedangkan al-Qur'an telah dikodifikasikan secara resmi pada masa sahabat dengan perintah Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq r.a.
Banyak opini yang menyebar dikalangan sebagian publik akademis bahwa hadits nabi selama satu abad penuh belum ditulis dan masih berupa hafalan yang ditransfer dari masa ke masa. Opini tersebut mungkin disebabkan perkataan sebagaian Ulama hadits yang menyatakan bahwa yang pertama kali mengkodifikasi hadits adalah Ibn Shihab alZuhri rahimahullah (w. 124 H) (setelah mendapat perintah dari Khalifah 'Umar bin Abd al-Aziz). Opini tersebut menyebar kira-kira 5 abad berturut-turut hingga datang masa Khatib al-Baghdadi yang telah meneliti dan mengumpulkan data otentik dari fakta-fakta yang ada, sehingga ia dapat menjelaskan kepada umat bahwa hadits Nabi telah dibukukan sejak abad pertama hijriyah. Penelitiannya tersebut ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul "Taqyid al-'Ilm ". (1)
Pada masa Rasulullah hadits nabi saw. telah ditulis, banyak data dan fakta yang membuktikan hal itu, diantaranya ;
1. Perkataan Abu Hurairah , "Tidak ada diantara para Sahabat Nabi yang lebih banyak haditsnya dariku kecuali Abdullah bin Amr karena ia menulis (hadits dari Rasulullah menulisnya." sedangkan aku tidak pernah (2)
2. Rasulullah saw. pernah memerintakan para Sahabat untuk menuliskan hadits kepada seorang laki-laki dari negeri Yaman seraya berkata, "Tuliskanlah hadits untuk Abu Syah.." (3)
3. Adanya penulisan hadits pada Suhuf (lembaranlembaran), seperti;
a. Lembaran Abu Bakar al-Shiddiq yang ada di dalamnya hadits-hadits tentang zakat.
b. Lembaran Ali bin Abi Thalib
c. Lembaran Abdullah bin Amr bin Ash sebagainya. (4)
4. Adanya dorongan untuk menghapal hadits dan menguatkan hapalan tersebut dengan cara menulis hadits terlebih dahulu dan menghapalnya. Setelah mereka hapal dan kuat hapalannya maka tulisan tersebut mereka hapus dengan tujuan agar mereka tidak bergantung dengan tulisan tersebut. (5)
5. Adanya surat menyurat antara mereka dalam menyampaikan hadits Nabi saw. Misalnya; Jabir bin Samurah menulis beberapa hadits dan mengirimkannya kepada Amir bin Sa'd bin Abi Waqqash atas permintaan darinya.
6 Kemudian datang generasi Tabi'in, pada priode ini hadits dikodifikasikan secara resmi atas perintah Khalifah Umar bin abdul Aziz. (7)
Al-Zuhri berkata, "Umar bin Abdul Aziz memerintahkan kepadaku untuk mengumpulkan hadits-hadits Nabi saw. Lalu setelah terkumpul aku menulisnya pada beberapa buku, dan beliau mengirimkannya kepada para pemimpin. (8)
Pada masa ini pula banyak sahifah (lembaran) yang telah ditulis memuat hadits-hadits Nabi saw, diantaranya:
a. Shahifah Sa'id bin Jubair (w. 95 H) murid Ibn Abbas .
b. Shahifah Bashir bin Nuhaik ia menulis dari Abu Hurairah.
c. Shahifah Mujahid bin Jabr murid Ibnu Abbas.
d. Shahifah Muhammad bin Muslim bin Tadrus (w. 126 H) murid Jabir bin Abdillah. Dan lain sebagainya. (10)
Kemudian datang generasi Tabiut Tabi'in. Pada masa ini muncullah mushannafat (buku-buku hadits) yang ditulis oleh para Ulama waktu itu, seperti kitab (buku-buku) alMuwattha', Sunan, Musannaf, Jami' (11) dan buku-buku Ajza'. (12)
Pada periode berikutnya yaitu periode Tabi'ul Atba' sekitar abad ke III H, pada periode ini buku-buku hadits ditulis dan dibukukan dengan memiliki corak yang berbeda dengan priode sebelumnya, seperti;
1. Munculnya buku-buku Musnad, seperti Musnad Abu Dawud al-Thayalisi (w. 204 H), Musnad al-Humaidi (w. 219 H), Musnad Ahmad bin Hambal (w. 241 H) dan lainlain.
2. Munculnya buku-buku Jawami', seperti al-Jami' alShahih karya Imam al-Bukhari (w. 256 H), al-Jami' karya Imam al-Tirmidzi (w. 279 H) dan lain-lain.
3. Munculnya buku-buku Sunan, seperti al-Sunan karya Imam Abu Dawud (w. 275 H), al-Sunan karya Imam Ibn Majah (w. 273 H) dan lain-lain.
4. Munculnya buku buku Mukhtalif al-Hadits, seporti 'ihtilaful hadits karya Imam Syafi'i (w. 204 H), Ta'wil
Mukhtaliful hadits karya Ibn Qutaibah (w. 276 H), dan lain-lain. (13)
Penulisan hadits tersebut terus berlangsung dari masa ke masa dengan corak yang berbeda-beda hingga pada abad ini. Dari sekilas runtutan sejarah kodifikasi hadits diatas dapat diketahui posisi Shahih al-Bukhari (al-Jami' al-Shahih) karya Imam al-Bukhari. Kitab ini termasuk kitab hadits yang ditulis pada abad ke-3 H.
B. LATAR BELAKANG PENULISAN SHAHIH BUKHARI
Tidak asing lagi bagi siapa saja yang menulis suatu karya ilmiah baik skripsi, tesis maupun desertasi, maka sudah pasti disana ada yang namanya latar belakang masalah. Bagian ini mengungkapkan latar belakang dan segala seluk beluk persoalan yang berkaitan dengan masalah, baik teoritis maupun gejala empiris, yang rnenjelaskan mengapa masalah itu perlu diteliti atau ditulis. Hal tersebut merupakan bagian dari metode para Ulama sejak dahulu dalam menulis suatu buku atau kitab.
Imam al-Bukhari dalam menulis kitabnya al-Jami' alShahih memiliki tiga hal yang melatarbelakangi penulisan buku tersebut, yaitu:
1. 1.Belum adanya kitab hadits yang khusus memuat haditshadits shahih dan mencakup berbagai bidang dan permasalahan. al-Hafidz Ibn Hajar al-'Asqalani berkata, "Ketika beliau melihat buku-buku hadits yang ditulis sebelumnva telah memuat bermacam-macam hadits, ada yang shahih, hasan dan banyak pula yang dliaif, maka tidak dapat disamakan (atau dijadikan satu) antara hadits dhaif dengan hadits shahih, oleh sebab itu beliau tertarik untuk mengumpulkan hadits-hadits shahih saja. (14)
2. Ada motivasi dan guru beliau yakni Ishak bin Rahuyah . Ibnu Hajar berkata, "Dan keinginannya tersebut menjadi kuat setelah ia mendengar gurunya yang termasuk pakar dalam bidang hadits dan fikih yaitu Ishak bin Rahuyah, ia berkata, 'Andaikata engkau menulis satu buku hadits yang berisikan haditshadits shahih (maka hal itu sangat baik)". Kemudian Imam Bukhari berkata, "Perkataan tersebut membekas dalam hatiku, kemudian aku mengumpulkan hadits-hadits shahih dalam kitab tersebut". (15)
3. Ada motivasi dari mimpi baiknya. Imam Bukhari pernah bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw.
Beliau berkata, "Aku pernah bermimpi bertemu Rasulullah saw, aku berdiri dihadapannya dan mengipasinya, kemudian aku menanyakan mimpi tersebut kepada orang yang ahli menta'bir mimpi, ia menjawab, "Kamu menolak kedustaan yang disandarkan kepada Rasulullah saw.
Hal itulah yang menyebabkan aku menulis al-Jami' al-Shahih (Shahih Bukhari). (16)
C. KRITERIA HADITS SHAHIH MENURUT IMAM BUKHARI
Pada dasarnya kreteria hadits Shahih ada dua macam. Pertama, kriteria yang munttafaq alaiha yaitu kreteria yang disepakati oleh para Ulama, baik Imam al-Bukhari maupun yang lainnya. Kedua, kriteria yang mukhtalafun fiha yaitu kreteria yang masih diperselisihkan oleh para Ulama. (17)
Kriteria shahih yang munttafaq ada lima macam, yaitu: hadits
1. Ittishalus Sanad (sanadnya bersambung).
Artinya sebuah hadits dapat dimasukkan dalam kategori shahih jika sanadnya bersambung, yakni setiap perawi benarbenar meriwayatkanya langsung dari gurunya, (18) dan gurunya langsung dari gurunya, demikianlah hingga bersambung kepada Rasulullah saw.
2. 'Adalatur Ruwah (para perawinya adil).
Maksudnya perawinya harus seorang Muslim, mukallaf, berakal, baligh, selamat dari kefasikan atau dosa besar dan tidak terus menerus melakukan dosa-dosa kecil, dan menjaga martabat atau muru'ah. (19) Menjaga muru'ah maksudnya menjaga diri dari hal-hal yang dapat merusak martabat dan menurunkan harga diri seseorang meskipun tidak berdosa secara syara'.
3. Tamamudh Dhabth.
Yaitu super kuat dalam menjaga hafalan dan perawatan naskah. Dhabth ini ada dua macam, yaitu Dhabthu Shadr, maksudnya adalah kuatnya hafalan terhadap hadits yang sudah didengarkan dari gurunya, ia ingat terhadap hapalannya itu kapan saja diperlukan. Dan Dhabtu Kitab, maksudnya adalah sangat berhati-hati dalam menjaga tulisan hadits yang dipelajari dari gurunya, setelah ia mentashihnya, baik dengan cara memperdengarkannya kepada sang guru atau teman seprofesinya, jika ada kesalahan dalam tulisannya, ia segera membetulkannya. Ia menjaganya sampai ia meriwayatkannya kepada muridnya. (20)
4. Ghairu Syadz.
Yaitu perawinya tidak bertolak belakang dan bertentangan dengan periwayatan perawi lain yang semisalnya yang jumlahnya lebih banyak atau lebih tsiqah darinya. (21)
5. Ghairu Mu'allal. Hadits shahih harus selamat dari 'illah qadihah, yaitu suatu cacat yang tersembunyi dibalik hadits yang dapat merusak keshahihan hadits tersebut, sekalipun secara dhahir tampaknya tidak ada masalah. (22)
Adapun kriteria hadits shahih yang mukhtalaf fiha cukup banyak diantaranya :
- Perawi harus masyhur (terkenal) menurut al-Hakim.
- Perawi harus lebih dari satu orang menurut mu'tazilah.
- Perawi harus faqih menurut Imam Abu Hanifah.
- Pada hadits mu'an'an, Imam Bukhari mensyaratkan bahwa semua perawi harus bertemu dengan gurunya meskipun satu kali, artinya hadits mu'an'an tersebut masuk kategori hadits shahih atau muttashil sanadnya, jika memenuhi kreteria-kreteria hadits shahih yang muttafaq alaiha ditambah dengan kreteria lain yaitu semua perawinya harus bertemu dengan gurunya meskipun satu kali, tidak cukup hanya hidup satu masa mu'asharah) dan Imkanul Liqa' (memungkinkan bertemu antara keduanya).
- Dan masih banyak lagi kriteria-kriteria lain yang mukhtalafun fiha. (23)
Akan tetapi, kriteria hadits shahih yang mukhtalaf fiha ini sudah mendapat jawaban dari para Ulama bahwasanya kriteria hadits shahih yang muttafaq alaiha (disepakati) sudah mewakili kriteria hadits shahih yang mukhtalaf fiha (diperselisihkan). Adapun kreteria yang disyaratkan oleh Imam al-Bukhari tersebut menurut mereka bukanlah kriteria hadits yang hanya mendapatkan label shahih akan tetapi merupakan kriteria hadits yang paling shahih. (24)
Mengenai hadits mu'an'an, jumhur Ulama berpendapat bahwasannya hadits tersebut dapat dikatakan shahih atau muttashil sanadnya, jika memiliki dua syarat.
Pertama; perawi (mu'an'in) (25) bukan seorang mudallis. (26)
Kedua; antara perawi (mu'an'in) dan gurunya (mu'an'an 'anhu) memungkinkan untuk bertemu dan hidup dalam saru masa (mu'asharah). Adapun Imam al-Bukhari tidak demikian, syarat beliau lebih ketat dibandingkan syarat jumhur, sebagaimana yang tersebut di atas beliau mensyaratkan liqa' (bertemu antara perawi dan gurunya), oleh sebab itu Shahih Bukhari lebih unggul dibandingkan yang lainnya. (27 i
Kemudian dalam hal perawi, Imam al-Bukhari memilih perawi tingkat pertama dalam hal ke-dhabithan dan keitqanan (kesempurnaan) serta thulul mulazamah (lamanya belajar hadits kepada gurunya) yakni perawi yang sangat kuat hafalannya dan sangat lama ber-mulazamah kepada gurunya (perawi semacam ini beliau jadikan sebagai inti kitabnya). Kemudian beliau memilih tingkatan dibawahnya dalam hal itqan dan mulazamah sebagai ittishal dan ta'liq (dan syawahid serta mutaba'ah). Adapun Imam Muslim , murid Imam al-Bukhari , beliau menjadikan tingkatan kedua ini sebagai inti kitabnya sebagaimana yang telah disebutkan oleh al-Hazimi. (28) Oleh sebab itu Shahih Bukhari secara global lebih unggul dibandingkan Shahih Muslim.
D. PENUTUP
Sebagai penutup, Penulis di sini menyebutkan beberapa kesimpulan yang dapat dipetik dari uraian diatas, antara lain:
1. Shahih al-Bukhari adalah kitab hadits yang pertama kali memuat hadits-hadits shahih saja, setelah itu muncul Shahih Muslim. Dan keduanya tersebut merupakan kitab yang paling shahih setelah al-Qur'an.
2. Shahih al-Bukhari lebih shahih dibandingkan dengan Shahih Muslim, karena Syarat Imam Bukhari lebih ketat dibandingkan dengan Imam Muslim.
3. Ketatnya syarat Imam al-Bukhari tampak jelas pada ittishalus sanad (persambungan sanad) dalam hadits Mu'an'an beliau mensyaratkan liqa' antara perawi (mu'an'in) dan gurunya (mu'an'an 'anhu), dan terlihat pula dalam memilih perawi hadits ia memilih perawi peringkat pertama dari sisi dhabth, itqan dan thulul mulazamah.
4. Syarat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya jika dibandingkan dengan syarat para penulis kitab Sunan, maka sudah jelas syarat Imam al-Bukhari jauh lebih ketat, karena ia hanya memasukkan hadits-hadits shahih saja sebagai inti kitab, berbeda dengan para penulis sunan, mereka memasukkan bermacam-macam hadits dalam kitab-kitab mereka, ada yang shahih ada yang hasan dan ada pula yang dhaif maupun dhaif jiddan.
________________________
1 ) Tadwinus Sunnah, Nasy'atuh wa Tathawwuruh, Muhammad bin Matar al-Zahrani, (Madinah; Dar al-Khudairi, 1998), hlm. 74.
2 ) al-Jami'us Shahih [Shahih Bukhari], Tahqiq Dr. Musthafa Dib alBugha, Muhammad bin Isma'il al-Bukhari, (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1407 H/1987 M), 1/54.
3 ) Ibid. 2/857
4 ) Tadwinus Sunnah.., al-Zahrani, hlm. 90-91, bittasharruf yasir.
5 ) Taqyid al-'Ilm, Ahmad bin 'Ali al-Khatib al-Baghdadi, (t.tp: Dar Ihya' al-Sunnah al-Nabawiwah, 1978 M), hlm. 58.
6 ) Lihat al-Musnad, Ahmad bin Hanbal al-Shaibani, 34/421 (Beirut: Muassasat al-Risalah, 1420 H/1999 M)
7 ) Tadwinus Sunnah wa Manzilatuha, Abdulmun'im al-Sayyid Najm, (Madinah: al-Jami'ah al-Islamiyyah, 1399 H), hlm. 42
8 ) Jami' Bayan al-Ilm wa Fadhlihi, Yusuf bin Abdillah Ibn Abdil Barr, 1/331 (Arab Saudi: Dar Ibn al-Jauzi, 1414 H)
9 ) Tadwinus Sunnah....., al-Zahrani, hlm. 96.
10 ) Buhuts fi Tarikh al-Sunnah al-Musharrafah, Akram Dhiya' al-'Umary, (Madinah; Maktabat al-'Ulum wa al-Hikam, 1994), hlm. 230.
11 ) Buhuts fi Tarikh...,al-'Umary, hlm. 301.
12 ) Tadwinus Sunnah..., al-Zahrani, hlm. 103.
13 ) Tadwinus Sunnah... al Zahrani, hlm. 112. Dengan sedikit tambahan dari penulis.
14 ) Hadyus Sari, Muqaddimah Shahih al-Bukhari, Ahmad bin Ali bin Hajar Al-'Asqalani, 1/6 (Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1379 H),
15 ) Ibid. Lihat Tadrib al-Rawi Shar Taqrib al-Nawawi, Abdurrahman bin Abu Bakr al-Suyuthi, 1/92 (Riyadh: Dar Taibah, 1422 H). Lihat Tarikh Baghdad, Ahmad bin Ali bin Tsabit al-Khatib al-Baghdadi, 2/326 (Beirut: Dar al-Gharb al-Islami, 1422 H). Lihat Tarikh Dimasyq, Ali bin al-Hasan terkenal dengan sebutan Ibn 'Asakir, 52/72 (Beirut: Dar alFikr, 1415 H). Lihat Tahdzib al-Asma' wa al-Lughat, Yahya bin Syaraf al-Nawawi, 1/74 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.th). Lihat Tahdzib al-Kamal, Yusuf bin Abdurrahman al-Mizzi, 24/442 (Beirut: Muassasa al-Risalah, 1400 H). Lihat Siyar A'lam al-Nubala', Muhammad bin Ahmad al-Dzahabi, 10/84 (Cairo: Dar al-Hadits, 1427 H)
16 ) Hadyus Sari ..,al-Asqalani, 1/7. Lihat Tahdzib al-Asma'..., al-Nawawi, 1/74. Lihat Tadrib al-Rawi..., al-Suyuthi, 1/92.
17 ) Lihat Tadrib al-Rawi Syarh Taqrib al-Nawawi, Abdurrahman bin Abu Bakr al-Suyuthi, 1/61-69 (Riyadh: Dar Thaibah, 1422 H). Dengan diringkas oleh penulis.
18 ) al-Ta'liqat al-Atsariyah ala al-Mandzumah al-Baiquniyyah, Ali bin Hasan al-Halabi (Arab Saudi: Dar Ibn al-Jauzi, 1428 H), hlm. 21.
19 ) Dhawabth al-Jarh wa al-Ta'dil, Abdul Aziz bin al-abdul Latif (Riyadh: Maktabah al-'Ubaikan, 1426 H), hlm. 23.
20 ) Fathul Mughits Syarh Alfiyatil Hadits, Muhammad bin Abdurrahman alSakhawi, 1/28 (Mesir: Maktabatus Sunnah, 1424 H). Bittasharruf yasir minal katib.
21 ) al-Ta'liqat al-Atsariyah ala al-Mandzumah al-Baiquniyyah, Ali bin Hasan al-Halabi, hlm. 21
22 ) Ibid. Lihat Taisir Musthalah hadits, Mahmud al-Thahhan (Riyadh: Maktabah al-Ma'arif, 1417 H), hlm. 99
23 ) Tadrib al-Rawi Syarh Taqrib al-Nawawi, Abdurrahman bin Abu Bakr al-Suyuthi, 1/68-69 (Riyadh: Dar Thaibah, 1422 H). Dengan diringkas oleh penulis.
24 ) Ibid.
25 ) Perawi yang menggunakan نع dalam meriwayatkan hadits. 26 Perawi yang melakukan tadlis.
27 Lihat Taisir Musthalah hadits, Mahmud al-Thahhan (Riyadh: Maktabah al-Ma'arif, 1417 H), hlm. 87.
28 Lihat Syuruth al-Aimmah al-Khamsah, Muhammad bin Musa al-Hazimi (Beirut: Darul Hijrah, 1408 H), hlm. 57-58. Lihat Tadrib al-Rawi Syarh Taqrib al-Nawawi, Abdurrahman bin Abu Bakr al-Suyuthi, 1/97 (Riyadh: Dar Thaibah, 1422 H).
Rabu, 19 Juni 2013
Wird Allathif Beserta Syarahnya
WIRD ALLATHIF HUJJATUL ISLAM AL IMAM ABDULLAH BIN ALWIALHADDAD (teks arab tidak saya lampirkan, sebab teks Arab hasil copy paste terbalik)
Oleh Alfaqir Munzir Almusawa
Beliau adalah seorang pakar hadits termasyhur dan telah mencapai gelar Hujjatul Islam, dan gelar hujjatul islam hanya diberikan pada mereka yg telah hafal 300.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya.
Surat Al Ikhlas
1. Katakanlah : Dialah Allah, Yang Maha Esa,
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadnya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia
Surat Al Falaq
1. Katakanlah : Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai Subuh,
2. Dari kejahatan makhluknya,
3. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
4. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul
5. Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.
Surat An Naas
1. Katakanlah : aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. Raja manusia
3. Sembahan manusia
4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi
5. Yang membisikan (kejahatan) kedalam dada manusia
6. Dari (golongan) Jin dan manusia.
Rabbi ‘audzubika min hamadzatisysyayatin * wa’audzubika Rabbi an yahdhurun (3X)
Artinya,
Dan katakanlah wahai Tuhan aku berlindung pada-Mu dari bisikan dan godaan syaitan, dan aku belindung dari kehadiran mereka (3x).
Afahasibtum annamaa kholaknaakum ‘abatta wa annakum ilayna laaturja’un
Artinya,
Apakah kalian mengira sesungguhnya kalian ini diciptakan dengan sia-sia dan sungguh apakah kalian mengira kalian tidak akan dikembalikan kepada kami.
Fata’alallahulmalikulhaqqu laa ilaha illa hua Rabbul arsyil kariim.
Artinya,
Maka maha luhurlah Allah, maha Raja, Maha Benar, tiada Tuhan selain-Nya, Maha pemilik Arsy yang agung.
Waman yad’u ma’allahi ilahan akhoro laa burhaana lahu bihi fainnamaa hisaabuhu ‘indarabbihi innahu laa yuflihulkaaafiruun.
Artinya,
Dan barang siapa yang menyeru oleh selain Allah SWT berupa Tuhan yang lain maka dia tidak akan mendapatkan petunjuk dan kemuliaan dan sungguh perhitungannya kelak disisi Allah SWT, sungguh Dia Allah tidak akan membuat orang-orang kafir mendapat keberuntungan.
Wa qul rabbighfir warham wa anta khairurrahimiin
Artinya,
Dan katakanlah wahai Tuhanku ampunilah dan kasihanilah kami dan Kau lah sebaik-baik yang menyayangi.
Fasubhaanallahi hiina tumsuuna wa hiina tushbahuun.
Artinya,
Maka Maha Suci Allah SWT mulai sore hari hingga malam hari.
Walahulhamdu fissamawaati wal ardhi wa ‘asyiyyaa wa hiina tudzhiruun.
Artinya,
Dan milik-Nya lah segala puji disetiap tingkatan-tingkatan langit dan bumi sepanjang petang dan ketika kalian dimunculkan.
Yukhrijulhayya minalmayyiti wa yukhrijul mayyita minalhayyi wa yuhyil ardho ba’da mautihaa wa kadzalika tukhrojuun.
Artinya,
Allah SWT mengeluarkan dari yang mati, mengeluarkan kehidupan dari kematian dan mengeluarkan kematian dari kehidupan, dan menghidupkan bumi setelah kematiannya, dan demikianlah mereka akan dikeluarkan kelak dihari Kiamat.
A’udzubillahissamii’il ‘aliim minasysyaitonnirrajiim.
Artinya,
Aku berlindung kepada Allah SWT yang Maha mendengar dan Maha mengetahui daripada syetan yang terkutuk (3x).
Lau anzalnaa hadzal qur ana ‘ala jabalin laraitahu khoosyi’an mutashoddi’an min khosyyatillahi wa tilkal amtsalu nadhribuhaa linnaasi la’allahum yatafakkaruun.
Artinya,
Kalau sekiranya kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaanperumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Huwallahulladzii laa ilaha illa huwa ‘alimul ghoibi wasysyahaadati huwarrahmanurrahiim. Huwallahulladzi laa ilaha illa huwalmalikul quddususus salaamul mu’minul muhaiminul ‘azizull jabbaarul mutakabbiru subhaanallahi ‘ammaa yusyrikuun.
Artinya,
Dia-lah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha pemurah lagi Maha penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha suci, Yang Maha sejahtera, Yang mengaruniakan keamanan, Yang memelihara, Yang Maha perkasa, Yang Maha kuasa, Yang memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Huwallahul khooliqul baariul mushawwiru lahul asmaaul husna yusabbihu lahu maa fissamawaati wal ardhi wahuwal ‘azizul hakiim.
Artinya,
Dia-lah Allah yang menciptakan, Yang mengadakan, Yang membentuk Rupa, Yang mempunyai nama-nama, Yang paling baik. Bertasbih kepadanya apa yang ada dilangit dan dibumi. Dan Dia-lah yang Maha perkasa lagi maha bijaksana.
Salaamu ‘ala nuuhi fil ‘aalamin
Artinya,
Salam sejah terah atas Nabi Nuh dialam semesta.
Innaa kadzalika najzil muhsiniin.
Artinya,
Sungguh demikianlah kami memberi balasan kemuliaan kepada orang-orang yang beramal baik
Innahu min ‘ibadinaal mu’miniin.
Artinya,
Dan sungguh Nabi Nuh as itu adalah diantara hamba- hamba kami yang beriman.
audzu bikalimaatillahittaammaati min syarri maa kholaq
Artinya,
Aku berlindung dengan kalimat Allah swt yang Sempurna dari keburukan-keburukan ciptaannya.
Bismillahilladzii laa yadurru ma’asmihi syaiun fil ardhi walaa fissamaa i wahuwassamii’ul ‘aliim.
Artinya,
Dengan nama Allah yang tiada akan membawa mudhorot dosa apapun yang ada dilangit dan dibumi dan Dialah yang Maha mendengar dan Maha mengetahui (3x).
Allahumma inna ashbahtu minka fi ni’matin wa ‘afiyatin wa sitrin faatmim ni’mataka ‘alayya wa’afiyataka wasitraka fiddunya wal akhiroh.
Artinya,
Wahai Allah sungguh aku melewati pagi ini dariMu dalam kenikmatan, dalam kesembuhan dan afiah, dalam perlindungan maka sempunkanlah nikmatan-Mu atasku dan kesembuhanmu yang Kau berikan kepadaku dan lindungilah aku didunia dan akhirat.
Allahumma innii ashbahtu usyhiduka wausyhidu hamalata ‘arsyika wamalaaikataka wajami’I kholqika innaka antallaha laa ilaha illa anta wahdaka laa syarikalak,waanna sayyidanaa muhammadan ‘abduhu warosuuluk.
Artinya,
Wahai Allah sungguh aku melewati pagi ini disaksikan oleh-MU dan disaksikan oleh para penopang ArsyMu dari pada para Malaikat dan seluruh MalaikatMu dan seluruh ciptaanMU, mereka semua menyaksikan aku, bahwa sungguh Engkau adalah Allah yang tiada Tuhan selainMu yang Maha Tunggal dan tiada sekutu bagiMu, Dan sungguh Sayyidina Muhammad adalah hambaMu dan RasulMu. (mengucapkan syahadat disaksikan oleh seluruh Malaikat dan seluruh makhluk).
Alhamdulillahi robbil ‘alamiina hamdan yuwaafi ni’amahu wayukaafi maziidah.
Artinya,
Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam, pujian yang mencakup seluruh kenikmatannya dan mencakup seluruh kelebihan kenikmatan (3x)
Amantu billahil ‘adziim,wakafartu biljibti watthoghuuti wastamsaktu bil’urwatil wutsqoo lanfishooma laha wallahu samii’un ‘aliim
Artinya,
Segala Puji bagi Allah yang Maha Agung, dan aku berpaling dari pada semua kejahatan dan sesembahan selain Allah dan aku berpegang teguh dengan tali yang erat, dan Allah Maha mendengar dan Maha mengetahui (3x).
Radhitu billahi rabba wabil islaami diinaa wabi muhammadin shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallama nabiyya warasuulaa
Artinya,
ku ridho dengan Allah sebagai Tuhan dan Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul (3x).
Hasbiyallahu laa ilaha illaa huwa ‘alaihi tawakkaltu wahuwa rabbul ‘arsyil ‘adziim
Artinya,
Cukuplah bagiku Allah, Tiada Tuhan selain-Nya, kepada-Nya aku bertawakal dan Dialah pemilik Arsy yang Agung.
Allahumma sholli ‘ala sayyidina muhammadin wa alihi wa shohbihi wasallim.
Artinya,
Ya Allah limpahkanlah sholawat untuk Sayyidina Muhammad dan keluarganya dan sahabatnya dan limpahkan baginya salam.
Allahumma innii as aluka min fujaa atil khoir, wa ‘audzubika min fujaa atisy syar.
Artinya,
Wahai Allah sungguh aku minta kepadaMU kejutan kebaikan dan aku berlindung kepada-Mu dari kejutan- kejutan yang buruk.
Allahumma anta robbiy laa ilaha illa anta kholaqtanii wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wawa’dika mastatho’tu, a’idzubika min syarri maa shona’tu abu u laka bini’matika ‘alayya wa abuu u bidzanbii faghfirlii fainnahu laa yaghfirudzdzunuba illa anta
Artinya,
Wahai Allah Engkaulah Tuhanku tiada Tuhan selai-Mu, Engkaulah yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu dan aku berada dalam perjanjian-Mu dan ikatan kesetiaanku pada-Mu semampuku, aku berlindung dari buruknya perbuatanku dan aku sadar kenikmatan-kenikmatanMu padaku dan aku sadar atas dosa-dosaku, dan ampunilah aku maka sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau.
Allahumma anta robbii laa ilaha illa anta ‘alaika tawakkaltu wa anta robbil ‘arsyil ‘adziim, ma syaaa allahu kaana wamaa lam yasya’ lam yakun, wala haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim. A’lamu annallaha ‘ala kulli syaiin qodiir, wa annallaha qod ahatho bikulli syaiin ‘ilma. Allahumma innii a’udzuika min syarri nafsii wamin syarri kulli daaabbatin anta aakhidzu bina shiyatiha, inna robbii ‘ala shirotin mushtaqiim.
Artinya,
Wahai Allah sungguh Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan selai-Mu, pada-Mu aku bertawakal dan Engkaulah pemilik Arsy yang Agung, apa-apa yang dikhendaki Allah SWT akan terjadi dan yang tidak yang dikehendaki Allah tidak akan terjadi, tiada daya dan upaya selain dengan kekuatan Allah yang Maha tinggi dan Maha Agung, aku tau sungguh Allah itu berkuasa atas segala sesuatu dan sungguh Allah itu meliputi segala sesuatu dengan pengetahuannya (Maha tahu atas segala sesuatu). Wahai Allah aku sungguh aku berlindung dari buruknya diriku dan dari kejahatan semua makhluk dan ciptaan-Mu sungguh Engkau mengenggam semua ubun-ubun mereka (kepala), sungguh Tuhanku berada pada jalan yang benar.
Yaa hayyu yaa qoyyumu birahmatika astaghitsu wamin ‘adzabika astakhiiru ashlih lii sya’nii kullahu walaa takilni ila nafsii walaa ilaa ahadin min kholqika thorfata ‘ainin. Allahumma inni ‘audzubika minal hammi wal hazani, wa ‘audzubika minal ‘ajdzi wal kasal wa ‘audzubika minal jubni wal bukhli wa ‘audzubika min gholabatiddaini wa qohrirrijaal.
Artinya,
Wahai yang Maha hidup dan Maha berdiri sendiri aku beristighotsah dan mohon bantuan pada Rahmat-Mu, Dan aku berlindung kepada-Mu dan mohon dijauhkan dari siksa, perbaikilah keadaanku semuanya, dan janganlah Engkau palingkan aku pada diriku dan jangan Kau palingkan aku pada ciptaan-ciptaanMu sekejappun selalulah aku didalam khusyuk kepadamu. Wahai Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kesedihan, aku berlindung kepada-MU dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepada-Mu daripada sifat pengecut dan sifat kikir, dan aku berlindung kepada-Mu dari terjebak oleh hutang-hutang dan didholimi oleh penguasa.
Allahumma innii asalukal ‘afwa wal ‘afiyah fiddunya wal akhiroh
Artinya,
Wahai Allah sungguh aku meminta kepadamu kesembuhan dan afiah, dunia dan akhirat.
Allahumma innii asalukal ‘afwa wal’afiyah wal mu’afatiddaaimah fii diinii wadunyaa wa ahlii wa maalii
Artinya,
Wahai Allah sungguh aku meminta kepadamu maaf-Mu, dan afiah-Mu dan atas segala yang mengganggu kita jasad kita dan ruh kita dan penjagaan dan pemeliharaan yang abadi dalam agamaku, duniaku, keluargaku, hartaku
Allahummastur ‘aurootii wa aamin rou’aatii.
Artinya,
Wahai Allah tutupilah auratku dan kejahatan- kejahatanku dan jagalah aku Dari apa yang kurisaukan
Allahummahfadznii min baini yadayya wamin kholfii wa’an yamiinii, wa’an syimaalii, wamin fauqii. Wa ‘audzu bi’adzomatika an ughtaala min tahti.
Artinya,
Wahai Allah jagalah aku dari depanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku ,dari atasku dan aku berlindung dengan keagungan-Mu dari pada kejahatan yang datang dari bawahku (fitnah dari bumi/ sihir).
Allahumma anta kholaqtanii waanta tahdiinii waanta tuth’imunii waanta tusqiinii waanta tumitunii waanta tuhyiinii waanta ‘ala kulli syaiin qodiir.
Artinya,
Wahai Allah sungguh Engkaulah yang menciptakan aku dan Engkau yang memberi aku hidayah, Engkau yang memberiku makanan, Engkau yang memberiku minuman dan Engkaulah yang menghidupkan aku dan engkaulah yang mematikanku dan Engkaulah yang berkuasa ats segala sesuatu
Ashbahnaa ‘ala fitrotil islaami wa ‘ala kalimatil ikhlaashi wa ‘ala diini nabiyyanaa muhammadin shollallahu ‘alaihi wa alihi wasallam.
Artinya,
Aku lewati pagi ini dengan kesucian islam dan kulewati pagi ini dalam kalimat yang ikhlas pada agama Nabi Muhammad saw.
Allahumma bika ashbahnaa wabika amsainaa wabika nahyaa wabika namuutu.
Artinya,
Wahai Allah bersama-Mu kami melewati pagi ini dan bersama-Mu kami melewati sore ini dan denganmu kami hidup dan denganmu pula kami wafat.
Wa’alaika natawakkalu wa ilaikannasyuuru
Artinya,
Dan kepada-Mu kami bertawakal dan kepadamu pula kami akan kembali.
Ashbahnaa wa ashbahal mulku lillahi walhamdulillahi robbil ‘aalamiin
Artinya,
Kami melewati pagi ini dan kami lewati pagi ini sedangkan kerajaan alam semesta tetap milik Allah dan segala puji untuk Allah.
Allahumma innii as aluka khoiro hadzal yaumi fathahu wa nashrohu wa nuurohu wa barakatahu wa hudahu.
Artinya,
Wahai Allah sungguh aku meminta kebaikan hari ini, kemenangannya, pertolongannya, cahayanya, keberkahannya, dan petunjuk hidayahnya yang ada di hari ini .
Alahumma innii as aluka khoiro hadzal yaumi wa khoiro maa fiihi wa khoiro maa qoblahu wa khoiro maa ba’dahu.
Artinya,
Sungguh Allah aku meminta kepada-Mu kebaikan hari ini dan kebaikan yang apa-apa tersimpan hari ini dan kebaikan pada hari yang lain dan kebaikan yang ada pada hari esok.
Wa’audzubika min syarri hadzal yaumi, wa syarri maa fiihi wa syarri maa qoblahu wa syarri maa ba’dahu.
Artinya,
Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang pada hari ini dan keburukan yang tersimpan pada hari ini dan keburukan atau kejahatan yang ada pada hari yang lain dan yang ada pada hari esok.
Allahumma maa ashbaha bii min ni’matin au bi ahadin min kholqika. Faminka wahdaka laa syariikalak, falakal hamdu walakasysyukru ‘ala dzalik. (1)
Artinya,
Wahai allah apa-apa yang kutemukan dipagi ini dari kenikmatan datang dari salah satu ciptaan-Mu maka itu adalah hakekatnya dari-Mu Tunggal, tiada sekutu atas-Mu dan atas-Mulah segala pujian dan bagimulah segala terimakasih atas segala nikmat yang datang pada hari ini.
(1) Ketika sore kata Subuh diganti Masa' dan Al-yaum dengan Lail dan an-Nusyur dengan Al-Masir
Subhanallahi wabihamdihi ‘adada kholqih, wa ridho nafsihi wa zinata ‘arsyihi, wa midaada kalimaatih.
Artinya,
Maha Suci Allah dan segala pujian untuk-Nya, sebanyak ciptaan-Nya, sebanyak keridhoan dzat-Nya, dan sebanyak kemegahan perhiasan Arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-kaliamat-Nya (3x).
Subhanallahil ‘adziimi wabihamdihi ‘adada kholqihi waridho nafsihi wazinata ‘arsyihi wamidaada kalimaatih.
Artinya,
Maha Suci Allah yang Maha Agung bersama segala pujian untuk-Nya, sebanyak ciptaan-Nya, sebanyak keridhoan dzat-Nya, dan sebanyak kemegahan perhiasan Arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-kaliamat-Nya (3x).
Subhanallahi ‘adada maa kholaqo fissamaa’
Artinya,
Maha Suci Allah sebanyak ciptaan langit.
Subhanallahi ‘adada maa kholaqo fil ardhi’
Artinya,
Maha Suci Allah sebanyak Ciptaan-Nya di Bumi.
Subhanallahi ‘adada maa baina dzalik,
Artinya,
Maha Suci Allah sebanyak apa-apa yang ada diantara langit dan dibumi.
Subhanallahi ‘adada maa huwa khooliq,
Artinya,
Maha Suci Allah sebanyak apa-apa yang diciptakan-
Alhamdulillahi ‘adada maa kholaqo fissama’.
Artinya,
Segala Puji bagi Allah sebanyak ciptaan langit.
Alhamdulillahi ‘adada maa kholaqo fil ardh,
Artinya,
Segala Puji bagi Allah sebanyak Ciptaan-Nya di Bumi.
Alhamdulillahi ‘adada maa baina dzalik.
Artinya,
Segala Puji bagi Allah sebanyak apa-apa yang ada diantara langit dan dibumi.
Alhamdulillahi ‘adada maa huwa khooliq.
Artinya,
Segala Puji bagi Allah sebanyak apa-apa yang diciptakan-Nya.
Laa ilaha illallahu’adada maa kholaqo fissamaa’.
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak ciptaan langit.
Laa ilaha illallahu ‘adada maa kholaqo fil ardhi,
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak Ciptaan-Nya di Bumi.
Laa ilaha illallahu ‘adada maa baina dzalik,
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak apa-apa yang ada diantara langit dan dibumi.
Laa ilaha illallahu ‘adada maa huwa khooliq.
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak apa-apa yang diciptakan-Nya.
Allahu akbar ‘adada maa kholaqo fissama’.
Artinya,
Allah Maha Besar sebanyak ciptaan langit.
Alhamdulillahi ‘adada maa huwa khooliq.
Artinya,
Segala Puji bagi Allah sebanyak apa-apa yang diciptakan-Nya.
Laa ilaha illallahu’adada maa kholaqo fissamaa’.
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak ciptaan langit.
Laa ilaha illallahu ‘adada maa kholaqo fil ardhi,
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak Ciptaan-Nya di bumi
Laa ilaha illallahu ‘adada maa baina dzalik,
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak apa-apa yang ada diantara langit dan dibumi.
Laa ilaha illallahu ‘adada maa huwa khooliq.
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak apa-apa yang diciptakan-Nya.
Allahu akbar ‘adada maa kholaqo fissama’.
Artinya,
Allah Maha Besar sebanyak ciptaan langit.
Allahu akbar ‘adada maa kholaqo fil ardhi,
Artinya,
Allah Maha Besar sebanyak Ciptaan-Nya di Bumi.
Allahu akbar ‘adada maa baina dzalik.
Artinya,
Allah Maha Besar sebanyak apa-apa yang ada diantara langit dan dibumi.
Allahu akbar ‘adada maa huwa khooliq.
Artinya,
Allah Maha Besar sebanyak apa-apa yang diciptakan-Nya.
Laa haula walaa quwwata illaa billahil ‘aliyyil ‘adziim ‘adada maa kholaqo fissama’.
Artinya,
Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung sebanyak ciptaan langit.
Laa haula walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim ‘adada maa kholaqo fil ardh,
Artinya,
Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung sebanyak Ciptaan-Nya di Bumi.
Laa haulaa walaa quwwata illa billaahil ‘aliyyil ‘adziim ‘adada maa baina dzalik.
Artinya,
Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung sebanyak apa-apa yang ada diantara langit dan dibumi
Laa haulaa walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adziim ‘adada maa huwa khooliq.
Artinya,
Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung sebanyak apa-apa yang diciptakan-Nya.
Laa ilaha illallahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘ala kulli syaiin qodiir ‘adada kulli dzarrotin alfa marroh.
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah Maha Tunggal dan tiada sekutu bagi Nya, bagi Nya Kerajaan alam semesta dan bagi Nya segala pujian. Maha menghidupkan dan Maha mewafatkan dan Dia Allah berkuasa atas segala sesuatu, sebanyak semua debu dan butiran-butiran dan seribu kali.
Allahumma sholli wasalim ‘ala sayyidinaa muhammadin miftaahi baabi rohmatillahi ‘adada maa fii ‘ilmillahi sholaatan wasalaaman daaimaini bidawaami mulkillahi, wa’ala alihi washohbih, ‘adada kulli dzarrotin alfa marroh.
Artinya,
Wahai Allah limpahkan sholawat dan salam atas Sayyidina Muhammad saw, membuka pintu Rahmatnya Allah, sebanyak apa-apa yang diketahui Allah, sholawat serta salam yang berkesinambungan, selama kerajaan Allah dan atas keluarganya dan sahabatnya, sebanyak semua debu dan butiran-butiran dan seribu kali.
SYARAH RIWAYAT DAN ARTI WIRD ALLATHIF
Sabda Rasulullah saw : “Barangsiapa yg membaca Al Ikhlas dan Alfalaq dan Annaas ketika sore dan pagi maka ia akan terjaga dari segala sesuatu” (Berkata Attirmidziy hadits hasan Shahih).
Firman Allah : “DAN KATAKANLAH WAHAI TUHAN AKU BERLINDUNG PADA MU DARI BISIKAN DAN GODAAN SYAITAN, DAN AKU BERLINDUNG DARI KEHADIRAN MEREKA” (QS Almukminun 97,98)
Rasul saw menasihati kami dalam suatu peperangan, maka kami diperintahkan membaca diwaktu sore dan pagi : AFAHASIBTUM ANNAMA…, maka kami membacanya, dan kami pulang dengan kemenangan dan ghanimah (HR Ibn Sunniy)
berkata Ibn Abbas ra dari Rasulullah saw : “Barangsiapa yg berkata dipagi hari : “FASUBHANALLAHI HIINA TUMSIY… (QS Arrum 17-18),
maka Allah akan mengembalikan apa apa yg hilang darinya dihari itu, dan barangsiapa yg membacanya disore hari maka Allah akan mengembalikan apa apa yg hilang darinya di malam hari (hilang darinya bisa berupa pahala yg tercabut, rizki yg tertahan dll) (HR Abu Dawud)
Dari Nabi saw yg bersabda : “Barangsiapa yg berkata dipagi hari 3X : Audzubillahissami’il’aliim minassyaythaanirrajiim, dan diteruskan dengan 3 ayat terakhir surat Alhasyr, (Law Anzalna… dst) maka Allah wakilkan baginya 70.000 malaikat yg bershalawat untuknya hingga sore, jika ia wafat dihari itu maka ia wafat sebagai syahid, barangsiapa yg membacanya di sore hari maka mendapat manzilah itu pula (hadits hasan gharib)
barangsiapa yg berkata: salamun ala nuhin fil alamiin…dst, maka ia tak akan disengat kalajengking dan Ular” (Alkassyaaf wal bayaan lil Imam Attsa’labiy)
Dari Abu Hurairah ra : “datang seorang lelaki kepada nabi saw dan berkata : wahai Rasulullah, aku semalam disengat kalajengking.., maka Rasul saw bersabda : Jika kau berdoa di sore hari (atau pagi) : Audzu bikalimatillahittammaati min syarri maa khalaq, maka tak akan menyakitimu” (HR Muslim), pada riwayat Ibn Sunniy dijelaskan 3X
Diriwayatkan oleh Ibn Sunniy dan Attirmidziy, dari Utsman bin Affan ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : “Tiadalah seorang hamba berdoa dipagi setiap hari dan sore setiap petang : Bismillahilladzi….(dst) sebanyak 3X maka ia tak akan diganggu sesuatu” berkata Imam Tirmidziy hadits ini hasan shahih, dan ini lafadh riwayat Tirmidzy, dan pada lafadh riwayat Abu Dawud : Barangsiapa yg membacanya maka ia tak akan mendapat musibah yg datang tiba tiba/dikagetkan musibah.
Dari Ibn Abbas ra barangsiapa yg berdoa : Allahumma Inniy Ashbahtu….dst, 3X dipagi hari dan di sore hari, maka merupakan kepastian bahwa Allah swt akan menyempurnakan baginya hari itu (HR Ibnussunniy dari Ibn Abbas ra)
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad Jayyid (baik) dan ia tidak mendhoifkannya, dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yg berdoa ketika pagi atau sore : Allahumma Inniy Ashbahtu Usyhiduka…dst, maka Allah bebaskan seperempatnya dari neraka, jika ia membacanya 2X maka Allah bebaskan setengah tubuhnya dari neraka, jika ia membacanya 3X maka Allah bebaskan tiga perempat tubuhnya dari neraka, barangsiapa membacanya 4X maka Allah bebaskan ia dari neraka. (Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari)
Dari Muhammad bin Annadhr ra berkata : Berkata Adam as : “Wahai Tuhan, aku disibukkan pekerjaanku, maka ajarilah aku sesuatu yg menjadi perpaduan pujian dan tasbih”, maka Allah swt wahyukan padanya : “Wahai Adam, jika dipagi hari maka ucapkanlah 3X : Alhamdulillahi…dst. Maka Itu adalah kumpulan pujian dan Tasbih. (Addurrul Mantsur Lilhafidh Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy, dan adzkar shabah wal masa’ Linnawawiy).
Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yg berucap di pagi hari dan sore : Radhiina…, kecuali telah berhak Allah meridhoinya” (HR sunan Abu Dawud).
Dijelaskan pada Attarghiib wattarhiib bahwa dzikir ini jika dibaca 3X dipagi hari dan sore maka akan menjaga dari gangguan Jin. َ
Dari Abu Darda ra : barangsiapa dipagi hari atau sore membaca Hasbiyallah…dst 7X, maka Allah akan melindunginya dari apa apa yg dirisaukannya, apakah ia membacanya dengan kesungguhan atau tidak dengan kesungguhan(HR Abu Dawud)
Dari Anas ra bahwa Rasulullah saw berdoa dengan doa doa ini jika pagi dan sore : Allahumma inniy as’aluka…dst, sungguh seorang hamba tak tahu apa yg akan menimpanya dipagi atau sore” (Musnad Abi Ya’la Almuushiliy)
Diriwayatkan pada shahih Bukhari dari syaddad bin Aus ra dari nabi saw yg bersabda : “Pemimpin semua Istghfar adalah : Allahumma anta rabbiy…dst, jika dibaca saat sore lalu ia wafat di malam itu maka ia masuk sorga, jika dibaca dipagi hari lalu ia wafat hari itu maka ia masuk sorga".
Diriwayatkan oleh Imam Ibn Sunniy, dari Thalq bin Hubaib yg berkata : telah datang seorang lelaki kepada Abu darda ra bahwa rumahmu telah terbakar, maka berkata Abu Darda ra : rumahku tidak akan terbakar!, tiada Allah swt akan menjatuhkan hal itu karena kalimat kalimat yg kudengarkan dari Rasul saw, barangsiapa yg membacanya dipagi hari maka ia tak akan terkena musibah hingga petang, barangsiapa mengucapkannya di akhir petang maka tak akan terkena musibah hingga pagi, yaitu Allahumma anta Rabbiy…dst. Dan diriwayatkan pada jalur lainnya dari seorang lelaki dari sahabat Nabi saw bahwa orang itu datang lagi pada Abu Darda ra dengan mengabarkan hal kebakaran rumahnya, maka Abu Darda ra menjawab : Tidak terbakar, karena Aku dengar dari Rasul saw bahwa barangsiapa yg membaca dipaginya kalimat kalimat ini maka tak akan terkena ia, tidak pula keluarganya, tidak pula hartanya, hal hal yg tak disukainya”, maka kami bersama sama menjenguk rumahnya, sungguh telah terbakar sekitar rumahnya, dan rumahnya tak disentuh api.
Dari anas ra : bersabda Rasulullah saw pada Fathimah Azzahra ra : kiranya tak ada yg menghalangimu dari apa apa yg kuajarkan agar kau membaca dipagi hari dan sore hari : Yaa Hayyu Yaa Qayyum…dst.(hadits hasan) (Al Adzkar Imam Nawawi)
Rasul saw masuk ke masjid, maka terlihatlah seorang lelaki dari Anshar yg bernama Abu Umamah ra, maka bersabda Rasulullah saw : Wahai Abu Umamah, mengapa kulihat maku duduk di masjid di selain waktu shalat..?”, ia menjawab : “gundah.. aku dijerat hutang wahai Rasulullah..”, maka bersabda Rasulullah saw : ”maukah kau kuajari kalimat yg jika kau ucapkan maka Allah akan menghilangkan gundahmu dan terselesaikan hutangmu?”, maka Abu Umamah ra : “ajari aku wahai Rasulullah..”, maka Rasul saw bersabda : “Jika di pagi harimu dan sore harimu ucapkanlah : Allahumma inniy…dst. Maka berkata Abu Umamah ra : kulakukan itu maka Allah menghilangkan gundahku dan dan terselesaikan hutangku” (Hadits hasan). (Al Adzkar Imam Nawawi)
Berkata Ibn Umar ra : bahwa Nabi saw tak pernah meninggalkan doa doa ini ketika pagi dan sore, Allahumma inniy… dst Berkata Imam Hakim hadits ini sanadnya Shahih. (Al Adzkar Imam Nawawi)
Berkata hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhum, dari Samurah bin Jundub ra : maukah kukabarkan hadits dari Rasulullah saw yg kudengar berkali kali, dan dari Abubakar ra berkali kali, dan dari Umar ra berkali kali?, Barangsiapa dipagi hari membaca : Allahumma…dst. Tiadalah ia minta sesuatu pada Allah swt kecuali diberi Nya. (Ma’jamul Ausath Al Imam Tabrani)
Dan bahwa Rasulullah saw jika dipagi hari berdoa : Ashbahna ala….dst. (Al Adzkar Imam Nawawi)
Dan dari Nabi saw bahwa jika pagi beliau saw berdoa : Allahumma bika ….dst
Dan jika sore : Allahumma bika amsayna…dst (Berkata Imam Tirmidziy hadits hasan. . (Al Adzkar Imam Nawawi)
Dan kami riwayatkan pada Sunan Abu Dawud dengan sanad yg tidak didhoifkannya dari Malik Al Asy’ariy ra bahwa Sungguh Rasulullah saw bersabda : Jika kalian dipagi hari maka ucapkanlah : Ashbahna….dst, dan jika sore maka ucapkanlah pula seperti itu” (Al Adzkar Imam Nawawi)
Dan kami riwayatkan oleh Sunan Abu Dawud dengan sanad baik, dan ia tak mendhoifkannya, dari Abdullah bin Ghannaam Albayadhiy ra : Sungguh Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa berdoa di pagi hari : Allahumma Maa Ashbaha biy….dst (Al Adzkar Imam Nawawi)
Dari Juwairiyah ra : Sungguh Nabi saw keluar menuju shalat subuh dan Juwayriyah berdzikir di tempat sujudnya, lalu Rasul saw pulang selepas dhuha, dan Juwairiyah ra masih duduk di tempatnya, lalu Rasul saw bersabda :”kau masih duduk disini sejak subuh tadi?”, maka Juwairiyah berkata : betul, maka Rasul saw : “Aku sudah berdzikir sesudahmu dengan hanya 4 kalimat saja 3X, jika ditimbang maka lebih berat dari semua dzikirmu sedari tadi, ucapkanlah : Subhanallah…. Dst. (Riyadhusshalihin oleh Imam Annawawiy)
Dari hadits abu Hurairah ra sabda Rasulullah saw : Subhanallahil ‘adhiim….dst, diriwayatkan Imam Muslim dan Imam 4, dari hadits Ibn Abbas ra. (Ma’arijul Qabul).
Dari Aisyah binti sa’ad bin Abi Waqqash ra dari ayahnya, bahwa ia masuk bersama Rasulullah saw pada seorang wanita dihadapannya terdapat banyak biji atau batu untuk menghitung berdzikir, maka Rasul saw bersabda : Kuberitahu engkau dengan yg lebih mudah dari itu/lebih afdhal?, maka ucapkanlah Subhanallah adada maa…dst, dan Allahu Akbar seperti itu pula, dan Alhamdulillah seperti itu pula, dan Laa ilaha Illallah seperti itu pula, dan Laa haula walaa quwwata illa billahil aliyyil adhim seperti itu pula” (Syi’bul iman oleh Imam Albaihaqiy).
Dari Abu Hurairah ra, Sungguh Rasulullah saw bersabda : “Laa ilaaha illallahu wahdahu…dst, dalam suatu hari 100X, maka baginya pahala membebaskan 10 orang budak, dan dituliskan 100 pahala, dan dihapus darinya 100 dosa, dan ia dijaga dari syaitan di hari itu hingga sore, dan tiadalah orang lain yg mempunyai amal lebih darinya di hari itu kecuali yg beramal lebih banyak dari itu” (Shahih Bukhari dan shahih Muslim) Dalam dzikir ini Imam Haddad meringkasnya 1X saja namun diakhiri dg kalimat : “adada kulli dzarrah alf marrah” (sebanyak setiap debu, 1000X).
Oleh Alfaqir Munzir Almusawa
Beliau adalah seorang pakar hadits termasyhur dan telah mencapai gelar Hujjatul Islam, dan gelar hujjatul islam hanya diberikan pada mereka yg telah hafal 300.000 hadits berikut sanad dan hukum matannya.
Surat Al Ikhlas
1. Katakanlah : Dialah Allah, Yang Maha Esa,
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadnya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia
Surat Al Falaq
1. Katakanlah : Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai Subuh,
2. Dari kejahatan makhluknya,
3. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
4. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul
5. Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.
Surat An Naas
1. Katakanlah : aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. Raja manusia
3. Sembahan manusia
4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi
5. Yang membisikan (kejahatan) kedalam dada manusia
6. Dari (golongan) Jin dan manusia.
Rabbi ‘audzubika min hamadzatisysyayatin * wa’audzubika Rabbi an yahdhurun (3X)
Artinya,
Dan katakanlah wahai Tuhan aku berlindung pada-Mu dari bisikan dan godaan syaitan, dan aku belindung dari kehadiran mereka (3x).
Afahasibtum annamaa kholaknaakum ‘abatta wa annakum ilayna laaturja’un
Artinya,
Apakah kalian mengira sesungguhnya kalian ini diciptakan dengan sia-sia dan sungguh apakah kalian mengira kalian tidak akan dikembalikan kepada kami.
Fata’alallahulmalikulhaqqu laa ilaha illa hua Rabbul arsyil kariim.
Artinya,
Maka maha luhurlah Allah, maha Raja, Maha Benar, tiada Tuhan selain-Nya, Maha pemilik Arsy yang agung.
Waman yad’u ma’allahi ilahan akhoro laa burhaana lahu bihi fainnamaa hisaabuhu ‘indarabbihi innahu laa yuflihulkaaafiruun.
Artinya,
Dan barang siapa yang menyeru oleh selain Allah SWT berupa Tuhan yang lain maka dia tidak akan mendapatkan petunjuk dan kemuliaan dan sungguh perhitungannya kelak disisi Allah SWT, sungguh Dia Allah tidak akan membuat orang-orang kafir mendapat keberuntungan.
Wa qul rabbighfir warham wa anta khairurrahimiin
Artinya,
Dan katakanlah wahai Tuhanku ampunilah dan kasihanilah kami dan Kau lah sebaik-baik yang menyayangi.
Fasubhaanallahi hiina tumsuuna wa hiina tushbahuun.
Artinya,
Maka Maha Suci Allah SWT mulai sore hari hingga malam hari.
Walahulhamdu fissamawaati wal ardhi wa ‘asyiyyaa wa hiina tudzhiruun.
Artinya,
Dan milik-Nya lah segala puji disetiap tingkatan-tingkatan langit dan bumi sepanjang petang dan ketika kalian dimunculkan.
Yukhrijulhayya minalmayyiti wa yukhrijul mayyita minalhayyi wa yuhyil ardho ba’da mautihaa wa kadzalika tukhrojuun.
Artinya,
Allah SWT mengeluarkan dari yang mati, mengeluarkan kehidupan dari kematian dan mengeluarkan kematian dari kehidupan, dan menghidupkan bumi setelah kematiannya, dan demikianlah mereka akan dikeluarkan kelak dihari Kiamat.
A’udzubillahissamii’il ‘aliim minasysyaitonnirrajiim.
Artinya,
Aku berlindung kepada Allah SWT yang Maha mendengar dan Maha mengetahui daripada syetan yang terkutuk (3x).
Lau anzalnaa hadzal qur ana ‘ala jabalin laraitahu khoosyi’an mutashoddi’an min khosyyatillahi wa tilkal amtsalu nadhribuhaa linnaasi la’allahum yatafakkaruun.
Artinya,
Kalau sekiranya kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaanperumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Huwallahulladzii laa ilaha illa huwa ‘alimul ghoibi wasysyahaadati huwarrahmanurrahiim. Huwallahulladzi laa ilaha illa huwalmalikul quddususus salaamul mu’minul muhaiminul ‘azizull jabbaarul mutakabbiru subhaanallahi ‘ammaa yusyrikuun.
Artinya,
Dia-lah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha pemurah lagi Maha penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha suci, Yang Maha sejahtera, Yang mengaruniakan keamanan, Yang memelihara, Yang Maha perkasa, Yang Maha kuasa, Yang memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Huwallahul khooliqul baariul mushawwiru lahul asmaaul husna yusabbihu lahu maa fissamawaati wal ardhi wahuwal ‘azizul hakiim.
Artinya,
Dia-lah Allah yang menciptakan, Yang mengadakan, Yang membentuk Rupa, Yang mempunyai nama-nama, Yang paling baik. Bertasbih kepadanya apa yang ada dilangit dan dibumi. Dan Dia-lah yang Maha perkasa lagi maha bijaksana.
Salaamu ‘ala nuuhi fil ‘aalamin
Artinya,
Salam sejah terah atas Nabi Nuh dialam semesta.
Innaa kadzalika najzil muhsiniin.
Artinya,
Sungguh demikianlah kami memberi balasan kemuliaan kepada orang-orang yang beramal baik
Innahu min ‘ibadinaal mu’miniin.
Artinya,
Dan sungguh Nabi Nuh as itu adalah diantara hamba- hamba kami yang beriman.
audzu bikalimaatillahittaammaati min syarri maa kholaq
Artinya,
Aku berlindung dengan kalimat Allah swt yang Sempurna dari keburukan-keburukan ciptaannya.
Bismillahilladzii laa yadurru ma’asmihi syaiun fil ardhi walaa fissamaa i wahuwassamii’ul ‘aliim.
Artinya,
Dengan nama Allah yang tiada akan membawa mudhorot dosa apapun yang ada dilangit dan dibumi dan Dialah yang Maha mendengar dan Maha mengetahui (3x).
Allahumma inna ashbahtu minka fi ni’matin wa ‘afiyatin wa sitrin faatmim ni’mataka ‘alayya wa’afiyataka wasitraka fiddunya wal akhiroh.
Artinya,
Wahai Allah sungguh aku melewati pagi ini dariMu dalam kenikmatan, dalam kesembuhan dan afiah, dalam perlindungan maka sempunkanlah nikmatan-Mu atasku dan kesembuhanmu yang Kau berikan kepadaku dan lindungilah aku didunia dan akhirat.
Allahumma innii ashbahtu usyhiduka wausyhidu hamalata ‘arsyika wamalaaikataka wajami’I kholqika innaka antallaha laa ilaha illa anta wahdaka laa syarikalak,waanna sayyidanaa muhammadan ‘abduhu warosuuluk.
Artinya,
Wahai Allah sungguh aku melewati pagi ini disaksikan oleh-MU dan disaksikan oleh para penopang ArsyMu dari pada para Malaikat dan seluruh MalaikatMu dan seluruh ciptaanMU, mereka semua menyaksikan aku, bahwa sungguh Engkau adalah Allah yang tiada Tuhan selainMu yang Maha Tunggal dan tiada sekutu bagiMu, Dan sungguh Sayyidina Muhammad adalah hambaMu dan RasulMu. (mengucapkan syahadat disaksikan oleh seluruh Malaikat dan seluruh makhluk).
Alhamdulillahi robbil ‘alamiina hamdan yuwaafi ni’amahu wayukaafi maziidah.
Artinya,
Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam, pujian yang mencakup seluruh kenikmatannya dan mencakup seluruh kelebihan kenikmatan (3x)
Amantu billahil ‘adziim,wakafartu biljibti watthoghuuti wastamsaktu bil’urwatil wutsqoo lanfishooma laha wallahu samii’un ‘aliim
Artinya,
Segala Puji bagi Allah yang Maha Agung, dan aku berpaling dari pada semua kejahatan dan sesembahan selain Allah dan aku berpegang teguh dengan tali yang erat, dan Allah Maha mendengar dan Maha mengetahui (3x).
Radhitu billahi rabba wabil islaami diinaa wabi muhammadin shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallama nabiyya warasuulaa
Artinya,
ku ridho dengan Allah sebagai Tuhan dan Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul (3x).
Hasbiyallahu laa ilaha illaa huwa ‘alaihi tawakkaltu wahuwa rabbul ‘arsyil ‘adziim
Artinya,
Cukuplah bagiku Allah, Tiada Tuhan selain-Nya, kepada-Nya aku bertawakal dan Dialah pemilik Arsy yang Agung.
Allahumma sholli ‘ala sayyidina muhammadin wa alihi wa shohbihi wasallim.
Artinya,
Ya Allah limpahkanlah sholawat untuk Sayyidina Muhammad dan keluarganya dan sahabatnya dan limpahkan baginya salam.
Allahumma innii as aluka min fujaa atil khoir, wa ‘audzubika min fujaa atisy syar.
Artinya,
Wahai Allah sungguh aku minta kepadaMU kejutan kebaikan dan aku berlindung kepada-Mu dari kejutan- kejutan yang buruk.
Allahumma anta robbiy laa ilaha illa anta kholaqtanii wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wawa’dika mastatho’tu, a’idzubika min syarri maa shona’tu abu u laka bini’matika ‘alayya wa abuu u bidzanbii faghfirlii fainnahu laa yaghfirudzdzunuba illa anta
Artinya,
Wahai Allah Engkaulah Tuhanku tiada Tuhan selai-Mu, Engkaulah yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu dan aku berada dalam perjanjian-Mu dan ikatan kesetiaanku pada-Mu semampuku, aku berlindung dari buruknya perbuatanku dan aku sadar kenikmatan-kenikmatanMu padaku dan aku sadar atas dosa-dosaku, dan ampunilah aku maka sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau.
Allahumma anta robbii laa ilaha illa anta ‘alaika tawakkaltu wa anta robbil ‘arsyil ‘adziim, ma syaaa allahu kaana wamaa lam yasya’ lam yakun, wala haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim. A’lamu annallaha ‘ala kulli syaiin qodiir, wa annallaha qod ahatho bikulli syaiin ‘ilma. Allahumma innii a’udzuika min syarri nafsii wamin syarri kulli daaabbatin anta aakhidzu bina shiyatiha, inna robbii ‘ala shirotin mushtaqiim.
Artinya,
Wahai Allah sungguh Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan selai-Mu, pada-Mu aku bertawakal dan Engkaulah pemilik Arsy yang Agung, apa-apa yang dikhendaki Allah SWT akan terjadi dan yang tidak yang dikehendaki Allah tidak akan terjadi, tiada daya dan upaya selain dengan kekuatan Allah yang Maha tinggi dan Maha Agung, aku tau sungguh Allah itu berkuasa atas segala sesuatu dan sungguh Allah itu meliputi segala sesuatu dengan pengetahuannya (Maha tahu atas segala sesuatu). Wahai Allah aku sungguh aku berlindung dari buruknya diriku dan dari kejahatan semua makhluk dan ciptaan-Mu sungguh Engkau mengenggam semua ubun-ubun mereka (kepala), sungguh Tuhanku berada pada jalan yang benar.
Yaa hayyu yaa qoyyumu birahmatika astaghitsu wamin ‘adzabika astakhiiru ashlih lii sya’nii kullahu walaa takilni ila nafsii walaa ilaa ahadin min kholqika thorfata ‘ainin. Allahumma inni ‘audzubika minal hammi wal hazani, wa ‘audzubika minal ‘ajdzi wal kasal wa ‘audzubika minal jubni wal bukhli wa ‘audzubika min gholabatiddaini wa qohrirrijaal.
Artinya,
Wahai yang Maha hidup dan Maha berdiri sendiri aku beristighotsah dan mohon bantuan pada Rahmat-Mu, Dan aku berlindung kepada-Mu dan mohon dijauhkan dari siksa, perbaikilah keadaanku semuanya, dan janganlah Engkau palingkan aku pada diriku dan jangan Kau palingkan aku pada ciptaan-ciptaanMu sekejappun selalulah aku didalam khusyuk kepadamu. Wahai Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kesedihan, aku berlindung kepada-MU dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepada-Mu daripada sifat pengecut dan sifat kikir, dan aku berlindung kepada-Mu dari terjebak oleh hutang-hutang dan didholimi oleh penguasa.
Allahumma innii asalukal ‘afwa wal ‘afiyah fiddunya wal akhiroh
Artinya,
Wahai Allah sungguh aku meminta kepadamu kesembuhan dan afiah, dunia dan akhirat.
Allahumma innii asalukal ‘afwa wal’afiyah wal mu’afatiddaaimah fii diinii wadunyaa wa ahlii wa maalii
Artinya,
Wahai Allah sungguh aku meminta kepadamu maaf-Mu, dan afiah-Mu dan atas segala yang mengganggu kita jasad kita dan ruh kita dan penjagaan dan pemeliharaan yang abadi dalam agamaku, duniaku, keluargaku, hartaku
Allahummastur ‘aurootii wa aamin rou’aatii.
Artinya,
Wahai Allah tutupilah auratku dan kejahatan- kejahatanku dan jagalah aku Dari apa yang kurisaukan
Allahummahfadznii min baini yadayya wamin kholfii wa’an yamiinii, wa’an syimaalii, wamin fauqii. Wa ‘audzu bi’adzomatika an ughtaala min tahti.
Artinya,
Wahai Allah jagalah aku dari depanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku ,dari atasku dan aku berlindung dengan keagungan-Mu dari pada kejahatan yang datang dari bawahku (fitnah dari bumi/ sihir).
Allahumma anta kholaqtanii waanta tahdiinii waanta tuth’imunii waanta tusqiinii waanta tumitunii waanta tuhyiinii waanta ‘ala kulli syaiin qodiir.
Artinya,
Wahai Allah sungguh Engkaulah yang menciptakan aku dan Engkau yang memberi aku hidayah, Engkau yang memberiku makanan, Engkau yang memberiku minuman dan Engkaulah yang menghidupkan aku dan engkaulah yang mematikanku dan Engkaulah yang berkuasa ats segala sesuatu
Ashbahnaa ‘ala fitrotil islaami wa ‘ala kalimatil ikhlaashi wa ‘ala diini nabiyyanaa muhammadin shollallahu ‘alaihi wa alihi wasallam.
Artinya,
Aku lewati pagi ini dengan kesucian islam dan kulewati pagi ini dalam kalimat yang ikhlas pada agama Nabi Muhammad saw.
Allahumma bika ashbahnaa wabika amsainaa wabika nahyaa wabika namuutu.
Artinya,
Wahai Allah bersama-Mu kami melewati pagi ini dan bersama-Mu kami melewati sore ini dan denganmu kami hidup dan denganmu pula kami wafat.
Wa’alaika natawakkalu wa ilaikannasyuuru
Artinya,
Dan kepada-Mu kami bertawakal dan kepadamu pula kami akan kembali.
Ashbahnaa wa ashbahal mulku lillahi walhamdulillahi robbil ‘aalamiin
Artinya,
Kami melewati pagi ini dan kami lewati pagi ini sedangkan kerajaan alam semesta tetap milik Allah dan segala puji untuk Allah.
Allahumma innii as aluka khoiro hadzal yaumi fathahu wa nashrohu wa nuurohu wa barakatahu wa hudahu.
Artinya,
Wahai Allah sungguh aku meminta kebaikan hari ini, kemenangannya, pertolongannya, cahayanya, keberkahannya, dan petunjuk hidayahnya yang ada di hari ini .
Alahumma innii as aluka khoiro hadzal yaumi wa khoiro maa fiihi wa khoiro maa qoblahu wa khoiro maa ba’dahu.
Artinya,
Sungguh Allah aku meminta kepada-Mu kebaikan hari ini dan kebaikan yang apa-apa tersimpan hari ini dan kebaikan pada hari yang lain dan kebaikan yang ada pada hari esok.
Wa’audzubika min syarri hadzal yaumi, wa syarri maa fiihi wa syarri maa qoblahu wa syarri maa ba’dahu.
Artinya,
Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang pada hari ini dan keburukan yang tersimpan pada hari ini dan keburukan atau kejahatan yang ada pada hari yang lain dan yang ada pada hari esok.
Allahumma maa ashbaha bii min ni’matin au bi ahadin min kholqika. Faminka wahdaka laa syariikalak, falakal hamdu walakasysyukru ‘ala dzalik. (1)
Artinya,
Wahai allah apa-apa yang kutemukan dipagi ini dari kenikmatan datang dari salah satu ciptaan-Mu maka itu adalah hakekatnya dari-Mu Tunggal, tiada sekutu atas-Mu dan atas-Mulah segala pujian dan bagimulah segala terimakasih atas segala nikmat yang datang pada hari ini.
(1) Ketika sore kata Subuh diganti Masa' dan Al-yaum dengan Lail dan an-Nusyur dengan Al-Masir
Subhanallahi wabihamdihi ‘adada kholqih, wa ridho nafsihi wa zinata ‘arsyihi, wa midaada kalimaatih.
Artinya,
Maha Suci Allah dan segala pujian untuk-Nya, sebanyak ciptaan-Nya, sebanyak keridhoan dzat-Nya, dan sebanyak kemegahan perhiasan Arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-kaliamat-Nya (3x).
Subhanallahil ‘adziimi wabihamdihi ‘adada kholqihi waridho nafsihi wazinata ‘arsyihi wamidaada kalimaatih.
Artinya,
Maha Suci Allah yang Maha Agung bersama segala pujian untuk-Nya, sebanyak ciptaan-Nya, sebanyak keridhoan dzat-Nya, dan sebanyak kemegahan perhiasan Arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-kaliamat-Nya (3x).
Subhanallahi ‘adada maa kholaqo fissamaa’
Artinya,
Maha Suci Allah sebanyak ciptaan langit.
Subhanallahi ‘adada maa kholaqo fil ardhi’
Artinya,
Maha Suci Allah sebanyak Ciptaan-Nya di Bumi.
Subhanallahi ‘adada maa baina dzalik,
Artinya,
Maha Suci Allah sebanyak apa-apa yang ada diantara langit dan dibumi.
Subhanallahi ‘adada maa huwa khooliq,
Artinya,
Maha Suci Allah sebanyak apa-apa yang diciptakan-
Alhamdulillahi ‘adada maa kholaqo fissama’.
Artinya,
Segala Puji bagi Allah sebanyak ciptaan langit.
Alhamdulillahi ‘adada maa kholaqo fil ardh,
Artinya,
Segala Puji bagi Allah sebanyak Ciptaan-Nya di Bumi.
Alhamdulillahi ‘adada maa baina dzalik.
Artinya,
Segala Puji bagi Allah sebanyak apa-apa yang ada diantara langit dan dibumi.
Alhamdulillahi ‘adada maa huwa khooliq.
Artinya,
Segala Puji bagi Allah sebanyak apa-apa yang diciptakan-Nya.
Laa ilaha illallahu’adada maa kholaqo fissamaa’.
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak ciptaan langit.
Laa ilaha illallahu ‘adada maa kholaqo fil ardhi,
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak Ciptaan-Nya di Bumi.
Laa ilaha illallahu ‘adada maa baina dzalik,
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak apa-apa yang ada diantara langit dan dibumi.
Laa ilaha illallahu ‘adada maa huwa khooliq.
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak apa-apa yang diciptakan-Nya.
Allahu akbar ‘adada maa kholaqo fissama’.
Artinya,
Allah Maha Besar sebanyak ciptaan langit.
Alhamdulillahi ‘adada maa huwa khooliq.
Artinya,
Segala Puji bagi Allah sebanyak apa-apa yang diciptakan-Nya.
Laa ilaha illallahu’adada maa kholaqo fissamaa’.
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak ciptaan langit.
Laa ilaha illallahu ‘adada maa kholaqo fil ardhi,
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak Ciptaan-Nya di bumi
Laa ilaha illallahu ‘adada maa baina dzalik,
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak apa-apa yang ada diantara langit dan dibumi.
Laa ilaha illallahu ‘adada maa huwa khooliq.
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah sebanyak apa-apa yang diciptakan-Nya.
Allahu akbar ‘adada maa kholaqo fissama’.
Artinya,
Allah Maha Besar sebanyak ciptaan langit.
Allahu akbar ‘adada maa kholaqo fil ardhi,
Artinya,
Allah Maha Besar sebanyak Ciptaan-Nya di Bumi.
Allahu akbar ‘adada maa baina dzalik.
Artinya,
Allah Maha Besar sebanyak apa-apa yang ada diantara langit dan dibumi.
Allahu akbar ‘adada maa huwa khooliq.
Artinya,
Allah Maha Besar sebanyak apa-apa yang diciptakan-Nya.
Laa haula walaa quwwata illaa billahil ‘aliyyil ‘adziim ‘adada maa kholaqo fissama’.
Artinya,
Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung sebanyak ciptaan langit.
Laa haula walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim ‘adada maa kholaqo fil ardh,
Artinya,
Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung sebanyak Ciptaan-Nya di Bumi.
Laa haulaa walaa quwwata illa billaahil ‘aliyyil ‘adziim ‘adada maa baina dzalik.
Artinya,
Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung sebanyak apa-apa yang ada diantara langit dan dibumi
Laa haulaa walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adziim ‘adada maa huwa khooliq.
Artinya,
Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung sebanyak apa-apa yang diciptakan-Nya.
Laa ilaha illallahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘ala kulli syaiin qodiir ‘adada kulli dzarrotin alfa marroh.
Artinya,
Tiada Tuhan selain Allah Maha Tunggal dan tiada sekutu bagi Nya, bagi Nya Kerajaan alam semesta dan bagi Nya segala pujian. Maha menghidupkan dan Maha mewafatkan dan Dia Allah berkuasa atas segala sesuatu, sebanyak semua debu dan butiran-butiran dan seribu kali.
Allahumma sholli wasalim ‘ala sayyidinaa muhammadin miftaahi baabi rohmatillahi ‘adada maa fii ‘ilmillahi sholaatan wasalaaman daaimaini bidawaami mulkillahi, wa’ala alihi washohbih, ‘adada kulli dzarrotin alfa marroh.
Artinya,
Wahai Allah limpahkan sholawat dan salam atas Sayyidina Muhammad saw, membuka pintu Rahmatnya Allah, sebanyak apa-apa yang diketahui Allah, sholawat serta salam yang berkesinambungan, selama kerajaan Allah dan atas keluarganya dan sahabatnya, sebanyak semua debu dan butiran-butiran dan seribu kali.
SYARAH RIWAYAT DAN ARTI WIRD ALLATHIF
Sabda Rasulullah saw : “Barangsiapa yg membaca Al Ikhlas dan Alfalaq dan Annaas ketika sore dan pagi maka ia akan terjaga dari segala sesuatu” (Berkata Attirmidziy hadits hasan Shahih).
Firman Allah : “DAN KATAKANLAH WAHAI TUHAN AKU BERLINDUNG PADA MU DARI BISIKAN DAN GODAAN SYAITAN, DAN AKU BERLINDUNG DARI KEHADIRAN MEREKA” (QS Almukminun 97,98)
Rasul saw menasihati kami dalam suatu peperangan, maka kami diperintahkan membaca diwaktu sore dan pagi : AFAHASIBTUM ANNAMA…, maka kami membacanya, dan kami pulang dengan kemenangan dan ghanimah (HR Ibn Sunniy)
berkata Ibn Abbas ra dari Rasulullah saw : “Barangsiapa yg berkata dipagi hari : “FASUBHANALLAHI HIINA TUMSIY… (QS Arrum 17-18),
maka Allah akan mengembalikan apa apa yg hilang darinya dihari itu, dan barangsiapa yg membacanya disore hari maka Allah akan mengembalikan apa apa yg hilang darinya di malam hari (hilang darinya bisa berupa pahala yg tercabut, rizki yg tertahan dll) (HR Abu Dawud)
Dari Nabi saw yg bersabda : “Barangsiapa yg berkata dipagi hari 3X : Audzubillahissami’il’aliim minassyaythaanirrajiim, dan diteruskan dengan 3 ayat terakhir surat Alhasyr, (Law Anzalna… dst) maka Allah wakilkan baginya 70.000 malaikat yg bershalawat untuknya hingga sore, jika ia wafat dihari itu maka ia wafat sebagai syahid, barangsiapa yg membacanya di sore hari maka mendapat manzilah itu pula (hadits hasan gharib)
barangsiapa yg berkata: salamun ala nuhin fil alamiin…dst, maka ia tak akan disengat kalajengking dan Ular” (Alkassyaaf wal bayaan lil Imam Attsa’labiy)
Dari Abu Hurairah ra : “datang seorang lelaki kepada nabi saw dan berkata : wahai Rasulullah, aku semalam disengat kalajengking.., maka Rasul saw bersabda : Jika kau berdoa di sore hari (atau pagi) : Audzu bikalimatillahittammaati min syarri maa khalaq, maka tak akan menyakitimu” (HR Muslim), pada riwayat Ibn Sunniy dijelaskan 3X
Diriwayatkan oleh Ibn Sunniy dan Attirmidziy, dari Utsman bin Affan ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : “Tiadalah seorang hamba berdoa dipagi setiap hari dan sore setiap petang : Bismillahilladzi….(dst) sebanyak 3X maka ia tak akan diganggu sesuatu” berkata Imam Tirmidziy hadits ini hasan shahih, dan ini lafadh riwayat Tirmidzy, dan pada lafadh riwayat Abu Dawud : Barangsiapa yg membacanya maka ia tak akan mendapat musibah yg datang tiba tiba/dikagetkan musibah.
Dari Ibn Abbas ra barangsiapa yg berdoa : Allahumma Inniy Ashbahtu….dst, 3X dipagi hari dan di sore hari, maka merupakan kepastian bahwa Allah swt akan menyempurnakan baginya hari itu (HR Ibnussunniy dari Ibn Abbas ra)
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad Jayyid (baik) dan ia tidak mendhoifkannya, dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yg berdoa ketika pagi atau sore : Allahumma Inniy Ashbahtu Usyhiduka…dst, maka Allah bebaskan seperempatnya dari neraka, jika ia membacanya 2X maka Allah bebaskan setengah tubuhnya dari neraka, jika ia membacanya 3X maka Allah bebaskan tiga perempat tubuhnya dari neraka, barangsiapa membacanya 4X maka Allah bebaskan ia dari neraka. (Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari)
Dari Muhammad bin Annadhr ra berkata : Berkata Adam as : “Wahai Tuhan, aku disibukkan pekerjaanku, maka ajarilah aku sesuatu yg menjadi perpaduan pujian dan tasbih”, maka Allah swt wahyukan padanya : “Wahai Adam, jika dipagi hari maka ucapkanlah 3X : Alhamdulillahi…dst. Maka Itu adalah kumpulan pujian dan Tasbih. (Addurrul Mantsur Lilhafidh Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy, dan adzkar shabah wal masa’ Linnawawiy).
Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yg berucap di pagi hari dan sore : Radhiina…, kecuali telah berhak Allah meridhoinya” (HR sunan Abu Dawud).
Dijelaskan pada Attarghiib wattarhiib bahwa dzikir ini jika dibaca 3X dipagi hari dan sore maka akan menjaga dari gangguan Jin. َ
Dari Abu Darda ra : barangsiapa dipagi hari atau sore membaca Hasbiyallah…dst 7X, maka Allah akan melindunginya dari apa apa yg dirisaukannya, apakah ia membacanya dengan kesungguhan atau tidak dengan kesungguhan(HR Abu Dawud)
Dari Anas ra bahwa Rasulullah saw berdoa dengan doa doa ini jika pagi dan sore : Allahumma inniy as’aluka…dst, sungguh seorang hamba tak tahu apa yg akan menimpanya dipagi atau sore” (Musnad Abi Ya’la Almuushiliy)
Diriwayatkan pada shahih Bukhari dari syaddad bin Aus ra dari nabi saw yg bersabda : “Pemimpin semua Istghfar adalah : Allahumma anta rabbiy…dst, jika dibaca saat sore lalu ia wafat di malam itu maka ia masuk sorga, jika dibaca dipagi hari lalu ia wafat hari itu maka ia masuk sorga".
Diriwayatkan oleh Imam Ibn Sunniy, dari Thalq bin Hubaib yg berkata : telah datang seorang lelaki kepada Abu darda ra bahwa rumahmu telah terbakar, maka berkata Abu Darda ra : rumahku tidak akan terbakar!, tiada Allah swt akan menjatuhkan hal itu karena kalimat kalimat yg kudengarkan dari Rasul saw, barangsiapa yg membacanya dipagi hari maka ia tak akan terkena musibah hingga petang, barangsiapa mengucapkannya di akhir petang maka tak akan terkena musibah hingga pagi, yaitu Allahumma anta Rabbiy…dst. Dan diriwayatkan pada jalur lainnya dari seorang lelaki dari sahabat Nabi saw bahwa orang itu datang lagi pada Abu Darda ra dengan mengabarkan hal kebakaran rumahnya, maka Abu Darda ra menjawab : Tidak terbakar, karena Aku dengar dari Rasul saw bahwa barangsiapa yg membaca dipaginya kalimat kalimat ini maka tak akan terkena ia, tidak pula keluarganya, tidak pula hartanya, hal hal yg tak disukainya”, maka kami bersama sama menjenguk rumahnya, sungguh telah terbakar sekitar rumahnya, dan rumahnya tak disentuh api.
Dari anas ra : bersabda Rasulullah saw pada Fathimah Azzahra ra : kiranya tak ada yg menghalangimu dari apa apa yg kuajarkan agar kau membaca dipagi hari dan sore hari : Yaa Hayyu Yaa Qayyum…dst.(hadits hasan) (Al Adzkar Imam Nawawi)
Rasul saw masuk ke masjid, maka terlihatlah seorang lelaki dari Anshar yg bernama Abu Umamah ra, maka bersabda Rasulullah saw : Wahai Abu Umamah, mengapa kulihat maku duduk di masjid di selain waktu shalat..?”, ia menjawab : “gundah.. aku dijerat hutang wahai Rasulullah..”, maka bersabda Rasulullah saw : ”maukah kau kuajari kalimat yg jika kau ucapkan maka Allah akan menghilangkan gundahmu dan terselesaikan hutangmu?”, maka Abu Umamah ra : “ajari aku wahai Rasulullah..”, maka Rasul saw bersabda : “Jika di pagi harimu dan sore harimu ucapkanlah : Allahumma inniy…dst. Maka berkata Abu Umamah ra : kulakukan itu maka Allah menghilangkan gundahku dan dan terselesaikan hutangku” (Hadits hasan). (Al Adzkar Imam Nawawi)
Berkata Ibn Umar ra : bahwa Nabi saw tak pernah meninggalkan doa doa ini ketika pagi dan sore, Allahumma inniy… dst Berkata Imam Hakim hadits ini sanadnya Shahih. (Al Adzkar Imam Nawawi)
Berkata hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhum, dari Samurah bin Jundub ra : maukah kukabarkan hadits dari Rasulullah saw yg kudengar berkali kali, dan dari Abubakar ra berkali kali, dan dari Umar ra berkali kali?, Barangsiapa dipagi hari membaca : Allahumma…dst. Tiadalah ia minta sesuatu pada Allah swt kecuali diberi Nya. (Ma’jamul Ausath Al Imam Tabrani)
Dan bahwa Rasulullah saw jika dipagi hari berdoa : Ashbahna ala….dst. (Al Adzkar Imam Nawawi)
Dan dari Nabi saw bahwa jika pagi beliau saw berdoa : Allahumma bika ….dst
Dan jika sore : Allahumma bika amsayna…dst (Berkata Imam Tirmidziy hadits hasan. . (Al Adzkar Imam Nawawi)
Dan kami riwayatkan pada Sunan Abu Dawud dengan sanad yg tidak didhoifkannya dari Malik Al Asy’ariy ra bahwa Sungguh Rasulullah saw bersabda : Jika kalian dipagi hari maka ucapkanlah : Ashbahna….dst, dan jika sore maka ucapkanlah pula seperti itu” (Al Adzkar Imam Nawawi)
Dan kami riwayatkan oleh Sunan Abu Dawud dengan sanad baik, dan ia tak mendhoifkannya, dari Abdullah bin Ghannaam Albayadhiy ra : Sungguh Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa berdoa di pagi hari : Allahumma Maa Ashbaha biy….dst (Al Adzkar Imam Nawawi)
Dari Juwairiyah ra : Sungguh Nabi saw keluar menuju shalat subuh dan Juwayriyah berdzikir di tempat sujudnya, lalu Rasul saw pulang selepas dhuha, dan Juwairiyah ra masih duduk di tempatnya, lalu Rasul saw bersabda :”kau masih duduk disini sejak subuh tadi?”, maka Juwairiyah berkata : betul, maka Rasul saw : “Aku sudah berdzikir sesudahmu dengan hanya 4 kalimat saja 3X, jika ditimbang maka lebih berat dari semua dzikirmu sedari tadi, ucapkanlah : Subhanallah…. Dst. (Riyadhusshalihin oleh Imam Annawawiy)
Dari hadits abu Hurairah ra sabda Rasulullah saw : Subhanallahil ‘adhiim….dst, diriwayatkan Imam Muslim dan Imam 4, dari hadits Ibn Abbas ra. (Ma’arijul Qabul).
Dari Aisyah binti sa’ad bin Abi Waqqash ra dari ayahnya, bahwa ia masuk bersama Rasulullah saw pada seorang wanita dihadapannya terdapat banyak biji atau batu untuk menghitung berdzikir, maka Rasul saw bersabda : Kuberitahu engkau dengan yg lebih mudah dari itu/lebih afdhal?, maka ucapkanlah Subhanallah adada maa…dst, dan Allahu Akbar seperti itu pula, dan Alhamdulillah seperti itu pula, dan Laa ilaha Illallah seperti itu pula, dan Laa haula walaa quwwata illa billahil aliyyil adhim seperti itu pula” (Syi’bul iman oleh Imam Albaihaqiy).
Dari Abu Hurairah ra, Sungguh Rasulullah saw bersabda : “Laa ilaaha illallahu wahdahu…dst, dalam suatu hari 100X, maka baginya pahala membebaskan 10 orang budak, dan dituliskan 100 pahala, dan dihapus darinya 100 dosa, dan ia dijaga dari syaitan di hari itu hingga sore, dan tiadalah orang lain yg mempunyai amal lebih darinya di hari itu kecuali yg beramal lebih banyak dari itu” (Shahih Bukhari dan shahih Muslim) Dalam dzikir ini Imam Haddad meringkasnya 1X saja namun diakhiri dg kalimat : “adada kulli dzarrah alf marrah” (sebanyak setiap debu, 1000X).